Bab 13. Nara sakit

221 20 1
                                    

Suasana rumah keluarga Mahendra terlihat tidak baik-baik saja, setelah kepergian putri kandung mereka semalaman ditengah hujan lebat membuat rasa khawatir muncul.

Davin sudah mencari Nara semalaman bahkan sampai pagi berada dijalan tapi belum juga menemukan adik nya itu. Entah kemana perginya, yang pasti nara seperti hilang begitu saja padahal tak lama kepergian nya, Davin langsung mengejar dibelakang.

"Kamu sudah menemukan adik mu Davin?". Tanya Fani dengan mata bengkak nya.

Davin hanya menggeleng pasrah, pria dewasa itu heran, kenapa setelah kepergian sang adik, ibunya baru menangisi Nara. Sebelumnya Fani tidak membela Nara ketika di usir oleh Dirga.

"Kenapa sih ma, masih menanyakan dia, dia itu sudah memutuskan hubungan keluarga dengan kita. Itu artinya dia bukan keluarga kita lagi dan bukan adik ku lagi. Adik ku hanya refa seorang". Timpal Reza yang sangat tidak menyukai Nara.

"Bima betul ma, mama tidak perlu menghiraukan nya. Papa yakin jika nanti Nara akan balik dengan sendiri nya. Dia tidak bisa apa-apa diluaran sana". Ujar Dirga tanpa perasaan.

Sebagai seorang ayah yang seharusnya dekat dengan putrinya tapi berbeda dengannya. Setelah kedatangan Refa di rumah nya, nara seakan tersingkirkan dan kasih sayangnya tak pernah lagi ada untuk anak kandungnya itu.

"Palingan juga kita akan ketemu di sekolah. Jadi mama tidak usah khawatir deh, sampai nangisin dia semalaman. Lihat Refa sampai ikut sedih karena lihat mama sedih juga". Fani yang mendengar ucapan reza langsung menatap anak angkatnya itu.

Saat ini memang Refa tengah tertunduk dengan wajah sedihnya, hal itu membuat Fani merasa tak enak karena tak menghiraukan nya semalaman.

Biasanya dia akan datang kekamar sesha untuk sekedar mengobrol dan menanyakan kesehariannya di sekolah, tapi tadi malam sama sekali tidak di lakukan karena terlampau memikirkan anak kandungnya yang pergi entah kemana.

Ah bukan pergi, tapi memang Nara telah di usir dan dianggap bukan anak lagi bukan?.

"Maafkan mama sayang". Kata Fani langsung memeluk Refa erat, menurut nya cukup Nara yang pergi meninggalkannya, refa jangan.

"Sudah, tidak usah bersedih lagi. Sekarang kita sarapan saja".

Akhirnya mereka sarapan pagi, kecuali Davin yang langsung berdiri meninggal kan mereka yang tengah menyantap makanan.

Sedari tadi pria dewasa itu hanya terdiam menyaksikan keluarga nya yang bahkan baik-baik saja setelah adik kecil nya pergi entah kemana.

"Kamu mau kemana vin?". Panggil Dirga tapi tak dihiraukan oleh Davin dan tetap berjalan tanpa menoleh sedikit pun.

"DAVIN...". teriak Dirga tapi lagi-lagi Davin tak menghiraukan nya. Menurutnya keluarga begitu toxic.

Reza Dan Refa kini telah sampai di sekolah mereka. Seperti biasa geng yang entah apa namanya sudah berkumpul di parkiran. Kedua kakak beradik itu langsung bergabung.

"Kak". Panggil Refa tersenyum pada Marvel, tapi sepertinya yang dipanggil tidak mendengarkannya.

Marvel melihat kesana kemari, entah apa yang dicarinya yang jelas matanya terus memandang kearah gerbang sekolah nya.

"Woi... Dipanggil tuh sama cinta mu". Teriak Abian tepat ditelinga Marvel.

Pemuda itu langsung tersadar dan menatap tajam pada Abian yang terlihat cengar-cengir karena telah berteriak pada telinga Marvel membuat sang empu terkejut.

"Pissss. Aku menyadarkan kok soalnya dari tadi Refa panggil-panggil". Ujar Abian menaikkan jarinya berbentuk v.

"Kakak cari siapa?". Tanya refa yang kesal.

"Tidak, bukan apa-apa. Ayo kita kekelas". Ajak Marvel berjalan duluan meninggalkan refa dan yang lainnya.

Dengan kesal Refa menghentakkan kakinya dan langsung mengejar kekasih nya agar tak tertinggal.

"Adik mu bucin juga yah". Bisik Rasya pada reza.

"Itu bukan urusan mu. Tidak usah mencampuri urusan adik ku". Balas Reza dengan tajam membuat Rasya kesal dengan respon Reza.

"CK menyebalkan". Decak Rasya.

Mereka akhirnya masuk kekelas masing-masing karena bel masuk sudah berbunyi.

Indira sedari tadi menatap pintu masuk menunggu kedatangan sahabatnya yang sampai sekarang belum datang juga. Untung saja guru mereka juga belum datang, Indira mengira jika Nara hanya telat tapi sampai sang guru datang, Nara masih tetap tak terlihat.

Indira merasa heran ketika absen nama Nara tak di sebutkan, gadis itu segera mengangkat tangannya.

"Pak". Ujar Indira dengan tangan terangkat.

"Iya? Ada apa?". Tanya guru itu.

"Kok nama Nara nggak di sebut?".

"Oh atas nama Anara Gizella Mahendra sedang izin sakit, makanya dia tidak hadir hari ini. Jadi saya juga tidak menyebutkan namanya". Terang guru itu.

"Ada lagi yang ingin ditanyakan?". Tanya nya lagi.

"Ah t-tidak ada pak. Terimakasih informasinya". Jawab Indira.

Gadis itu terdiam beberapa saat bahkan saat guru menerangkan didepan, sama sekali tak di dengarnya. Apalagi mendengar sahabat nya sakit, rasa khawatir nya langsung muncul. Mengingat hubungan keluarga Nara tidak akur tambah membuat Indira cemas.

Sedangkan Marvel mengerutkan keningnya, ketika bertemu dengan Refa dan Reza tadi. Mereka tak ada mengatakan apapun tentang Nara yang sakit.

Apalagi Nara selama ini tidak pernah sakit, ah tidak. Nara pernah masuk rumah sakit karena terjatuh dari tangga sebab ingin mencelakai Refa, hanya itu yang di tahu oleh Marvel.

"Mikirin Nara?". Tanya Abian setengah berbisik.

"Tidak". Jawab Marvel dengan datar.

Seseorang tersenyum di kursi paling belakang bagian pojok ketika mendengar jika Nara tidak hadir karena izin sakit. Senyum misterius terpancar pada bibirnya, entah apa maksud pemuda itu.

Pelajaran berlangsung begitu alot, apalagi mendengar penjelasan guru didepan membuat para siswa Tak berselang lama suara bel berbunyi membuat siswa/i langsung bersorak dalam hati, karena itulah yang sejak tadi mereka tunggu-tunggu.

"Baiklah anak-anak pelajaran kali ini sampai disini saja. Selanjutnya bapak ada tugas untuk kalian, nanti bapak kirim tugasnya ke ketua kelas biar di bagikan pada kalian semua. Mengerti ?".

"Mengerti pak". Ucap mereka serempak.

Setelah mengatakan itu, sang guru segera keluar dari kelas. Semua siswa-siswi bernafas lega karena mereka begitu capek disuruh menulis terus menerus.

"Kantin yuk, laper nih". Ajak Rasya memegang perut nya.

Marvel dan Abian menganggukkan kepalanya kemudian segera beranjak meninggalkan kelas. Begitu pun yang lainnya.

"Nggak jemput Refa?". Tanya Rasya.

"Jemput lah". Jawab Marvel langsung menuju ke kelas Reva.

Saat sampai didepan kelas Refa, ternyata sang pujaan hati baru membereskan bukunya. Marvel masuk kedalam kelas Refa sedangkan Rasya dan Abian menunggu didepan.

Semua mata tertuju pada pasangan kekasih itu, mereka sedikit iri terutama kaum gadis yang melihat Marvel setiap hari menjemput
Refa dikelas mereka. Sangat sosweet sekali pikir mereka.

"Kak Marvel dari tadi nunggu nya?". Tanya refa ketika selesai membereskan bukunya.

"Nggak, barusan kok". Jawab Marvel.

"Ayo kekantin yang lain sudah nunggu". Ajak Marvel langsung diangguki oleh Refa, senyum mengembang terpancar di wajah gadis itu karena beruntung telah mendapatkan Marvel. Walaupun harus merebutnya dari Nara karena nyatanya Marvel adalah tunangan Nara.

Bersambung...

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang