bab 22. kehancuran keluarga Mahendra 1

211 24 0
                                    

Setelah kejadian dikantin yang menghebohkan semua para siswa maupun siswi, saat ini Refa tengah menangis dihadapan orang tua angkatnya.

Gadis itu tidak pernah berhenti menangis mulai saat Nara mengatakan jika dia bukan anak kandung dari keluarga Mahendra, hingga sekarang dia pulang sekolah.

Bima terpaksa izin pada guru dengan dahulu jika Refa sedang sakit dan segera mengantar adik kesayangan nya itu pulang kerumah.

Tentu kepulangan kedua anak nya membuat Fani merasa terkejut, apalagi melihat refa yang tengah menangis sesugukkan. Fani bahkan menelpon sang suami untuk segera pulang setelah panjang.

"Papa tidak habis pikir dengan pikiran anak itu, kenapa dia tega mempermalukan adik nya sendiri".

"Mama juga nggak nyangka mas, kenapa Nara jadi seperti ini. Sebenarnya apa tujuan nya". Balas Fani membuat dirg ikut berfikir.

Davin yang baru saja tiba entah dari mana membuat kedua orang tuanya menatap lekat padanya.

"Kenapa setiap hari kamu hanya keluyuran Davin. Papa sudah beberapa hari ini menunggumu di perusahaan tapi kenapa kamu tidak pernah datang". Cecar Dirga menatap tajam pada anak keduanya itu.

Davin langsung berbalik menatap kedua orang tuanya yang tengah menatap nya juga. "Aku tidak keluyuran, aku sayang. Kamu tenang saja papa yang akan mengantarkan kamu, walau kamu bukan anak kandung kami tapi kami sangat menyayangi mu nak". Dirga mencoba membujuk putri kesayangan nya.

"Benar apa kata papa kamu nak, sekarang jangan menangis lagi yah". Akhirnya Refa berhenti menangis hanya suara tangis kecil yang terdengar.

Setelahnya Bima mengantar refa untuk masuk kedalam kamarnya atas perintah Fani, agar sesha bisa istirahat dan melupakan kejadian dimana Nara mempermalukan nya.

"Apa kita menemui Nara sekarang pa? Mama juga ingin melihatnya". Usul Stefani melihat kearah sang suami.

"Tapi kita tidak tahu dimana tempat tinggal nya sayang. Paa baru menyuruh anak buah papa untuk mencari nya". Jawab Dirga membuat Fani menghelanfasnya panjang.

"Papa tidak habis pikir dengan pikiran anak itu, kenapa dia tega mempermalukan adik nya sendiri".

"Mama juga nggak nyangka mas, kenapa keyra jadi seperti ini. Sebenarnya apa tujuan nya". Balas Stefani membuat dirg ikut berfikir.

Davin yang baru saja tiba entah dari mana membuat kedua orang tuanya menatap lekat padanya.

"Kenapa setiap hari kamu hanya keluyuran Davin. Papa sudah beberapa hari ini menunggumu di perusahaan tapi kenapa kamu tidak pernah datang". Cecar Dirga menatap tajam pada anak keduanya itu.

Davin langsung berbalik menatap kedua orang tuanya yang tengah menatap nya juga. "Aku tidak keluyuran, aku sedang membangun bisnis ku sendiri. Jadi papa tida perlu menunggu ku lagi, karena aku tidak akan pernah bergabung di perusahaan papa".

"Bisnis? Kamu membangun bisnis apa?Jangan menghamburkan uang dengan hal-hal yang tidak perlu".

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Andre. "Aku tidak menghamburkan uang, papa tenang saja karena aku tidak menggunakan uang papa sedikit pun dalam Bisnisku ini. Aku juga akan mengembalikan ATM papa". Davin segera mengeluarkan dompet nya dan mengeluarkan ATM khusus yang selalu dikirimkan uang oleh Dirga.

Memang semua anak nya memiliki ATM itu terkecuali Zora yang memang sudah menikah karena ada sang suami yang menafkahi.

"Apa maksud mu Davin? Kamu mau membangkan seperti adik mu Nara?". Saat ini Dirga begitu geram melihat anak nya itu.

Davin mengerutkan keningnya. " Jangan bawa-bawa nama Nara disini. Semua yang aku lakukan adalah murni karena aku sendiri. Dari dulu aku sudah mengatakan jika aku sangat tidak suka terjun dalam urusan properti tapi papa tidak pernah mendengar ucapan ku".

"Pantas saja Nara meninggalkan rumah ini karena papa tidak pernah mengerti perasaan anak nya sendiri. Dan mama hanya melihat itu semua tanpa mu menasehati papa, mama seolah mendukung apa yang papa lakukan, padahal kalian semua salah". Setelah mengatakan itu meninggalkan kedua orang tuanya yang masih terpaku.

Davin bukan masuk ke dalam kamar, tapi laki-laki itu pergi meninggalkan rumah orang tuanya kembali, padahal dia pulang untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang lelah tapi bukannya kenyamanan yang didapatnya melainkan kedau orang tuanya selalu menghakiminya.

Stefani memegang lengan sang suami " Pa?".

"Apa kita salah selama ini. Lihatlah, ketiga anak kita seperti membenci kita pa". Kali ini Stefani mulai merenung.

Selama ini memang dia selalu memperhatikan sesha tanpa memperhatikan anak lain nya. Entah kenapa dia hanya berpusat pada anak angkatnya itu.

"Kita tidak salah ma, memang mereka tidak pernah menghargai kita sebagai orang tuanya yang telah melahirkan dan juga merawat nya dari kecil". Jawab Dirga.

Stefani meneteskan air matanya, dia menangis dipelukan sang suami. Dibalik semua itu ada seorang gadis yang tengah tersenyum penuh kemenangan melihat keluarga Mahendra perlahan mulai hancur.

"Sebentar lagi, sebentar lagi kalian akan hancur hahaha". Ucapnya dalam hati, kemudian berjalan masuk kedalam kamarnya dan tertawa didalam sana.

*

"Bagaimana perasaan mu setelah mempermalukan nya?". Tanya dewangga yang saat ini tengah berada didepan Nara. Mereka tengah berada ditaman kota sambil menikmati jajanan disana.

"Biasa saja". Jawab Nara menatap lekat pada anak yang tengah bermain dengan kedua orang tuanya.

Entah kenapa perasaan nya sedikit sakit. Sejak kedatangan Refa, dia tidak pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, begitupun dari kedua kakak laki-laki nya. Hanya Zora lah yang selama ini ada bersama nya.

"Tidak perlu melihat mereka".

Dewangga menutup mata Nara menggunakan tangan besarnya, seketika air mata Nara langsung jatuh tanpa diminta padahal dia sudah berjanji jika tidak akan menangis lagi hanya karena mengingat kedua orang tuanya. Tapi lihatlah, hati tidak bisa dibohongi, sekuat tenaga keyra berusaha tapi dia tetaplah anak yang tak mendapatkan kasih sayang.

"Menangis lah jika itu bisa membuatmu tenang".

Akhirnya Nara menangis kencang, gadis itu menutup matanya dengan kedua telapak tangannya dan tertunduk terus menangis menumpahkan segala isi tangis nya.

Dewangga senantiasa mendengar tangisan menyayat hati itu, siapapun yang mendengarkan pasti akan ikut bersedih.

Setelah hampir satu jam menangis akhirnya Nara sudah berhenti, saat ini dia kembali menikmati jajan nya seakan tidak terjadi sesuatu tadi. Dewangga sampai dibuat heran dengan kelakuan Nara. Sungguh sangat diluar nalar.

"Jadi kamu akan memutuskan pertunanganu dengan Marvel?". Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Nara.

"Um, nanti malam aku akan kerumah nya". Jawab keyra santai sambil terus mengunyah basreng yang dibelinya tadi, Bakan suara bunyi kriuk terdengar jelas masuk dalam indra pendengaran dewangga.

"Aku temani".

"No, biar aku sendiri. Aku tidak mau dituduh macam-macam oleh nya".

"Baiklah, tapi aku hanya akan mengantarkanmu"

"baiklah"

bersambung...

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang