Flashback
Suara gemuruh guntur bersahutan dengan petir, bahkan hujan deras juga turut menemani kedua nya.
Digelap malam terlihat seorang gadis yang berjalan seorang diri, tanpa merasa kedinginan karena terkena hujan, gadis itu tetap berjalan tak tentu arah.
Bulir bening keluar dari pelupuk matanya, tapi tidak kentara sebab badannya telah diguyur hujan membuat air matanya telah bercampur air hujan.
"Aku harus kemana? Tidak mungkin aku ke rumah mbak zora". Gumamnya masih terus berjalan.
Dia adalah Nara, setelah diusir dan memutuskan marganya, kini gadis itu tidak tau siapa orang itu.
Nara terus menatap pemuda itu yang memegang payung, seakan waktu berhenti pemuda itu juga menatap nara hingga tatapan mereka bertemu satu sama lain.
Nara terpaku ketika netra abu-abu itu menatapnya, baru kali ini dia melihat pemuda itu. Atau memang dia tidak sadar selama ini, mungkin pemuda itu mengenalnya sebab rela menolong nya ditengah hujan seperti ini.
"Terimakasih". Kata Nara pelan.
"Masuk".
Pemuda itu menuntun nara untuk masuk dalam mobilnya, tapi gerakannya terhenti ketika nara menahannya.
"Tapi saya basah, mobil mu akan ikut basah".
"Tidak masalah, itu hal yang gampang Ayo masuk". Pemuda itu kembali menyuruh Nara untuk masuk dalam mobil.
Dengan sedikit dorongan dan paksaan akhirnya Nara masuk dalam mobil itu, pemuda itu kemudian berjalan mengitari mobilnya dan juga masuk dalam mobil itu.
Tak lama mobil melaju dengan sedikit lambat, apalagi hujan begitu deras membuat penglihatan nya sedikit menurun.
Sepanjang perjalanan Nara hanya diam, pikirannya melayang entah kemana Memikirkan kehidupan kedepannya bagaimana.
"Mau kemana?". Tanya pemuda itu.
"Saya nggak tau". Jawab nara seadanya, ditatapnya kearah samping dimana pemuda itu sedang menyetir.
"Kita saling mengenal?". Tanya nara penasaran.
"Tidak, kamu tidak mengenal saya tapi saya tahu kamu". Jawab pemuda itu dengan wajah datarnya.
"Kenapa begitu?".
"Karena kamu sibuk mengejar Marvel, makanya tidak mengenal saya". nara tersentak keget mendengarnya. Bagaimana bisa pemuda itu juga mengenal Marvel.
"Siapa kamu?". Tanya nara dengan wajah datar nya. Sungguh nara sangat pusing dengan kehidupannya ditambah lagi pemuda yang saat ini menolongnya sedang bermain teka-teki.
Pemuda itu terdiam sejenak, selama ini memang dia tidak pernah berinteraksi dengan gadis yang saat ini sedang duduk disamping didalam mobil nya.
"Lupakan". Kening Nara mengerut ketika pemuda itu mengatakan hal yang ambigu, bukannya menjawab tapi malah menyuruh melupakan.
"Turunkan saya disini, saya akan mencari tempat tinggal saya sendiri". Kata nara menatap pemuda itu.
"Yakin? Disini rawan terjadi pembegalan, bahkan kemarin seorang wanita sedang digilir". Balas pemuda itu, membuat Nara menatapnya tajam.
"Menyebalkan". Ungkap Nara membuat pemuda itu terkekeh pelan.
"Jadi? Masih mau turun disini?". Tanyanya kembali.
"Saya tidak mengenal mu, mungkin saja kamu komplotan dari penjahat itu yang sengaja menghampiri saya dan memberi pertolongan". Lagi-lagi pemuda itu terkekeh pelan mendengar kata omong kosong yang keluar dari mulut Nara.
"Sepertinya kamu bukan orang bodoh, kamu juga berasal dari kalangan atas. Tentu tahu betapa mahalnya mobil yang saat ini kamu tumpangi bukan?". Nara memalingkan wajahnya pelan ketika pemuda itu menghentikan mobilnya.
nara menatap sekeliling, ternyata saat ini mereka tengah berada diparkiran sebuah apartemen yang cukup mewah.
"Turun". Perintah pemuda itu, tapi Nara hanya bergeming ditempatnya.
"Kenapa?". Bukannya menjawab pertanyaan pemuda itu nara langsung membuka pintu mobil.
Rasa dingin menyeruak masuk sampai ke tulangnya, Nara menggigil kedinginan. Apalagi malam ini anginnya sedikit kencang setelah hujan tadi.
Jaket yang membalut tubuhnya, tidak dapat menghangatkan seluruh tubuhnya. Apalagi saat ini semua badannya basah kuyup bahkan dalaman nya pun ikut basah.
"Cepatlah masuk, saya tau kamu kedinginan". Karena merasa tak tahan dengan dinginnya diluar, nara segera berlari masuk ke area apartemen itu.
"Ikuti saya".
Nara mengikuti pemuda itu layaknya seorang anak yang habis main air hujan dan ibunya yang sedang berjalan di depan.
Saat ini kedua nya berada dalam lift, nara tidak banyak bicara sebab badannya masih dingin. Hanya suara menggigil yang keluar dari mulutnya. Pemuda itu melihat Nara menghela nafasnya panjang melihat keadaan gadis yang saat ini tengah berdiri disampingnya.
Ting
Pemuda itu keluar setelah pintu lift terbuka, disusul oleh bara dibelakang nya. Tak lama mereka telah sampai didepan pintu apartemen, pemuda itu segera menekan tombol apartemen itu dan pintupun terbuka.
Melihat pemuda itu masuk, Nara sempat ragu untuk masuk, tapi suara bariton mengagetkan nya.
"Masuklah, saya tidak akan macam-macam dengan mu". Ujarnya membuat nara tersentak kaget.
Dengan langkah pelan, Nara masuk kedalam apartemen itu. Dapat dilihat jika apartemen itu begitu rapih. Memiliki dua kamar dan juga ruang tamu, tak lupa sebuah dapur yang menurut Nara cukup luas bahkan dapur itu sangat bersih.
"Ini apartemen saya, kamu bisa tinggal disini selama yang kamu mau. Jadi tidak perlu sungkan dan kamu bebas melakukan apa saja. Tapi jangan sekali-kali membawa laki-laki kecuali saya". Terang pemuda itu, Nara hanya mengangguk paham.
"Baiklah, kamu bisa beristirahat dan segera mandi ganti pakaian mu. Takutnya nanti masuk angin. Saya pulang dulu, jangan lupa mengunci pintunya. Pin nya adalah tanggal lahir mu". Nara tercengang dengan apa yang dikatakan oleh pemuda itu, sebenarnya siapa dia kenapa banyak mengetahui tentang nya sampai tanggal lahirnya pun pemuda itu mengetahuinya.
"Siapa kamu sebenarnya? Apa kamu penguntit?". Tanya nara dengan perasaan menggebu-gebu.
"Saya? Saya Dewangga, anak kecil yang pernah kamu tolong ketika tenggelam di Pantai. Terimakasih atas pertolongan mu, jika saat itu kamu tidak menolong saya. Mungkin saja saya sudah tidak ada didunia ini karena terbawa ombak kita juga satu sekolah dan satu kelas". Jelas pemuda yang bernama Dewangga yang sudah keluar dari apartemen itu.
nara terpaku ditempatnya setelah mendengar pengakuan pemuda itu yang ternyata adalah anak yang pernah ditolong nya.
Saat itu Nara berumur sembilan tahun, tapi dia sangat jago renang karena sering berlatih diam-diam dari orang tuanya, sebab orang tuanya melarang keras Nara kecil untuk meminati mengenai olahraga. Orang tuanya selalu menyuruhnya mengikuti Refa kecil yang berprestasi dalam hal akademik. Padahal Nara kecil juga anak yang pintar tapi orang tuanya seakan tidak puas dan menekan terus menerus anak nya hingga Nara kecil merasakan ketidak Adilan, tapi apa daya saat Nara kecil mengeluh maka hukuman yang akan didapatnya.
Mengenai mereka satu sekolah bahkan satu kelas, wah nara tidak dapat percaya. Dia memang jarang melihat satu kelasnya Karena dulu dunianya adalah Marvel. Mengingat hal itu seketika membuatnya merasa malu pada dirinya sendiri.
Flashback selesai.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Y.A.K.A.D
Teen FictionIni bukan cerita transmigrasi tapi cerita dimana kekecewaan anak kandung yang sudah tidak bisa ditolerir lagi sebab keluarga nya lebih menyayangi anak angkat nya dibandingkan dengan dirinya yang notabene anak kandung dirumah itu. Hingga di sadar dan...