bab 16. Refa nangis karena kak Zora

176 17 2
                                    

"ada apa kalian datang kemari?". Tanya Zora dengan wajah datarnya, apalagi melihat refa yang juga ikut berkunjung kerumah nya membuatnya menatap benci pada Adik angkatnya itu.

"Kak zora kok gitu sih, papa sama mama orang tua kak Zora loh". Ucap Bima tak suka mendsngar perkataan dari kakak pertama nya itu.

"CK!!! Terserah saya. Kamu nggak usah ikut campur ana kecil". Balas zora dengan wajah sengit nya.

Sebelum kehadiran Refa , Zora sangat menyayangi Bima. Sebagai seorang kakak tertua dia sangat bertanggung jawab dalam menjaga adik-adik nya. Tapi setelah kedatangan Refa semuanya mulai berubah, apalagi orang tuanya beserta Bima selalu membela Refa dan mereka membenci adik nya Nara.

"Cepat katakan ada apa kalian kesini. Saya sibuk, tidak punya banyak waktu untuk meladeni kalian". Bukannya Zora tidak sopan pada orang tuanya tapi melihat kelakuan orang tuanya terdahulu terhadap Nara dan juga dirinya membuat emosinya membuncah.

"Biarkan kami masuk!!". Kata Dirga tegas.

Sedangkan fani menatap sendu pada anak pertamanya itu, tatapan zora berubah benci terhadap mereka.

"Saya tidak akan membiarkan kalian masuk jika ada anak s*alan itu". Tunjuk nya pada Refa.

Refa yang ditatap langsung tertunduk sedih, matanya sudah berkaca-kaca. "Ka-kalian masuk saja hiks... A-aku di luar saja... Kak zora nggak suka aku hiks... Hiks...".

"Jangan omongan mu Zora, Refa juga adik mu. Jangan menyakiti hatinya". Tegur Dirga pada anak pertamanya, Fani langsung memeluk refa sambil mengelus punggung refa dengan lembut mencoba menengkan anak kesayangan nya itu.

zora menghembuskan nafasnya kasar. "Jangan berdrama disini deh, saya muak lihat drama mu yang murahan itu. Orang tua ku bisa kamu bohongi tapi sorry kalau saya tidak akan pernah terpengaruh dengan air mata buaya mu itu cih!!". Decak zora menatap tak suka pada refa, apalagi menatap orang tuanya yang seperti orang bodoh menurutnya.

Bima mengepalkan tangannya kuat ketika Adik kesayangannya tengah menangis dipelukan sang mama. Jika bukan karena kakak nya mungkin dia sudah menghajar orang yang telah membuat adik nya itu menangis.

"Apa kamu Bima? Kenapa tangannya seperti itu? Kamu nggak terima adik yang kamu banggakan itu menangis karena kakak?". Tanya zora menatap Bima yang sedang mengepalkan tangannya.

Bima langsung menatap benci pada zora, tapi zora hanya menanggapi dengan malas. Sungguh keluarga begitu bodoh.

"Capek lihat kalian. Sudah saya mau masuk dan jangan pernah datang kesini lagi jika ada anak angkat itu". Kata zora berjalan masuk kedalam rumahnya. Ketika ingin menutup pintu tiba-tiba Fani berteriak.

"KAMI KESINI KARENA MENCARI ADIK MU AZORA!!! NARA!!!". Zora yang hampir menutup pintunya langsung terdiam.

"DIMANA DIA HAAA!!! DIMANA ANAK ITU !!!". teriak Fani kembali kemudian berjalan kearah pintu rumah Zora mendorong sang anak hingga Zora terjatuh dilantai.

fani masuk dalam rumah anak sulung nya dengan perasaan menggebu-gebu. "NARA DIMANA KAMU!!! KELUAR!!! JANGAN BERSEMBUNYI NARA!!". teriak Fani membuat dua bocah kecil dan juga suami Zora keluar keruang tamu.

Begitu pun juga Dirga dan anak-anak nya segera menerobos masuk dan mulai melihat sekeliling mencari Nara tapi nihil yang dicari tidak ada disana.

"Ada apa ini?". Tanya Sean yang melihat mertuanya berteriak.

Matanya terbelalak melihat sang istri yang tengah terduduk dilantai, sedangkan kedua anaknya langsung berlari menghampiri Zora.

"Mama...". Teriak dua bocah kecil itu.

Sean menggeram marah dan langsung ikut menghampiri istrinya, membantu Zora untuk berdiri.

"Kamu tidak apa-apa sayang?". Tanya Sean dengan lembut, zora hanya menggelengkan kepalanya.

Zora sedikit kaget ketika fani mendorongnya tadi, walau semarah apapun Fani, wanita yang disebut ibu itu tidak pernah berbuat kasar padanya.

"Apa-apaan ini!!! Kalian datang kesini hanya untuk mencari keributan ? Bahkan kalian tega menyakiti istri saya!!!". Geram Sean dengan wajah memerah menahan emosi.

Jika bukan karena mertuanya mungkin saja Sean sudah menghajar orang yang telah menyakiti ibu dari anak-anaknya. Tentu Sean tahu permasalahan antara Zora dan juga orang tuanya, Sean juga menyangkan akan sikap mertuanya yang lebih sangat menyayangi anak angkat nya dari pada anak kandungnya, bahkan tak segan mertuanya menyiksa Nara tanpa ampun.

Pernah Sean ingin melaporkan mertuanya pada polisi, karena telah melakukan tindak kekerasan pada Nara adik iparnya tapi nara melarang nya. Saat itu nara pernah di cambuk hingga gadis itu demam sampai satu Minggu membuat zora panik dan tentu sangat sedih.

"Dimana nara?". Tanya Dirga menggerakkan giginya menatap sang menantu.

"Kenapa kalian mencari nara disini. Dia anak kalian seharusnya kalian tahu dimana dia saat ini berada. Kalian seperti orang tua yang tidak becus dalam mengurus anak". Jawab Sean dengan menohok.

"Tida perlu menasehati saya Sean. Cepat katakan dimana anak itu". Sean menghembuskan nafasnya kasar menatap Dirga yang kini juga tengah menatapnya.

"Nara tidak ada disini. Jadi silahkan kalian pergi karena kedatangan kalian mengganggu ketenangan keluarga saya". Tatapan Sean tajam mengarah pada mereka semua.

"Jangan membohongi saya. Saya yakin jika Nara berada disini. Kemana lagi dia jika bukan bersembunyi dirumah ini, dia tentu tidak akan bisa berada diluar sana terlalu lama.

"Apa maksud papa? Papa mengusir Nara?". Tanya Zora yang sudah tidak linglung lagi.

Dirga terdiam mendengar ucapan anak sulungnya, jika Zora baru tahu berarti Nara betulan tidak ada disini Pikirnya.

"JAWAB PA!!". teriak Zora menyadarkan Dirga dari lamunan nya.

Merasa tak mendapat kan jawaban, kini Zora beralih pada Fani. Ibu dua anak itu mendekat pada Fani yang juga saat ini terdiam.

"Jawab Zora ma Apa mama.. maksud ku kalian mengusir nara dari rumah?".

"Iya, papa mengusir nya karena anak itu selalu pulang tengah malam. Bahkan dia berani jalan sama om-om perut buncit hanya untuk mendapatkan uang". Bukan Dirga maupun fani yang menjawab pertanyaan Zora melainkan Bima.

Zora langsung saja luruh ke lantai, Sean dan juga kedua anak nya kembali berlari menuju ke arah Zora. Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan mendengar jawaban dari Bima.

Adiknya tidak mungkin melakukan hal itu, ini semua adalah fitnah. Apalagi dia selalu mengirimkan uang untuk sang adik yang jumlahnya tidak sedikit.

"Siapa yang mengatakan itu?". Tanya  dengan pelan.

"A-aku kak hiksss... A-aku melihat kak nara lagi bermesraan sama om-om itu hiksss... Maaf ini semua ga-gara-gara aku, kak Nara jadi di usir dari rumah hiks... hiks...". Jawab refa dengan air mata yang sudah mengalir begitu deras di pipinya.

Zora menatap tajam kearah Refa, dia langsung berdiri dan berjalan kearah Refa.

"Akhhhhh". Refa berteriak ketika Zora menarik kasar rambut Refa. Tak hanya itu sebuah sampatan keras juga dilayangkan nya hingga dua kali.

Plak

Plak

Semua yang menatap itu begitu terkejut, Zora begitu cepat menghajar Refa hingga tidak ada yang bisa menghalanginya.

Bersambung...

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang