V ⚠️

61 2 0
                                    


⚠️sexual harassment‼️

Siswa dan siswi sudah berhamburan keluar dari ruang ibadah, menyisakan Winselle, Kai, dan juga Pak Dion di ruangan itu. Kai dan juga Winselle menyadari kesalahannya, jadi mereka memilih untuk tetap berada di sana untuk menebus kesalahannya.

Pak Dion kemudian terlihat mendekat dan akhirnya duduk di tempat kosong di sebelah Winselle. Posisi Winselle kini berada di tengah-tengah, dihimpit oleh Kai dan juga Pak Dion. Pak Dion tidak menatap mereka sama sekali, fokusnya kini melihat kearah salib berukuran cukup besar yang terpampang jelas. Terdengar bahwa Pak Dion menghela napasnya panjang, membuat kedua anak ini menunduk.

"Kalian tau kan salah kalian apa?" tanya Pak Dion yang kemudian menoleh untuk menatap Winselle juga Kai.

Winselle dan juga Kai hanya mengangguk. Rasanya lidah mereka terlalu kelu untuk sekadar menjawab. "Nika, ambil peralatan kebersihan di dekat gudang," perintah Pak Dion yang langsung dilaksanakan oleh Kai.

Dengan kepergian Kai atas perintah Pak Dion, kini di ruangan ini hanya menyisakan Winselle dengan Pak Dion. Winselle masih tetap menunduk, tidak berani menatap Pak Dion yang tepat di sampingnya. Winselle menggenggam jari-jari tangannya sendiri, berusaha untuk tidak terlalu takut.

Tetapi sebuah tangan mendarat mulus di paha Winselle, membuat Winselle tersentak dan kini tubuhnya semakin gemetar ketakutan. "Kamu harus menebus kesalahan kamu, Nak," bisik Pak Dion tepat di telinga Winselle.

Karena rok sekolah yang pendek, membuat tangan itu semakin mudah untuk menyingkapnya, memperlihatkan paha Winselle yang tidak seharusnya diperlihatkan. Tubuh Winselle semakin gemetar, tubuhnya seakan dibekukan, bahkan otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih tentang apa yang terjadi. Ia takut, hanya itu. Ingin rasanya ia menyingkirkan tangan yang sedang mengusap lembut bagian tubuhnya itu, menonjok nya, dan bahkan membunuhnya. Tetapi tidak bisa, Winselle tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan lidahnya pun terasa kaku untuk sekadar berbicara.

Tuhan, tolong hamba-Mu yang berdosa ini sekali saja...

Pak Dion semakin berani saat melihat tidak ada perlawanan dari Winselle. Lelaki bejat itu kemudian melepaskan almamater yang digunakan Winselle. Lalu tangannya menyentuh apa yang seharusnya tidak boleh tersentuh. Winselle merasakan sesak yang memenuhi dadanya, rasanya sangat tidak nyata baginya.

Laki-laki itu melakukan hal tidak senonoh dengan status sebagai guru agama dan melakukannya di tempat ibadah. Ia melakukan tindakan itu di depan salib besar dan lukisan Tuhannya sendiri. Memalukan.

Lalu kepala Winselle ditarik untuk bisa bertatapan. Lagi-lagi, tangan menjijikan itu membelai wajah Winselle yang sudah terlihat pucat. Air mata Winselle bisa runtuh sewaktu-waktu, ini benar-benar tidak pernah terpikirkan olehnya.

"Kamu harus diam atau saya akan lakukan lebih kepada kamu!" tegas Pak Dion lalu menarik rambut pendek Winselle kearah belakang, membuat Winselle meringis dalam diam. Winselle hanya bisa memejamkan matanya, menahan air mata yang sepertinya sebentar lagi akan runtuh.

Tidak lama, terdengar suara seseorang berjalan. Dengan cepat, Pak Dion bangkit dan meninggalkan Winselle begitu saja. Saat hendak membuka pintu, ternyata ada Kai dengan pel di tangan kanannya dan juga sapu di tangan kirinya. "Tolong bersihkan ya, Nika. Saya permisi." Kai hanya mengangguk sebagai tanggapan.

Kai kemudian masuk dan menepuk pundak Winselle, bermaksud untuk mengagetkannya. Tetapi reaksi dari Winselle mematahkan bayangan Kai, Winselle sama sekali tidak terkejut. Tetapi Kai sedikit heran, mengapa Winselle melepaskan almamaternya? Ketika Kai hendak bertanya, lebih dulu Winselle bangkit dari duduknya dan memakai kembali almamaternya sebelum akhirnya berbalik untuk sekadar menatap Kai.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang