VII

23 2 0
                                    

Winselle datang ke sekolah dengan wajah yang sedikit pucat, mungkin karena ini adalah hari pertamanya. Di kelas, ia memilih untuk meletakkan kepalanya di atas meja, menghiraukan suasana ricuh karena hendak upacara untuk memperingati hari lahir kotanya, Kota Bandung. Ia merasakan sakit yang memenuhi perut bawahnya, tetapi masih berusaha mengabaikannya.

Bel berbunyi, Winselle keluar kelas untuk mengikuti upacara dengan langkah yang gontai. Winselle sudah seperti mayat hidup sekarang. Saat berjalan untuk masuk ke barisan, sudut mata Winselle tidak sengaja menangkap sosok jangkung dengan rambut panjang yang lebat di pojok barisan dengan menggunakan rompi Palang Merah Remaja atau PMR. Di sana, Kai terlihat sibuk membantu mengatur barisan.

Bodohnya Winselle, karena terlalu fokus mengagumi ciptaan Tuhan yang bak dewi Yunani itu, Winselle sampai tidak menyadari bahwa ia berdiri di tengah jalan yang otomatis menghalangi siswi yang hendak berbaris. Kesadarannya kembali saat ia merasakan tangannya ditarik untuk masuk ke dalam barisan. "Kamu ngapain berdiri di tengah kayak gitu?"

Dia adalah Askara, yang barusan menarik tangannya. Perempuan berambut sebahu itu melontarkan pertanyaan pada Winselle yang hanya dijawab gelengan kepala. Winselle tidak pernah dekat dengan teman satu kelasnya, ia tidak pandai bersosialisasi atau bahkan basa-basi. Winselle adalah sosok yang pemalu dan tidak percaya diri. Kepercayaan dirinya memudar kala ia menyadari bahwa ia menaruh hati pada seorang gadis jelita di bangku SMP. Ia terlalu takut untuk menghadapi tatapan dari orang-orang yang tidak paham akan perasaannya.

Askara hanya menautkan alisnya, heran. Sudah hampir dua tahun ia satu kelas dengan Winselle, tetapi ia tidak pernah mengobrol panjang layaknya teman satu kelas. Askara tidak pernah tahu bagaimana sosok Winselle, ia hanya tahu bahwa Winselle adalah perempuan yang pemalu. Sikap pemalu Winselle terkadang membuat Askara berpikir, bagaimana bisa ada manusia seperti Winselle?

Tetapi belakangan ini ia selalu melihat Winselle bersama kakak kelas yang dikenal dengan nama Nika. Ia juga bingung, seseorang yang sangat pemalu seperti Winselle bisa berteman dengan seorang kakak kelas yang sangat ramah dan banyak temannya seperti Nika? Namun di lain sisi, ia juga merasa sedikit senang karena akhirnya Winselle mempunyai teman.

"Fokus kamu ke tuan yang mana, Winselle?" tanya Askara ketika menyadari bahwa Winselle beberapa kali menengok kearah belakang.

Andai saja Askara tahu bahwa fokusnya bukan pada tuan dengan paras tampan, tetapi pada puan berparas ayu di belakang sana. "Bukan siapa-siapa, Aska." Askara terkekeh, merasa tidak percaya dengan jawaban yang dilontarkan oleh Winselle. Namun ia memilih untuk tidak melanjutkannya karena upacara sudah dimulai.

Terik matahari dengan jelas mengenai seluruh tubuh siswa-siswi yang mengikuti upacara, tak terkecuali Winselle. Tubuhnya rasanya akan menyusut karena matahari. Bagaimana tidak, tubuhnya sudah kecil, lalu terkena panasnya matahari yang membuatnya mengeluarkan keringat berlebih, apa tidak menyusut seperti ikan asin yang dijemur tubuh Winselle?

Upacara kali ini juga terasa sangat berat karena ini adalah hari pertamanya menstruasi. Ia merasakan sakit pada bagian perutnya, membuat napasnya menjadi pendek karena menahannya. Ia juga merasakan pusing menjalari seluruh kepalanya, ditambah terkena panasnya matahari. Tubuhnya gemetar, sangat lemas. Winselle masih berusaha untuk fokus walaupun pandangannya sudah mulai mengabur.

Namun, tubuh Winselle tidak sekuat itu untuk menahan rasa sakit. Dengan cepat, tubuh Winselle terjatuh menghantam kerasnya tanah, berhasil membuat siswa-siswi di sekitarnya terkejut.

Mendengar ada yang pingsan di tengah berlangsungnya upacara, Kai dengan cepat berlari untuk segera membawa seseorang itu ke ruang kesehatan. Ia menerobos barisan siswa-siswi untuk melihat siapa yang pingsan. Setelah tahu siapa yang pingsan, jantung Kai rasanya berhenti sejenak. Ia menatap wajah pucat penuh keringat itu sebelum akhirnya menggendongnya. Ia juga sedikit terkejut, apakah Winselle sekecil dan sekurus ini sampai-sampai ia tidak terlalu merasa terbebani dengan tubuh Winselle? Dengan langkah yang tergesa, Kai membawa Winselle melewati barisan. Sedangkan Askara yang tadi berdiri tepat di belakang Winselle, melepaskan almamaternya untuk menutupi bagian kaki Winselle di gendongan Kai.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang