IX

21 2 0
                                    

*Song recommendations: Aku Cinta Dia by Chrisye

Kai sudah sampai di rumah Winselle. Ia kemudian mengetuk pintunya dan mendengar sahutan dari dalam rumah yang menyuruhnya untuk menunggu sebentar. Kai melihat Winselle membuka pintu. Penampilan Winselle berhasil membuatnya takjub. Dengan dress bunga berwarna kuning muda di bawah lutut, juga cardigan rajut sepinggang berwarna cream yang menutupi pundaknya, itu adalah sesuatu yang baru dari Winselle bagi Kai. Wajah Winselle tanpa polesan apa-apa, tapi rasanya sangat berbeda dengan Winselle yang biasa ia temui.

"Kamu cantik, Na," puji Kai pada Winselle. Yang dipuji pun hanya tersenyum malu-malu. "Terima kasih untuk yang lebih," balas Winselle pada Kai. Keduanya kemudian berpamitan dan masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh ayah Kai.

Hati yang berbunga

Pada pandangan pertama

Oh Tuhan tolonglah

Aku cinta, aku cinta dia...

Di dalam mobil, Winselle menikmati perjalanannya sambil mendengarkan lagu yang bergenre jazz&pop yang terputar dari radio. Matanya sesekali melirik perempuan di sampingnya. Tetapi pandangannya ia fokuskan kembali pada pemandangan kota yang penuh muda-mudi menjalin asmara ketika ternyata Kai menyadari bahwa ia meliriknya. Kai malah tersenyum sambil berpura-pura tidak tahu apa-apa.

"Yah, tolong matikan AC nya. Aku mau menikmati angin dari luar," pinta Kai setelah melihat betapa fokusnya Winselle pada pemandangan di luar jendela.

Setelah jendela dibuka, Winselle bisa merasakan angin malam yang berhembus, menerpa wajahnya sampai sesekali poninya terangkat. Ia benar-benar menikmati setiap detiknya dalam perjalanan menyenangkan ini.

"Bandung pada malam hari cantik sekali, ya, Na?" tanya Kai sambil kemudian menatap Winselle yang masih sibuk mengamati setiap sudut kota Bandung.

Winselle mengangguk, tetapi tidak menatap si pemberi pertanyaan. "Iya. Apalagi ditambah lampion yang menghiasi sepanjang jalan, menambah keindahan setiap sudutnya."

"Hati-hati, Na," peringat Kai yang membuat Winselle menoleh dan menautkan alisnya, bingung. "Kenapa?" Tak langsung menjawab, Kai malah terkekeh geli melihat wajah bingung Winselle. Menurutnya itu sangat lucu. Sedangkan Winselle, ia malah tambah bingung kala Kai malah terkekeh dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Karena ada satu warganya yang sangat cantik, khawatir ia akan mengalahkan pesona kota Bandung," jawab Kai sambil menatap lekat setiap ukiran wajah elok Winselle.

"Siapa satu warganya itu?"

"Kamu."

Winselle menunduk untuk menutupi rona merah muda yang bersemi di kedua pipinya. Memang wajar, ya, jika seorang perempuan memuji perempuan lainnya dan seseorang yang dipuji itu ternyata menaruh hati pada yang memujinya? Entahlah, yang pasti Winselle merasakan bunga-bunga bermekaran di hatinya.

Sedangkan Ayah Kai yang sedari tadi menyimak pembicaraan kedua perempuan muda di belakangnya itu hanya tertawa geli. Ia tidak menyangka bahwa anaknya akan mengatakan sesuatu yang mampu membuat lawan bicaranya tersipu. Kai mendengar tawa dari Ayahnya, lantas ikut tertawa. Ia juga tidak menyangka akan berbicara seperti itu. Rasanya jika bersama Winselle, semuanya mengalir begitu saja. "Bisa saja kamu Nika, Nika...."

"Tapi tidak salah kan, Yah, pernyataan ku?" Ayahnya mengiyakan pertanyaan Kai, membuat Winselle semakin malu. "Khana ini satu-satunya teman Nika yang cantiknya sangat tidak manusiawi, Yah. Nika kadang sampai heran kenapa Khana bisa sangat cantik," lanjut Kai sambil melirik kearah Winselle yang sudah mengangkat kepalanya.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang