Dengan suasana yang sedikit tenang di taman belakang sekolah, Kai dan juga Winselle duduk di salah satu bangkunya. Dengan membawa beberapa tumpuk buku, Kai mengambil duduk di depan Winselle. Sedangkan Winselle sendiri, ia membawa satu tas kecil yang entah apa isinya.
"Kamu bawa apa itu, Na?" tanya Kai saat melihat tangan Winselle sibuk mengeluarkan sesuatu dari tas yang dibawanya. Ternyata, Winselle membawa bekal, buatan ibunya. Ia membawa dua bekal dan bekal dengan kotak berwarna biru diserahkan pada perempuan dengan rambut panjang di depannya. "Ibu tadi nitipin ini buat Kak Kai," katanya sambil menyerahkan bekal itu dengan senyum manis yang mengembang indah di paras mungilnya.
Kai menerima bekal itu dengan sedikit terkejut, tapi ia sangat pandai menutupinya. Tapi tetap saja, ia tak bisa membohongi dirinya sendiri akan rasa bahagia dan berbunga-bunga yang menyelimuti. "Sampaikan terima kasih saya pada ibumu, ya?" Tetapi yang diajak bicara malah sibuk kembali mencari sesuatu di tas yang sama dengan wajah yang kelewat serius, membuat Kai tersenyum melihatnya. Sesaat kemudian, senyumnya kembali, menggantikan raut wajah serius yang menurut Kai lucu itu. "Ini, tadi ibu juga nitip ini, ngga tau itu isinya apa."
Tangan Kai membuka secarik kertas yang katanya titipan dari ibu Winselle itu. Gadis dengan surai seleher dengan poni itu sesekali melirik kearah kertas yang sedang dibaca oleh Kai. Jujur saja, ia juga tidak tahu isinya apa. Tapi dengan tingkat kepekaan Kai yang tiba-tiba meninggi, Kai mengangkat bangku yang didudukinya dan meletakkannya tepat di sebelah Winselle yang seketika langsung membeku. "Kita baca sama-sama, oke?"
Nak Kai, ini ibu buatkan bekal untukmu, ya.. Ibu titipkan di Winselle.. Ibu mau meminta tolong pada nak Kai. Ibu sudah mulai bekerja di salah satu pabrik hari ini, jadi otomatis meninggalkan Winselle sendirian di rumah. Ibu khawatir dengan Winselle karena sedari kecil tidak pernah ibu tinggal sendiri.. Jadi kalau tidak keberatan, kamu bisa main ke rumah, hitung-hitung sekalian menemani Winselle.. Ibu tidak memaksa, tapi ibu terima kasih sekali sudah menjadi teman Winselle..
Setelah membaca isi surat yang dituliskan ibunya itu, Winselle membuang muka karena malu. Ah, ibunya itu masih menganggap Winselle sebagai anak kecil yang tak bisa ditinggal sendiri.
"Ibu mah, kayak aku anak kecil aja," gumamnya kesal dengan muka masam. Sedangkan Kai, ia hanya terkekeh kecil setelah membaca suratnya. "Memang masih kecil kamu," balas Kai yang mendapat tatapan nyalang yang menurutnya lucu karena seperti itu, Winselle terlihat seperti anak kucing yang berusaha garang. Winselle adalah anak yang sangat dekat dengan ibunya, maka dari itu sifat lembutnya juga menurun karena ia tumbuh dengan seorang yang lemah lembut.
"Kalau gitu, nanti saya mampir ke rumahmu sebentar, apa boleh?" tanyanya yang membuat Winselle spontan menoleh kearahnya. Ia terkejut karena mendapati Kai sedang menatapnya seperti itu. Tapi dengan cepat, Winselle kembali menetralkan dan menyembunyikan ekspresi terkejutnya, lantas mengangguk. "Oh iya, ini saya makan, ya, bekalnya?"
"Ah iya, makan aja." Setelahnya, keduanya sibuk melahap bekalnya dengan diselingi topik tentang buku-buku yang tadi Kai bawa. Kai membawa novel rekomendasi dari Winselle, yang jelas sudah dibaca oleh Winselle. Tidak hanya itu, Kai juga membawa buku-buku pelajaran untuknya belajar bersama. Memang beda topik pembicaraan manusia pintar seperti mereka berdua.
Keduanya kini sedang membereskan tempat makannya. Di saat Winselle sedang sibuk membaca buku-buku pelajaran yang Kai bawa, Kai sendiri mengeluarkan beberapa jajanan dan minuman dari kresek yang ia taruh di bawah meja. Ia meletakkannya di meja, membuat Winselle bingung. "Ini, buat kamu," katanya sambil menyerahkan separuh dari jajan dan minum yang ia punya. "Saya tadi mampir ke kantin dulu, supaya kamu ngga usah sumpek-sumpekan antre beli jajan."
Kata-kata yang keluar dari mulut Kai berhasil membuat aliran listrik seperti menyengat di bagian diafragma, menyesakkannya dengan euforia paling indah. "Ah iya, supaya kamu ngga terlalu lama untuk sampai di sini," lanjutnya lagi sambil menggaruk belakang kepalanya. Winselle lantas mengangguk, "Makasih banyak, ya, Kak! Aku ganti uangnya di rumah nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
RomanceHanya kisah asmara klasik pada tahun 1990-an. Tentang kisah kasih di sekolah menengah menengah atas, dua insan yang enggan saling mengungkapkan karena terkesan memaksa garis takdir yang seharusnya.