Bab 22

217 25 0
                                    


AMBAR


Hari-hari berputar cepat semenjak Mas Diraja datang ke rumah untuk meminta restu kepada ibu dan bapak. Ternyata semua berjalan lancar dan kedua orang tuanya langsung menurunkan restu kepada Diraja, meskipun tentu saja Ambar juga memegang andil untuk meyakinkan mereka.

Atau lebih tepatnya, sandiwara dirinya dan Diraja ternyata mampu membuat kedua orangtuanya luluh sehingga masalah ini bisa diselesaikan selepas pertemuan antara Diraja dan keluarganya tempo hari. 

Ambar sempat berpikir jika bantuan yang diberikan waktu itu bisa menjadi satu kartu AS Ambar untuk bernegosiasi kepada Diraja. Negosiasi tentang apa, mungkin nanti akan Ambar pikirkan lagi. Tapi... dia merasa tumpukan jasanya untuk Diraja semakin bertambah dan sudah pasti akan Ambar cashed out di kemudian hari.

Hari ini Diraja mengatur janji agar dia bisa bertemu dengan keluarga Diraja di rumahnya. Kini gantian, Ambar yang akan diinterogasi habis-habisan oleh keluarga Diraja. Apa yang dia ketahui tentang keluarga Diraja sangat sedikit. Tapi dia gengsi bertanya kepada kakaknya atau kakak iparnya, lebih-lebih bertanya kepada orangnya langsung-Diraja. 

Entah sampai kapan Ambar akan bersikap sok cool begini di hadapan Diraja. 

"Lucu nggak sih, aku pertama kali datang ke rumahmu bukan dikenalkan sebagai pacar, tapi sudah langsung di tahap calon istri," ujar Ambar sambil terkekeh getir.

"Apa yang kita lakukan itu terbalik tahu! Kita bahkan nggak pernah kencan berdua, tahu-tahu sudah bicara persiapan tunangan dan pernikahan." Ambar menggelengkan kepalanya.

Mungkin ini hal biasa bagi lingkungan Diraja, tapi... hal yang biasa untuk Ambar seusianya adalah pusing memikirkan kuis atau ujian praktek mata kuliahnya. Bukan pusing bagaimana harus bersikap nanti di hadapan calon mertuanya kelak!

Diraja tetap berkutat dengan laporan yang dia baca dengan tekun selama perjalanannya dari rumah Ambar menuju ke kediaman keluarga Sudibyo. Awalnya Diraja mengatakan kalau lebih baik mereka bertemu saja langsung di kediaman orang tua Diraja karena dia begitu sibuk menyelesaikan proses merger dan akuisisi yang semakin hari semakin mendekati tenggat waktu.

Tentu saja Ambar meledak dan mengatakan, "Antara kamu menjemputku di rumah, atau batal sama sekali karena kamu terlalu sibuk. You choose, Diraja!" ungkapnya dengan nada serius yang mengakibatkan Diraja terhenyak sejenak di sambungan telepon mereka berdua.

"Alright, Princess!" jawab Diraja dengan nada sedikit mengejek. Diraja mengalah dan akhirnya menyetujui untuk menjemput Ambar tadi.

Ugh! Ambar benci sekali jika pria itu sudah mulai bersikap high and mighty kepadanya. 

Dan kini mereka duduk bersebelahan di kursi penumpang mobil sedan Mercedes milik Diraja. Hening menyelimuti mereka, namun Ambar malas mencari perhatian pria dingin yang duduk di sampingnya. Maka dari itu dia hanya membuka ponselnya dan mengecek media sosial secara acak.

Sampai beberapa teman SMA-nya sibuk nge-tag akun sosial medianya dan membuat Ambar mengernyitkan dahinya.

"Huh, kenapa nih?" Ambar mengernyitkan dahinya sambil membuka laman social media dan melihat sebuah akun gosip nasional mengaitkan social media dirinya dengan foto sedikit blur yang diambil di malam hari.

Ambar menelengkan kepalanya, bingung. Kenapa akun lambe-lambe seperti ini tiba-tiba mengutip namanya. Ketika dia membuka feed tersebut dan membaca caption-nya Ambar tak tahu harus tertawa atau histeris.

Obsesi Sang PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang