Bab 24

153 17 0
                                    


DIRAJA


Diraja baru melihat bagaimana wajah kedua orang tuanya begitu sumringah ketika Diraja membawa perempuan ke dalam rumah mereka.

Sebelumnya, sudah beberapa kali Diraja membawa mantan kekasihnya ke rumah untuk dikenalkan kepada kedua orang tuanya. Ayah dan ibu tentu saja tersenyum sopan dan menyambut baik perempuan-perempuan yang silih berganti menjadi kekasihnya.

Tapi, walaupun mereka sopan, mereka tak pernah memberikan undangan khusus kepada para mantannya untuk datang kembali ke rumah. Jikalau bertemu, lebih sering di restoran privat yang tidak memiliki kelekatan khusus secara emosional. Jika sudah selesai, mereka akan berpisah dan kedua orang tuanya kembali menjalani hidup seperti biasa.

Sikapnya bisa dibilang tidak hangat namun tidak pula kepalang dingin yang membuat mantannya merasa dibenci.

Diraja ingat percakapan bersama Michelle setelah mantannya itu bertemu dengan Ibu dan Bapak Sudibyo.

"Polite, yet indifferent." Begitu kesan pertama Michelle saat bertemu dengan ibunya.

Kala itu Diraja masih membela sang ibu dengan mengatakan kalau ibunya masih menjaga jarak kepada semua mantan-mantannya terdahulu. Mungkin karena lingkungannya yang banyak bersinggungan dengan social climbers makanya ibunya bersikap seperti demikian.

Michelle pun awalnya tak putus asa dengan sambutan demikian. Hingga lambat laun itu membebani pikiran Michelle dan membuat mantannya tersebut putus asa. Dalam tiga tahun perjuangan putus sambung mereka, tak jarang sikap orang tua Diraja selalu menjadi topik yang akan diungkit oleh Michelle.

Melihat kontrasnya sambutan yang diterima Ambar dibanding Michelle, membuat Diraja tersenyum getir.

Rupanya perempuan pilihannya tak ada yang lolos dari radar kedua orangtuanya. Mereka hanya ramah terhadap perempuan yang mereka yakini pantas mendampinginya–dalam hal ini adalah Ambar, karena perempuan itu sudah ditetapkan akan bersanding dengannya demi kelangsungan perusahaan Sudibyo Corporation.

"Coba bilang sama Ibu, bagaimana rencana resepsi kalian kelak? Lalu nanti kamu akan tinggal di mana, Diraja? Masa kamu tinggal di apartemen dengan istrimu?" Ibu bertanya tiba-tiba kepada Ambar dan dirinya bergantian.

 Wajah ibunya dipenuhi dengan rona bahagia penuh semangat ketika membicarakan rencana pernikahan.

"Uh..." Ambar meliriknya sekilas, namun Diraja menunggu Ambar menjawab pertanyaan tersebut.

"Kami belum berdiskusi sampai sejauh itu, Bu," jawab Ambar dengan sopan seraya melempar senyum yang membuat ibunya semakin luluh.

"Tenang saja, ada Ibu dan Rengganis yang siap membantu, kamu butuh apapun akan kami bantu semaksimal mungkin," ungkap ibunya sambil mengangguk penuh haru.

"Rengganis memiliki pengalaman, nanti dia akan berbagi tips untuk resepsi ya," tambal ibu sambil menatap kakaknya yang duduk di samping Ambar.

"Iya, tentu saja. Nanti kita bisa melakukan pertemuan antar keluarga dan membicarakan masalah ini." Kali ini ayah yang angkat suara.

"Kira-kira kapan Nak Ambar dan keluarga ada waktu agar kami bisa berkunjung?" Ayah bertanya langsung kepada Ambar.

"Saya belum bisa memastikan, Om Amir, nanti akan saya kabari secepatnya," jawab Ambar diplomatis.

Ayahnya tersenyum puas.

"Diraja, bagaimana persiapanmu dengan Ambar? Semua berjalan lancar Ayah harap? Jangan limpahkan tanggung jawab seluruhnya kepada Ambar. She is a woman. Kamu yang harus memikul tanggung jawab ini," ujar ayah kepadanya. 

Obsesi Sang PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang