Bab 20

383 36 6
                                    

Double update for 5k! 

Thanks all. Kindly vote until 400 ya biar double update lagi. 

***

DIRAJA

Setelah drama yang terjadi di restoran Prancis kemarin malam, dan setelah Diraja memastikan Ambar kembali ke rumahnya dengan selamat. Diraja beranjak kembali kembali ke apartemennya dan merebahkan diri untuk beristirahat.

Ada pertempuran lainnya yang harus dilaksanakan esok hari. Bertemu dengan keluarga Ambar dan meyakinkan mereka untuk menyetujui lamaran Diraja kepada anak mereka, Ambar.

Tidurnya malam ini pun tak nyenyak, jujur saja.

Semalam dia ragu-ragu ingin menghubungi Michelle untuk mengecek keadaannya pasca mereka putus. Tapi sekelebat ingatan tentang bagaimana Michelle dengan tegarnya mengatakan kalau dia tak ingin berbicara lagi dengan Diraja membuatnya mengurungkan niatnya.

Saat bangun tadi pagi pun, Diraja merasakan perasaan gamang yang bersumber dari kebingungannya dengan perasaannya sendiri.

Tentu saja dia tak bisa melupakan Michelle begitu saja. Tiga tahun mereka lalui bersama sebagai pasangan kekasih, belum lagi ditambah tahun-tahun ketika mereka berkenalan semasa kuliah di Harvard beberapa tahun silam. Terlalu banyak memori yang telah mereka ciptakan. Dan dalam sekejap–Diraja dipaksa untuk meninggalkan Michelle demi kelangsungan perusahaannya.

Tapi tekadnya sudah bulat, dia harus melepaskan Michelle dan menatap masa depan dengan Ambar.

Dan di sinilah mobil Diraja parkir malam ini. Di depan rumah Ambar. Ada beberapa mobil mewah berjejer di sepanjang kompleks perumahan Ambar, yang Diraja tebak sebagai mobil Darius dan keluarganya.

Saat supirnya membuka pintu mobil Mercedes miliknya, Ambar pun menyembulkan kepalanya dari pagar rumahnya dan mengangguk pelan saat melihat Diraja.

"Mas Diraja," sambut Ambar dengan nada tenang.

Kepalang tenang untuk gadis muda seusianya yang akan dipinang oleh pria asing seperti dirinya.

"Halo Ambar, kamu baik-baik saja?" Diraja menghampiri Ambar dan berdiri dengan jarak dekat dengan rikuh. Wangi tubuh Ambar yang seperti wangi baby cologne menyeruak tipis-tipis di ruang lingkup napasnya.

Ambar mengangguk.

"Semua sudah menunggu di dalam," ujar Ambar singkat.

Diraja menelisik raut wajah dan ekspresi Ambar, menimbang dan menerka bagaimana suasana hati perempuan yang berdiri di hadapannya kini.

Ambar memakai blus berwarna pastel dan dipadukan dengan celana hitam yang mengaksentuasi kakinya yang jenjang. Tinggi Ambar sejajar dengan bibir Diraja, cukup tinggi untuk seukuran perempuan membuat Diraja terdistraksi sejenak.

Jika diperhatikan, Ambar memang tidak terlihat gugup ataupun ketakutan.

Fearless.

"Sudah siap?" Diraja memegang dagu Ambar agar mereka bertatapan.

Ambar mengangguk mantap.

"Kalau kamu berhasil meyakinkan mereka, then I guess we are officially engaged, huh?" Ambar menepis tangan Diraja yang kokoh menahan dagunya, dan dia mundur selangkah. Memberi jarak antara mereka berdua.

Akhirnya Diraja bisa melihat sisi rapuh Ambar kali ini.

Gestur Ambar tersebut bisa Diraja anggap sebagai kemenangan kecilnya. Dia tak suka jika hanya dirinya sendiri saja yang merasakan ketidaknyamanan yang berhasil Ambar ciptakan beberapa hari terakhir.

Obsesi Sang PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang