Yuhuuu ketemu lagi dengan Ambar dan Diraja.
Please vote and comment before reading yaa. Biar pembaca yang lain juga bisa berkenalan sama Ambar dan Diraja.
Lotsa love,
Jemma
***
"Tapi saya nggak tertarik sama kamu," balas Ambar begitu dingin.
Sebenarnya Ambar masih lapar, tapi kenikmatannya saat makan terganggu karena cowok yang ada di hadapannya. Kini dia menjadi tak berselera makan. Akhirnya, dia mendorong piring mie tek-tek yang telah dia lahap setengahnya dan membilas sisa rasanya dengan air putih mineral di hadapannya.
"Itu wajar, karena kamu belum mengenalku lebih dekat, bukan?" balas Akito sambil tersenyum lebar.
Ambar kemudian mengambil tas mahal pemberian Mas Darius dan berniat untuk beranjak dari kursi ini. Sebenarnya kelas selanjutnya akan dimulai sekitar pukul dua siang. Tapi, mana mungkin dia menghabiskan 90 menit berikutnya di dalam kantin yang sudah mulai dengan orang-orang yang melirik penasaran ke arahnya.
"Saya sudah selesai, tolong jangan ganggu saya lagi, Akito." Ambar menatap Akito secara langsung. Tak gentar meskipun cowok di hadapannya adalah seniornya di kampus.
Ha! Jangankan senior kampus! Ambar bahkan berani berhadapan dengan Diraja–sang suksesor perusahaan real estate dan properti terkenal di Indonesia. Laki-laki seperti Akito terlihat seperti a child's play jika dibanding dengan dingin dan kakunya Diraja.
Ambar berdiri dan bersiap untuk bersembunyi di perpustakaan kampus sebelum kembali saat kelas dimulai. Tapi ternyata Akito ikut bangkit dari tempat duduknya dan menahan Ambar sejenak. Ambar menatap sengit genggaman tangan Akito dan menatap galak kepada seniornya.
"Maaf, aku refleks seperti ini," ujar Akito sambil meringis.
"Maaf kalau kesannya aku coming too strong ke kamu, jadi kesannya tengil ya?" Akito menggaruk kepalanya, tanda universal kalau dia sedang kikuk.
"Gimana kalau kita berteman saja? No pressure." Kali ini Akito menatapnya dengan sedikit lebih rileks–dan lembut?
"Aku bukan laki-laki brengsek kok, kalau kamu nggak mau juga nggak apa-apa. Tapi... bukannya kampus lebih menyenangkan kalau kamu punya teman, kan?" Akito menawarkan pertemanan kepadanya secara tiba-tiba.
Ambar terhenti sejenak. Memicingkan matanya sambil menelengkan kepalanya, menimbang-nimbang apakah tawaran cowok di hadapannya ini berujung pada kesialan dirinya atau justru membawa nasib baik Ambar selama dia berkuliah.
Dia baru saja menjalani kuliah, namun semuanya terasa begitu kompleks dan membingungkan.
Mulai dari perubahan hidupnya karena pernikahan kakaknya, kemudian proposal pernikahan dari Diraja, dan kini dia juga harus dihadapkan dengan sikap apatis dari teman-teman kampusnya saat mengetahui latar belakang keluarga Ambar.
"Nggak tahu ya, aku ngerasa orang-orang di kampus ini aneh-aneh," ujar Ambar jujur.
Akito bukannya tersinggung justru terkekeh mendengarnya.
"Kalau dipikir-pikir memang benar juga sih. Aku masuk sini karena beasiswa, dan yah begitulah... kalau tidak ada perlu denganku, mereka suka menganggapku sebagai warga kelas dua," ujarnya jujur.
"Aku ngerasa kamu sepertinya bukan orang seperti itu. Kamu bukan orang yang menilai sesuatu berdasarkan nilai materialnya saja, bukan?" tembak Akito langsung kepada Ambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Sang Pewaris
Romance18+ (Contains mature contents; explicits words and actions) SERI KEDUA SERIAL OBSESI Blurb: Ambar Tri Handayani berpikir jika pernikahan adalah hal terakhir yang akan dia pikirkan selepas lulus sekolah. Kuliah, dan mencari kerja adalah agenda utama...