Bab 14

453 26 0
                                    

Hello semuanya, tolong bantu vote dan komennya sebelum baca ya. 

I want to say hi and hear from you. 

Happy reading all!


*** 

Diraja menuruti kakaknya dan duduk di sofa samping Rengganis.

"Adik iparnya Darius Danudihardjo," celetuk Diraja singkat.

Rengganis memperhatikannya dengan saksama sebelum pandangan mereka beradu.

"Perjodohan?" tanya Rengganis. Mencoba memastikan apa motif dibalik pernikahan yang tiba-tiba ini.

"Kamu nggak tiba-tiba menghamili anak orang, 'kan?" tuduh sang kakak yang membuat Diraja jengkel.

"Hey! Kamu menganggap aku sebrengsek apa sih, Mbak? Sampai-sampai menuduhku seperti itu!" Diraja bersungut kesal.

Rengganis tertawa lebar seraya mengedikkan bahunya.

"Who knows! Biasanya anak yang paling kalem justru yang tiba-tiba suka buat pusing keluarga," tutur Rengganis dengan iseng.

Diraja memutar kedua bola matanya.

"Tuduhan yang salah alamat. Mungkin Bian yang lebih cocok image-nya dengan prasangkamu itu, Mbak." Diraja tiba-tiba mengungkit nama sepupu mereka yang sontak membuat Rengganis mengernyitkan dahinya.

"Ini ada kaitannya sama Bian, ya? Kok tumben kamu sensitif sekali sama dia?" tebak Rengganis yang jujur saja tepat sasaran.

Diraja mendengus kesal mendengar nama sepupunya disebut-sebut terus.

"Ayah bilang katanya aku perlu menikahi Ambar, atau aku harus turun dari posisi dan biarkan Bian yang ambil alih tanggung jawab ini," ujarnya getir.

Rengganis terperanjat kaget mendengar ancaman ayah mereka.

"Ayah bilang begitu?" tanya Rengganis sekali lagi. Diraja mengangguk sebagai balasannya.

"Wow!"

Tak lama kakaknya tertawa keras sampai mengeluarkan air mata.

"Aku pikir acara perjodohan dan pernikahan bisnis berhenti padaku. Tapi ternyata ambisi ayah begitu besar, sampai-sampai kamu juga nggak berkutik!" kata kakaknya dengan penuh ironi.

"Oh, maafkan aku, Diraja!" ujar sang kakak di sela-sela tawanya.

"Kamu tertawa bahagia atau tertawa sedih?" Diraja melirik ke arah kakaknya.

"How is your marriage, by the way? Baik-baik saja aku harap. Prabu nggak macam-macam denganmu, kan, Mbak?" Diraja mencoba mengalihkan pembicaraan dan membiarkan kakaknya bercerita tentang kehidupannya.

Kakaknya sudah terlalu hafal dengan gelagat dan tabiatnya. Saat ini Diraja tak ingin membicarakan masalah ini lebih lanjut, dan akhirnya Rengganis menghentikan rasa penasarannya dan menelan semua pertanyaan tentang sosok Ambar untuk disimpan dalam hati, dan yang pasti akan diungkit di lain waktu pula. Sang kakak hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali mengorek informasi secara menyeluruh. It was just a matter of a right timing and right questions to satisfy her curiosity. 

"Tentu kami baik-baik saja. Tapi aku masih suka lihat mantan-mantannya yang sering caper berkirim pesan atau DM di social media Prabu," jawab Rengganis sambil memperhatikan kuku cantiknya yang dirawat di salon.

"Apa itu mengganggumu?" Diraja siap jika dia diperlukan untuk membereskan masalah ini.

Tapi Rengganis hanya menggelengkan kepalanya seraya tertawa kecil.

Obsesi Sang PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang