Bab 8

435 29 0
                                    


Di sisi lain, setelah mereka–atau lebih tepatnya Tante Angela puas mengelilingi pusat perbelanjaan mewah dan membawa banyak tas jinjing berbagai brand sehingga membuat asisten pribadi Tante Angela kewalahan, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi makan malam ke The Opulent Restaurant yang berada di hotel The Royal Ruby.

Mas Darius mengomel kepada mamanya sendiri yang mengusulkan sempat tempat lain untuk dinner ketika Darius Danudihardjo sendiri adalah pemilik chain hotel dan restoran terkemuka berkualitas terbaik di Jakarta. 

Maka The Opulent Restorant akhirnya dipilih menjadi destinasi mereka, setelah opsi fine dining di Amuz atau Tom's by Tom Aiken langsung diveto oleh Mas Darius. Mas Darius mengomel dan berkata kenapa tidak datang ke restoran miliknya dan makan sepuasnya di sana? Bahkan kepala chef-nya bisa saja disuruh untuk membuatkan menu privat sesuai permintaan mereka.

"Kapan anak itu akan tiba? Sudah Mama bilang supaya dia pulang lebih awal dan bergabung sama kita, tapi kok belum terlihat batang hidungnya!" Tante Angela beberapa kali melirik ke arah pintu ruang privat mereka, menunggu anak semata wayangnya, Mas Darius tiba di sini.

"Pasti sebentar lagi tiba, Ma. Baru saja Darius mengabari kalau dia sudah jalan dari kantor. Jarak kantor ke sini kan cukup dekat," ujar Mbak Amira menenangkan.

Rupanya Tante Angela tidak tahan duduk manis sambil mencungkil garden salad di hadapannya tatkala menunggu Darius. Akhirnya dia menyingkirkan piringnya dan duduk menghadap Ambar.

"So, Ambar... bagaimana kuliahmu? Baik-baik saja?" tanya Tante Angela tiba-tiba.

Ambar mengangguk sopan.

"Iya, Tante. Semua baik-baik saja. Aku baru saja diterima di jurusan Computer Science di Pelita International College," ujar Ambar seraya melempar senyum tipis kepada Tante Angela.

Tante Angela terkejut mendengarnya, "Computer science? Terdengar begitu sulit dan kompleks," tuturnya.

"Well, tapi sepertinya prospek ke depannya akan lebih baik. Nanti bilang saja ke Darius selanjutnya mau internship di mana. Darius memiliki banyak perusahan yang pasti bisa akomodir kebutuhanmu," ujar Tante Angela apa adanya. 

Meskipun terkesan sombong, tapi itu merupakan fakta yang tak dapat dibantah. Keluarga kakak iparnya tajir tujuh turunan dan hal-hal seperti ini merupakan perkara mudah bagi mereka.

"Oh, terima kasih atas bantuannya, Tante. Tapi aku baru masuk semester pertama. Aku masih perlu belajar hal-hal dasar dahulu sebelum ikut magang," jawab Ambar merendah.

Ambar melirik ke arah kakaknya. Sebenarnya ini juga menjadi salah satu hal yang ingin Ambar bicarakan. Apalagi tawaran Diraja juga menyangkut dengan masa depannya kelak. Sepertinya malam ini akan panjang, karena banyak sekali yang harus dia bicarakan dengan Mbak Amira

Akhirnya orang yang mereka tunggu datang juga. Mas Darius membuka pintu ruang privat restoran The Opulent. Kakak iparnya terlihat tampan dengan balutan jas kerjanya. Pikiran Ambar terbang kepada satu sosok yang memiliki penampilan serupa dengan Mas Darius. Tapi buru-buru dia tepis dan kembali fokus untuk menyambut kakak laki-lakinya tersebut.

Mas Darius datang menghampiri mamanya, memberikan kecupan hangat di kedua pipi wanita tersebut sebelum menghambur ke arah istrinya dan mengecup keningnya penuh kasih.

Ambar tersenyum melihatnya. Ada rasa getir yang mampir dalam hatinya. Mimpinya untuk memiliki kisah cinta epik seperti kakaknya sepertinya akan tandas begitu saja.

"Maaf lama menunggu," ujarnya seraya menyapa tiga perempuan di dalam ruangan ini.

"Hello little sister!" Darius kemudian melepaskan pelukannya kepada sang istri dan menghampiri Ambar lalu mengacak-acak rambut kuncir kudanya.

Obsesi Sang PewarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang