Huh?
Diraja mengerjapkan matanya dan duduk semakin tegap saat mendengar penuturan spontan Ambar yang juga mengagetkannya.
Apakah gadis ini bicara yang sebenarnya? Atau ini merupakan salah satu cara untuk meyakinkan kedua orang tuanya? Di saat dirinya bersikukuh untuk mengucapkan hal yang sejujurnya–Ambar datang dengan membawa dusta di tengah-tengah prosesi alot diskusi malam ini.
Diraja tak tahu apakah dia harus mengetuk kepala Ambar karena sikap spontan dan cerobohnya itu, atau lagi-lagi, harus takjub dengan jalan pikiran sang gadis yang tak bisa ditebak ke mana ujungnya.
"Apa kamu bersungguh-sungguh, Ambar?" Suara lembut Amira memecahkan kebisuan.
Ambar mengangguk mantap.
Tapi Amira mengernyitkan dahinya, "Coba bicara dengan menatapku, Ambar!" perintah sang kakak.
Ambar menengok ke arah kakak perempuannya dan melemparkan senyum.
"Dia tampan, baik, kaya dan juga pintar," ujar Ambar mencoba menjelaskan alasan kenapa dia bisa jatuh cinta kepada Diraja.
Haha! Seharusnya calon istrinya ini berprofesi sebagai aktris saja!
Kemarin mereka baru saja berdebat saat makan malam, dan kini dengan mudahnya Ambar mengubah narasi dan mengatakan kalau gadis itu jatuh cinta kepadanya?
"Kamu yakin mau menikahi pria yang bahkan mengaku tidak cinta kepadamu?" Kali ini serangan diberikan oleh ibunya Ambar.
Saat Diraja mengawali diskusi dengan mengatakan kalau tak ada benih cinta di antara mereka–Ambar menepisnya dengan mengatakan hal yang sebaliknya. Dia sungguh-sungguh tak memahami jalan pikiran gadis ini.
Apakah karena perbedaan usia mereka yang begitu mendalam?
"Ayah saya mengatakan kalau cinta dapatlah dipupuk setelah menikah nanti. Yang penting adalah komitmen kedua belah pihak," ujar Diraja buru-buru.
Mencoba mengambil alih kendali percakapan saat ini.
"Kamu yakin bisa berkomitmen dalam pernikahan ini?" desak Pak Subroto.
Diraja mengangguk tegas seraya meremas tangan Ambar.
"Ya. Anda bisa pegang ucapan saya," balas Diraja sungguh-sungguh.
"Cih!" desis Darius yang tak setuju sedari awal.
"Darling, please," ucap sang istri Darius, mencoba menenangkan emosi Darius karena percakapan yang menyudutkan Diraja sejak tadi.
"Aku tahu keputusanku ini begitu cepat, Pak, Bu. Kalian semua mungkin merasa bingung dan kaget. Bahkan mungkin Mas Darius sekarang misuh-misuh mempertanyakan kewarasanku." Ambar kembali bersuara.
Darius yang disenggol seperti itu hanya mengernyitkan dahinya dalam. Wajahnya jelas-jelas gatal ingin mengucap sesuatu. Tapi kontrol pria itu cukup membuat Diraja cukup kagum karena Darius memilih diam dan sabar mendengarkan penjelasan Ambar.
"Tapi keputusanku semakin bulat dan mantap. Apalagi Diraja meyakinkanku kalau dia akan berkomitmen kepadaku. Di masa sekarang, komitmen rasanya lebih bisa dipegang dibanding ucapan cinta mendayu-dayu, bukan?" todong Ambar dengan pintar di hadapan orang tuanya.
"Tapi kamu masih terlalu muda, Nak..." Ibu Ambar menyuarakan kekhawatirannya.
Ambar mengedikkan bahunya sambil memainkan jarinya di atas meja kayu. Meskipun ucapannya terlihat mantap–Diraja melihat kaki Ambar bergetar sedikit menandakan kegugupan yang sedari tadi coba ditutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Sang Pewaris
Romance18+ (Contains mature contents; explicits words and actions) SERI KEDUA SERIAL OBSESI Blurb: Ambar Tri Handayani berpikir jika pernikahan adalah hal terakhir yang akan dia pikirkan selepas lulus sekolah. Kuliah, dan mencari kerja adalah agenda utama...