Chapter 15: Our Past (Part 1/2)

2.5K 114 16
                                    


"Hill tetaplah Hill."

Phi Jo berkata dengan nada yang tampak sangat terbiasa. Aku sedikit terkejut dengan kata "Apa urusannya denganku?" dari orang di samping ku. Aku kira Phi Hill akan lebih perhatian terhadap orang lain. Phi Thanmind pun sudah mengenalnya cukup lama, dan sepertinya kondisinya cukup serius.

Aku menganggap Phi Hill sebagai orang yang peduli karena aku sendiri yang selalu mendapat perhatian, termasuk dari adik, teman, dan orang-orang di sekitarku.

Phi Hill yang selalu peduli dan merawat segalanya.

Tapi jika diperhatikan, hal yang bisa kukatakan, mungkin karena... pada kenyataan Phi Hill sebenarnya tidak pernah peduli pada siapa pun.

Kecuali kepadakuaku.

SialSial, jantungku mulai tak bisa dikendalikan lagi, rasa panasnya seolah membakar di seluruh dadaku.

"Sebenarnya, dari awal Hill memang tidak peduli, tapi dia tidak mengatakannya. Tapi sekarang, dia harus mengatakannya,"

"Phi Thanmind pasti berpikir lebih baik dia tidak mengatakannya daripada dia sakit hati."

Aku duduk mendengarkan mereka berbicara tentang Phi Thanmind. Sepertinya tidak banyak yang benar-benar peduli dengan Phi Thanmind. Mungkin ada yang mengatakan khawatir, tapi tidak sampai panik dan buru-buru memeriksa kondisinya, berbeda dengan bintang kampus lainnya yang tampak sangat peduli terhadap bintang fakultas kedokteran itu.

Semakin Phi Thanmind menangis, semakin banyak orang yang memperhatikan, dan mungkin itu juga membuat Phi Hill dibenci sedikit.

Seperti yang dikatakan orang itu, apakah menangis bisa membuatnya mendapatkan segalanya? Begitulah yang disebut tidak adil.

"Ter, halo! Aku sudah datang!" Suara Daotok dari belakang membuat ku menoleh cepat. Akhirnya, Daotok, Phoon, dan Phi Fah tiba juga.

"Eh..." Kedua orang itu duduk di kursi di belakang ku, tampak sedikit canggung karena ada banyak senior. Hm, bukan cuma mereka, aku juga merasa canggung. Sementara Phi Tonfah duduk di dekat Phi Johan dan Phi Arthit.

"Kalian teman Nong Ter?" Phi Meili bertanya. Daotok dan Phoon mengangkat tangan untuk menyapa.

"Ya, aku Daotok, dan ini Phoon,"

"Aku Meili, yang meminta Nong Ter untuk jadi fotografer."

"Oh, jadi kau datang untuk jadi fotografer?" Daotok mengangkat alis, bertanya sambil melihat kamera yang menggantung di leher ku.

"Ya, kenapa harus bohong?"

"Wah, itu keren. Kenapa tidak mengajak thypoont? Dia kan fotografer profesional,"

"..."

"Shia, apa kau lupa? Phoon kan suka foto," kata Foam, membuat ku ingat kalau Phoon sangat suka fotografi, bahkan lebih serius dari ku. Seperti yang aku katakan, aku hanya sesekali mengambil foto, saat ada waktu luang.

"Ya, tapi aku tidak mengambil foto orang," kata Phoon. Entah kenapa dia tampak agak kesal tiba-tiba.

"Oh, jadi foto apa yang kau potret?" tanya Phi Meili. "Namamu Phoon, kan? Huhu, lucu sekali, pipimu merah juga. Kau kena sinar matahari, ya?" Phoon tersenyum malu setelah dipuji oleh Phi Meili. Ternyata Phi Meili suka menggoda hampir semua pria.

"Wah, kenapa kau tidak memujiku juga? Aku jadi sedikit kesal." Daotok berkata sambil bercanda.

"Baiklah, Nong Dao juga manis," jawab Phi Meili dengan nada menyebalkan, sambil mencubit pipi Daotok yang kesal.

[END] EAST: TAG! YOU'RE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang