☆☆☆
Kirana melangkah masuk ke kafe kecil tempat ia bekerja dengan hati yang berat. Minggu lalu, dia dan Raka berpisah setelah pertengkaran yang mengguncang seluruh dunia mereka.
Hubungan yang dulu dipenuhi dengan tawa dan kehangatan kini terasa seperti kenangan samar yang menyakitkan.
Kafe itu, tempat mereka pertama kali bertemu, kini terasa lebih sunyi dari biasanya. Kirana memulai hari dengan rutinitasnya, menyiapkan kopi dan pastry, sambil mencoba menyingkirkan pikirannya yang terus-menerus kembali ke Raka.
Setiap sudut kafe, setiap aroma kopi yang menyebar, mengingatkannya pada momen-momen indah yang pernah mereka bagikan.
Sementara itu, Raka duduk di studio musiknya, dikelilingi oleh peralatan dan catatan musik yang berserakan. Dia tidak dapat berhenti memikirkan Kirana dan keputusan yang harus diambil.
Dia merasa seperti terjebak dalam labirin emosional, di mana setiap jalan berakhir pada keputusannya untuk memprioritaskan karier atau mengikuti hati.
Meskipun dia sudah membuat kemajuan dalam mengatasi rasa bersalah dan trauma masa lalunya, dia masih belum bisa sepenuhnya memaafkan dirinya sendiri.
Pada siang hari, Kirana melihat seorang pelanggan baru memasuki kafe. Dia terlihat terburu-buru, seolah-solah sedang melarikan diri dari sesuatu. Kirana mencoba tersenyum dan melayani pelanggan tersebut, meskipun pikirannya terus berkelana ke masa lalu.
Tidak lama kemudian, pelanggan itu memesan kopi dan duduk di sudut kafe. Kirana tidak bisa menahan rasa penasaran, dan setelah beberapa menit, dia akhirnya memberanikan diri untuk mendekat.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya lembut, mengingatkan dirinya untuk tetap profesional.
Pelayan yang tampak gelisah itu mengangkat pandangannya dan tersenyum, “Kamu pasti Kirana, kan?”
Kirana terkejut. “Ya, saya. Bagaimana Anda tahu nama saya?”
Pria itu mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan memberikannya kepada Kirana. “Raka meminta saya untuk memberikan ini padamu,” katanya, lalu dia bergegas keluar dari kafe sebelum Kirana bisa bertanya lebih lanjut.
Kirana membuka amplop tersebut dengan tangan gemetar. Di dalamnya ada sebuah surat dan tiket untuk sebuah konser Raka yang akan datang. Surat itu berbunyi:
Kirana, aku minta maaf. Aku telah melakukan kesalahan besar dengan mengabaikan kebutuhanmu dan mencoba mengubahmu untuk cocok dengan dunia ku. Aku menyadari bahwa aku perlu mencari keseimbangan dalam hidupku, dan kamu adalah bagian penting dari pencarianku itu. Aku ingin berbagi denganmu dunia yang selama ini membuatku kesepian, dan aku berharap kamu mau memberi kita kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku akan menunggu di konser ini, berharap kamu bisa datang. – Raka
Kirana merasakan campuran emosi—kesenangan, kebingungan, dan rasa sakit yang tak tertandingi. Konser Raka adalah kesempatan terakhir bagi mereka untuk berbicara, untuk menjelaskan dan memperbaiki hubungan mereka. Dia memutuskan untuk pergi, meskipun ketidakpastian menyelimuti hatinya.
☆☆☆
Di malam hari, saat lampu panggung menyala dan musik mulai mengisi ruang, Raka berdiri di belakang tirai, berdoa agar Kirana datang. Setiap nada yang dia mainkan terasa seperti ungkapan hatinya, penuh dengan rasa sakit, harapan, dan kerinduan.
Saat konser berlangsung, Kirana memasuki ruang konser dengan hati berdebar. Di tengah kerumunan, dia melihat Raka di atas panggung, dan matanya bertemu dengan mata Raka.
Dalam momen itu, dunia seakan berhenti. Semua kebisingan dan kerumunan menghilang, meninggalkan hanya mereka berdua dan emosi yang tak terucapkan.
Setelah konser, Kirana menunggu di belakang panggung. Raka, dengan wajah penuh ekspresi campur aduk, menghampirinya. Dia mengulurkan tangan, dan Kirana, meskipun hati penuh keraguan, menerimanya.
“Mau bicara?” tanya Raka dengan nada lembut, penuh harapan.
Kirana hanya mengangguk, dan mereka berdua melangkah keluar dari ruang konser menuju tempat yang lebih tenang—tempat di mana mereka bisa mulai berbicara tentang masa depan mereka dan, mungkin, membangun kembali jembatan yang pernah hancur di antara mereka.
Di bawah langit malam yang penuh bintang, di antara bayang-bayang dan cahaya, mereka memulai perjalanan baru—tidak sebagai musisi dan gadis sederhana, tetapi sebagai dua jiwa yang saling memahami dan berusaha menemukan jalan kembali satu sama lain.
bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade in Stillness | Wonbin RIIZE [ END]
FanfictionKetika dua dunia yang begitu berbeda ini bertabrakan secara tak terduga, Raka dan Kirana saling menemukan apa yang selama ini hilang dalam hidup mereka. Kirana menemukan kedamaian dalam keheningan Raka, sementara Kirana mulai melihat keindahan dalam...