Dalam kegelapan aula yang hampir roboh itu, Sing merasakan ketakutan yang menggerogoti jiwanya. Bayangan hitam yang melintas di depannya membuatnya terperangah, dan seakan jantungnya berhenti berdetak. Dia ingin berteriak, meminta tolong, tetapi suara itu tercekik di tenggorokannya.
Ketika makhluk itu mendekat, wajahnya yang menyeramkan membuat Sing merasa seolah-olah dunia sekitarnya berputar. Badannya terasa kaku, seakan semua ototnya membeku. Dalam sekejap, makhluk itu mengangkatnya ke udara, dan Sing merasakan sensasi mengerikan saat ia dilempar ke arah tembok. Rasa sakit yang luar biasa menjalar di seluruh tubuhnya, membuatnya terjatuh dengan lemas.
Saat ia berusaha bangkit, sebuah kursi melayang menghantamnya, dan penglihatannya mulai menggelap. Dalam keadaan setengah sadar, dia mendengar suara lembut yang seakan datang dari jauh. "Hentikan, makhluk jelek! Kau hampir membunuhnya!"
Suara itu mengandung kekuatan yang tidak biasa, dan tiba-tiba, makhluk menyeramkan itu tampak ragu. Sing merasakan ada sesuatu yang berubah di udara, seolah ada pertempuran antara kekuatan gelap dan cahaya. Dalam kegelapan, wajah lembut itu mulai muncul, membentuk sosok yang menenangkan.
"Mari kita selamatkan dia," kata sosok itu dengan nada lembut. Sepertinya, sosok itu berusaha melindungi Sing dari ancaman yang mengerikan. Dalam sekejap, aura terang mulai menyelimuti aula yang kelam.
Sing merasa tubuhnya mulai pulih sedikit demi sedikit, dan saat ia membuka matanya, sosok itu sudah berdiri di hadapan makhluk tersebut, memancarkan cahaya yang menakutkan bagi kegelapan. "Kau tidak boleh menyakiti dia!" seru sosok itu dengan penuh keberanian.
Makhluk itu menggeram, tetapi cahaya yang terpancar dari sosok tersebut semakin menguat, seolah menantang kegelapan yang ada. Sing, meskipun masih lemah, merasakan harapan baru muncul dalam dirinya. Dia berusaha untuk bangkit, meskipun setiap gerakan terasa menyakitkan.
"Siapa... siapa kamu?" tanya Sing dengan suara parau, mencoba untuk memahami apa yang terjadi.
Sosok itu menoleh ke arah Sing, dan wajahnya yang lembut memberinya rasa tenang. "Aku di sini untuk melindungimu. Kau tidak sendirian. Bersiaplah, kita akan menghadapinya bersama," jawab sosok itu, memberikan semangat kepada Sing.
Dengan keberanian yang baru, Sing mencoba untuk berdiri, meskipun masih tremor. Dia merasakan kekuatan mulai mengalir kembali ke dalam tubuhnya. "Baiklah," katanya pelan, tetapi tegas. "Kami tidak akan menyerah."
Pertempuran antara cahaya dan kegelapan semakin intens, dan Sing tahu bahwa dia harus bergabung dengan sosok itu untuk melawan makhluk yang menakutkan di hadapan mereka. wah siapa si lembut itu.
“Bagaimana, apakah badanmu sudah mulai membaik?” tanya sosok lembut itu, suaranya seakan bergetar dengan empati. “Jangan takut, namaku Zayyan. Siapa namamu?”
“Aku Sing,” jawabnya, masih sedikit ragu.
“Wah, halo Sing! Aku ingin tahu bagaimana kau bisa sampai di sini. Tempat ini berbahaya. Bahkan sudah terbengkalai sejak lima tahun yang lalu. Banyak korban yang mati di sini dan tidak bisa kembali pulang, entah itu karena mereka tersiksa batin atau siksaan makhluk jelek tadi,” jelas Zayyan, matanya memancarkan ketulusan.
Sing menghela napas. “Aku mengikuti ide temanku yang penasaran akan sekolah ini. Sebenarnya, aku juga penasaran kenapa bangunan ini sangat mirip dengan sekolahku biasanya. Letaknya bahkan di depan daerah sekolah tua ini. Apa kau tahu tentang ini?”
Zayyan terdiam sejenak, terlihat ragu untuk menceritakan kisahnya. “Entahlah, aku juga terjebak di sini, dan tidak tahu asal usulnya. Dulunya, aku sadar di sebuah lorong. Tiba-tiba, aku memiliki kekuatan cahaya putih yang bisa membuat makhluk jahat manapun ketakutan. Sungguh, aku juga bingung,” katanya dalam hati.
Melihat Zayyan melamun, Sing menepuk bahunya. “Hai, ada apa? Apa pertanyaanku membuatmu kesusahan untuk menjawab?”
Zayyan mengangguk, tetapi segera menjawab, “Entahlah. Tapi kau tenang saja, aku memiliki beberapa teman baik di sini. Hanya saja, aku tidak yakin mereka manusia atau bukan. Mereka selalu menolongku.” Zayyan tersenyum manis, dan senyumnya membawa kehangatan di tengah kegelapan yang menyelimuti aula itu.
Sing merasa sedikit lega mendengar itu, seakan mendapatkan perlindungan. Namun, dalam hatinya, ada rasa rindu yang mendalam terhadap sosok kakaknya yang belum ditemukan. Andai dia bisa bertemu kakaknya, mungkin kakaknya akan seperti Zayyan, yang melindunginya di saat-saat sulit seperti ini.
“Zayyan,” Sing memulai, “apakah kau pernah melihat kakakku? Dia sudah hilang sejak lama atau mungkin dia ada disini, karena dulunya aku mendapat kabar kalau dia sekolah di tempat yang sama denganku. Aku sangat merindukannya.”
Zayyan menatap Sing dengan penuh pengertian. “Aku belum melihatnya, tetapi aku percaya bahwa jika dia ada di sini, dia pasti juga berjuang untuk menemukan jalan pulang. Kita harus tetap optimis dan bersatu. Kekuatan kita akan lebih besar jika kita saling mendukung.”
Sing mengangguk, merasa terinspirasi oleh kata-kata Zayyan. “Baiklah, aku akan berusaha untuk tetap kuat. Kita harus mencari jalan keluar dari tempat ini bersama-sama.”
Zayyan tersenyum lagi. “Benar. Mari kita cari teman-temanku dan bersama-sama kita hadapi makhluk-makhluk jahat ini. Kita tidak sendiri.”
Dengan semangat baru, Sing merasa ada harapan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Mereka berdua bersiap untuk melangkah lebih jauh ke dalam kegelapan, bersatu melawan segala ancaman yang menghadang.
mungkin banyak pertanyaan dari kalian , apakah zayyan kakak nya sing yang hilang?
Atau salah satu teman zayyan kakak nya sing ?
mari kita baca selanjutnya.
Happy reading 🥰🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Singkat ( Xodiac)
Mystery / ThrillerDi suatu sore yang cerah, ketika matahari mulai merunduk di ufuk barat, lima remaja laki-laki : Sing, Leo, Wain, Gyumin, dan Davin memutuskan untuk menjelajahi gedung sekolah terbengkalai yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. Mereka mendengar...