Ingatan zayyan

108 14 3
                                    

   Di dalam alam bawah sadarnya, Zayyan merasakan kehangatan sinar matahari yang lembut dan aroma bunga yang segar. Ia berdiri di hamparan tanah luas yang dipenuhi dengan bunga-bunga berwarna-warni yang bermekaran, menciptakan pemandangan yang sangat indah. Namun, di ujung sana, ada cahaya yang memancarkan sinar cerah, menarik perhatiannya. Tanpa pikir panjang, Zayyan mulai melangkah menghampiri cahaya tersebut, merasakan sesuatu yang akrab dalam hatinya.

Tetapi seiring ia mendekati cahaya, tiba-tiba ingatannya mulai kembali, sedikit demi sedikit. Kenangan-kenangan yang terpendam muncul ke permukaan, dan Zayyan merasakan pusing yang luar biasa. Dia terhuyung, berusaha untuk tetap berdiri meskipun dunia di sekelilingnya berputar.

Saat dia membuka matanya, cahaya itu mulai memudar, dan di hadapannya berdiri Lex, sahabatnya. “Lex…” ucap Zayyan dengan suara lemah, terkejut melihat wajah familiar itu.

“Zayyan! Akhirnya kau sadar!” Lex hampir tidak bisa menahan kebahagiaannya. Dia bergegas menghampiri Zayyan, membantu sahabatnya duduk dengan hati-hati. “Kau hampir saja membuat kami semua khawatir,” tambahnya, suaranya dipenuhi kelegaan.

Zayyan mengerutkan dahi, masih merasakan bingung. “Apa yang terjadi? Di mana aku?” tanyanya, suaranya masih lemah.

“Di tempat aman. Kami membawamu ke sini setelah insiden itu,” jawab Lex, matanya penuh perhatian. “Kau pingsan , tapi sekarang kau sudah kembali! Minum sedikit air, ini bisa membantumu,” Lex berkata sambil mengulurkan segelas air.

Zayyan menerima gelas itu dengan tangan yang gemetar, menyesap airnya perlahan. Rasanya menyegarkan, dan sedikit demi sedikit, kekuatan mulai kembali ke dalam dirinya. “Terima kasih, Lex,” ucapnya, merasakan rasa syukur yang mendalam.

Lex tersenyum, merasa senang melihat sahabatnya mulai pulih. “Kami semua sangat khawatir padamu. Hyunsik, Sing, dan yang lain mereka sedang pergi mencari bahan makanan . Mereka tidak sabar untuk melihatmu sadar kembali.”

Zayyan mengangguk, berusaha mengingat kembali semua kenangan yang sempat  hilang. Ada kerinduan di hatinya, bukan hanya kepada sahabat-sahabatnya, tetapi juga kepada kenangan yang terputus. “Aku merasa… aku mengingat sesuatu,” katanya pelan.

  Lex terkejut mendengar ucapan Zayyan. “Sungguh, Zayyan? Kau mengingat sesuatu?” tanyanya, matanya berbinar dengan harapan. Dia merasa seolah ada cahaya baru yang menyinari keadaan mereka.

Zayyan mengangguk, meskipun masih ada keraguan di wajahnya. “Ya, aku ingat sedikit. Aku punya adik,” jawabnya, suaranya semakin jelas. “Aku merantau saat dia masih kecil. Mungkin sekarang dia sudah besar dan tumbuh sangat tampan.”

Lex merasakan campuran antara kelegaan dan kebahagiaan. “Itu luar biasa! Ini adalah langkah besar untukmu, Zayyan. ” ucap Lex.

“Ya,” Zayyan melanjutkan, “Aku selalu merasa ada yang hilang dalam hidupku, dan sekarang aku tahu kenapa. Dia adalah bagian dari diriku.”

   Lex tersenyum mendengar ucapan Zayyan, namun di dalam hatinya, dia merasa sedikit cemas. Mungkin Zayyan tidak sadar bahwa adiknya selama ini berada di dekatnya. Dia merasa penasaran bagaimana reaksi Zayyan ketika melihat Sing nanti, terutama setelah ingatan-ingatan yang mulai kembali.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Hyunsik, Leo, Gyumin, Davin, dan Sing kembali ke tempat persembunyian mereka, membawa beberapa buah yang mereka dapat dari hutan. Hyunsik dengan bangga menjelaskan, “Aku yang menemukan tempat tumbuhan ini. Buah-buah ini bisa membantumu pulih lebih cepat.”

Ketika mereka melihat Zayyan sudah sadar, wajah mereka langsung dipenuhi kebahagiaan. “Zayyan! Kau sadar!” teriak Hyunsik, dan semua teman-teman berkumpul di sekelilingnya. Bahkan Sing, yang biasanya murung, sekarang tersenyum lebar dan menghampiri Zayyan dengan semangat.

“Zayyan, kau sadar!” tanya Sing dengan suara ceria, namun saat Zayyan menatapnya, dia tampak sangat terkejut. Wajah-wajah asing di sekelilingnya mulai terlihat, tetapi saat matanya tertuju pada Sing, terkejutnya semakin mendalam. “Adikku…” bisiknya, mengenali wajah yang tidak asing lagi. Kenangan masa lalu menyeruak ke dalam pikirannya, dan dia ingat semua momen indah bersama Sing.

“Zayyan, ada apa?” tanya Sing, melihat ekspresi keterkejutan di wajah kakaknya. “Kau terlihat sangat terkejut.”

Zayyan terdiam sejenak, mencoba mencerna semua yang terjadi. “Sing… kau… kau adalah adikku,” ucapnya dengan suara bergetar, matanya berkilau penuh emosi. “Aku ingat semua! Sejak kecil, kau selalu ada di sampingku.”

Sing tertegun, merasakan betapa dalamnya perasaan Zayyan. “ maksudmu apa zayyan,” jawab Sing.

Kebahagiaan dan kelegaan meluap dalam hati Zayyan. “Aku tidak tahu apa yang terjadi dimasa lalu, tapi Sing percayalah aku ingat bahwa kau adikku zo sing.

Wain, Leo, Gyumin, dan Davin saling bertukar pandang, merasakan momen emosional di antara Zayyan dan Sing. Mereka terkejut bahwa persahabatan yang kuat di antara mereka sekarang telah mendapatkan dimensi baru, sebuah ikatan keluarga yang tidak akan pernah terputus.

Sing masih terdiam, otaknya berusaha mencerna semua informasi yang baru saja dia terima. Zayyan, sosok yang selama ini ia cari, ternyata ada di depan matanya. Kenangan masa kecil yang samar-samar mulai bermunculan, seperti potongan teka-teki yang akhirnya tersusun dengan sempurna.

"Zayyan..." ucap Sing pelan, suaranya bergetar. "Kamu benar-benar kakakku?"

Zayyan mengangguk, senyumnya lebar dan penuh haru. "Iya, Sing. Aku tidak pernah berhenti mencarimu. Aku selalu berharap kita bisa bertemu lagi."

Leo, Gyumin, Davin, dan Wain saling bertukar pandang, bahagia melihat momen emosional tersebut. "Ini luar biasa!" seru Leo. "Kalian akhirnya bertemu!"

Gyumin menepuk punggung Sing, "Kau tidak sendirian lagi, Sing. Kami semua ada di sini untukmu."

Davin dan Wain mengangguk setuju, merasakan kebahagiaan yang mengalir di antara mereka. Sing merasakan hangatnya persahabatan dan cinta keluarganya, sesuatu yang telah lama hilang. Dalam sekejap, rasa kesepian dan kerinduan yang menggerogoti hatinya mulai sirna.

"Sekarang, kita bisa bersama-sama lagi," kata Zayyan, mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Sing erat. "Aku janji tidak akan pernah pergi lagi."

Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Sing. "Terima kasih, Zayyan. Aku sudah menunggu lama untuk momen ini."

Mereka semua terdiam sejenak, merasakan kedalaman momen itu sebelum tertawa bersama, merayakan reuni yang penuh keajaiban.


Terjawab sudah , ternyata zayyan kakaknya sing yang hilang🥺🥰, di part selanjutnya aku bakal up cerita mengenai bagaimana sing dan zayyan bisa berpisah ya🥰👐.

Happy reading 🥰❤️

Pertemuan Singkat ( Xodiac)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang