Gyumin dan Leo duduk terengah-engah di sudut gelap lorong, berusaha meredam rasa takut yang membara di dalam diri mereka. Satu jam yang lalu, mereka dikejutkan oleh sosok besar nan hitam yang sangat menyeramkan. Nyaris saja makhluk itu menghabisi mereka, jika bukan karena Gyumin yang dengan cepat menarik Leo, yang terpaku menatap makhluk itu tanpa niat untuk melarikan diri.
“Leo, cepat! Kita harus pergi!” teriak Gyumin, berusaha menarik Leo menjauh dari ancaman yang mengintai.
Mereka berlari sekuat tenaga, namun saat mereka berada di pertengahan lorong, sosok lain yang lebih menyeramkan muncul. Makhluk itu memiliki taring tajam dan tatapan menusuk yang seakan-akan menatap Leo dengan kebencian yang dalam. Gyumin merasa ngeri melihat betapa marahnya sosok itu terhadap temannya.
“Apa yang kau lakukan, Leo?” bisik Gyumin panik, saat ia mencari sesuatu untuk melindungi diri. Dengan cepat, dia meraih balok besar yang tergeletak di dekatnya. Tanpa berpikir panjang, dia melemparkan balok itu ke arah makhluk tersebut. Namun, benda itu seakan tembus dan tidak memberikan dampak apa pun.
“Tidak! Tidak!” teriak Gyumin, panik melihat makhluk itu semakin mendekati Leo, yang sudah hampir kehabisan napas karena cekikan kuat makhluk itu.
“Gyumin... tolong...” suara Leo bergetar, hampir tak terdengar.
Gyumin merasa putus asa, tetapi dia tidak ingin menyerah. Dengan segenap tenaga, dia berlari mendekati makhluk itu, berusaha menarik perhatiannya. “Hei! Lepaskan dia!” teriaknya, berusaha menegaskan keberaniannya.
Tiba-tiba, dari arah lain, cahaya putih yang menyilaukan muncul, menerangi lorong yang gelap dan mencegah makhluk itu mendekati Leo. Sosok itu seolah terkejut dan mundur, mengerang dengan suara yang mengerikan.
“Leo, cepat! Ini kesempatan kita!” teriak Gyumin, meraih tangan Leo dan menariknya menjauh dari makhluk yang masih terkejut oleh cahaya itu.
Dengan penuh keberanian, mereka berlari sekuat tenaga, meskipun jantung mereka berdebar kencang. “Apa itu tadi?” tanya Leo, suaranya masih bergetar.
“Entahlah, tapi kita harus mencari tempat aman,” jawab Gyumin, berusaha menenangkan temannya. “Kita tidak bisa berlama-lama di sini.”
Mereka terus berlari, menelusuri lorong-lorong yang tampak tak berujung. Di tengah kegelapan, cahaya putih itu seakan memandu mereka, memberikan harapan di tengah ketakutan yang menggerayangi hati mereka.
“Gyumin, kita harus menemukan cara keluar dari sini!” seru Leo, berusaha mengumpulkan keberanian meskipun masih terbayang makhluk-makhluk mengerikan yang mereka hadapi.
“Benar, kita tidak boleh menyerah. Kita akan menemukan jalan keluar,” jawab Gyumin, bertekad untuk melindungi Leo dan mencari keselamatan di tempat yang penuh dengan misteri dan bahaya ini.
Di tengah-tengah Gyumin dan Leo yang berbincang, suara panggilan menggema di lorong yang sepi. “Gyumin! Leo! Tunggu aku!” teriak Sing dengan nada panik.
“Yah, ternyata cahaya putih tadi berasal dari Zayyan, mengingat kembali sosok lembut yang telah menyelamatkan sing.
Sing dan Zayyan berlari menuju mereka, wajah mereka penuh kekhawatiran. “Kami melihat kalian dalam bahaya dan datang secepat mungkin!” kata Sing, napasnya tersengal-sengal.
“Sing Apa yang terjadi, makhluk itu? Di mana makhluk itu?”
Sing pun menceritakan saat dirinya dan zayyan berbincang, tiba-tiba suara teriakan keras terdengar dari arah lain. Sing yang hafal suara temannya segera menarik Zayyan mendekati sumber suara itu. “Ayo, kita harus cepat! Suara itu milik Leo!” serunya penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Singkat ( Xodiac)
Mystery / ThrillerDi suatu sore yang cerah, ketika matahari mulai merunduk di ufuk barat, lima remaja laki-laki : Sing, Leo, Wain, Gyumin, dan Davin memutuskan untuk menjelajahi gedung sekolah terbengkalai yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. Mereka mendengar...