Ikhlasnya beomsu

57 9 0
                                    

    Di sudut ruangan yang sunyi, di mana kenangan pahit terukir dalam jiwa, ada dua pemuda yang terikat oleh luka mendalam. Beomsu dan Zayyan, dua sahabat yang terpisah oleh takdir, kini berdiri di depan pintu sebuah ruangan latihan musik yang penuh dengan kenangan manis dan pahit. Ruangan itu seolah menyimpan rahasia yang tak ingin mereka ungkapkan.

Zayyan menatap Beomsu dengan penuh perhatian, melihat tangan sahabatnya yang gemetar. "Kau siap, Beomsu?" tanyanya lembut. Beomsu mengangguk, meski ragu masih menyelimuti hatinya. Zayyan tahu betul betapa berat beban yang mereka pikul. Kenangan akan ayah tiri Zayyan yang posesif, yang mengakibatkan beomsu menerima semua ini , masih menghantui mereka berdua.

"Beomsu, kau harus janji padaku," Zayyan melanjutkan, suaranya tegas namun penuh kehangatan. "Apapun yang terjadi nanti, kau harus ikhlas. Aku ingin kau tenang di alammu."

Beomsu menatap Zayyan, matanya berkaca-kaca. "Aku… aku janji, Zayyan. Dengan aku tenang, kau akan kembali pada tubuhmu dan bisa membantu yang lain," jawabnya, suaranya bergetar. Keduanya tahu bahwa pertemuan ini bukanlah sekadar pencarian jati diri , melainkan sebuah perjalanan menuju penutupan yang telah lama tertunda.

Zayyan mengulurkan tangannya, menggenggam erat tangan Beomsu. "Kita akan melalui ini bersama. Aku janji akan melindungi yang lain dan Sing, dan Aku akan memakamkanmu dengan layak, Beomsu. Aku berjanji."

Hati Beomsu terasa berat. Dia tahu bahwa janji itu bukan hanya sekadar kata-kata. Ada tanggung jawab dan harapan di dalamnya. Dia ingin sekali melindungi Zayyan, ingin menghapus semua rasa sakit yang menggerogoti sahabatnya. Namun, dia juga tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidak akan mudah.

Dengan satu tarikan napas dalam, Beomsu mengangkat tangan dan membuka pintu ruangan latihan.

    Di dalam ruangan yang sunyi, di mana cahaya bulan hanya mampu menembus dedaunan lebat, hatinya bergetar hebat, Beomsu berdiri tegak di depan mayatnya sendiri. Hati yang hancur terasa menusuk, seolah mengoyak jiwanya yang terjebak di antara dunia. Selama bertahun-tahun, ia merasa terasing, tak ada yang tahu tentang keberadaannya. Kini, ia menyaksikan tubuhnya yang tergeletak tanpa kehidupan, dan air mata Zayyan mengalir deras melihat sahabatnya dalam keadaan yang memilukan itu.

Zayyan, dengan wajah penuh kesedihan, menatap Beomsu. Rasa kehilangan dan penyesalan menyelimutinya. "Beomsu," bisiknya, "aku... aku tidak tahu harus bagaimana."

Beomsu berbalik, matanya memancarkan cahaya harapan meskipun dalam kesedihan. "Zayyan, aku sedikit lega. Akhirnya, aku bisa berteman denganmu, bahkan kini kita bersahabat." Suaranya lembut, tetapi ada kekuatan yang tersembunyi di dalamnya. "Aku juga lega kau mengingat masa lalumu bersama keluargamu. Dan lihatlah, kau kini memiliki sahabat baru Davin, Leo, Gyumin, dan Wain. Mereka akan menjagamu."

Zayyan mengangguk, meski air mata terus mengalir. Ia merasa beban di pundaknya semakin berat, namun ada harapan yang menyala di hatinya. "Dan adikmu..." Beomsu menambahkan, "Dia pasti selalu melindungimu. Aku tenang sekarang, Zayyan."

Beomsu menarik napas dalam-dalam. "Sekarang, aku pamit. Semoga kita bisa bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Aku berharap kau dapat kembali ke tubuh aslimu dan membantu yang lainnya menghadapi ayah tirimu. Semoga kau berhasil. Aku akan menyaksikannya dari atas sana."

Dengan penuh emosi, Beomsu meraih Zayyan, memeluknya erat, meluapkan semua kesedihan yang terpendam. Zayyan membalas pelukan itu, merasakan kehangatan persahabatan yang tak akan pernah pudar. "Aku janji akan melindungi teman-teman. Aku janji akan memakamkan mayatmu dengan layak. Kau tenang di sana, sahabatku."

Tiba-tiba, cahaya putih muncul dari dalam tubuh Beomsu, menyelimuti mereka berdua. Zayyan terpesona dan terkejut, tidak tahu apa yang terjadi. Semakin lama, cahaya itu semakin terang, hingga Beomsu mulai menghilang di hadapannya. "Jangan lupakan aku, Zayyan," suara Beomsu bergema, meski tubuhnya menghilang.

Zayyan berdiri tertegun, hatinya penuh dengan harapan dan kesedihan. Dia tahu, perjalanan yang penuh tantangan akan menantinya. Namun, dia bertekad untuk memenuhi janji yang telah diucapkan. Dengan semangat baru, Zayyan melangkah maju, siap menghadapi dunia dan melindungi sahabat-sahabatnya, serta mengungkap kebenaran yang selama ini tersembunyi.

Di dalam kegelapan malam, sebuah cahaya baru mulai bersinar, menggantikan bayangan masa lalu yang kelam. Dan di atas sana, Beomsu menyaksikan dengan bangga, mengawasi sahabatnya dari jauh, berharap agar cinta dan persahabatan mereka abadi selamanya.






                             🖤🖤🖤

  

   Di kediaman megah keluarga Zo, suasana tegang dan harapan menyelimuti ruangan. Zayyan, pemuda tampan dengan mata indah yang memancarkan kehangatan, perlahan menggerakkan jemarinya. Mama Zayyan, yang berdiri di samping ranjang, merasakan perubahan itu. Dalam sekejap, teriakan penuh kebahagiaan keluar dari bibirnya. "Dokter! Cepat datang ke sini!" serunya, suaranya bergetar penuh emosi.

Kabar yang sangat dinanti-nanti akhirnya datang. Zayyan, putra sulung keluarga Zo, telah sadar dari komanya. Begitu dokter memasuki ruangan, Zayyan berusaha membuka mata, menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang menyilaukan. Di tengah kebingungan, matanya mencari sosok yang paling dirindukannya. Dan saat pandangannya bertemu dengan sang mama, air mata mengalir tanpa henti.

"Zayyan!" Mama Zayyan berlari menghampiri putranya, hatinya dipenuhi rasa syukur dan haru. "Anakku, kau akhirnya kembali!" Namun, saat melihat Zayyan berusaha bangkit, wajahnya berubah cemas. "Jangan bergerak dulu, sayang. Kau baru saja sadar dari koma."

Zayyan merasakan kerinduan yang mendalam, seolah seluruh kehidupannya terhubung dengan sosok di depannya. "Mama," lirihnya, suaranya hampir tak terdengar. Badannya terasa remuk, seolah setiap ototnya menolak untuk bergerak. Namun, dalam hatinya, ada satu tujuan yang harus dicapai. Dia harus cepat pulih untuk melanjutkan misinya menyelamatkan teman-temannya.

"Zayyan, tenanglah. Kami di sini untukmu," sahut mama Zayyan, mengelus rambutnya lembut. "Kau tidak sendirian. Kita akan melewati ini bersama."

Tapi Zayyan tahu, ada sesuatu yang lebih mendesak. Sebelum bisa melanjutkan langkahnya, ia harus memastikan agar Beomsu, sahabatnya yang terjebak dalam kegelapan, mendapatkan peristirahatan yang layak. Dalam pikirannya, dia sudah merencanakan langkah selanjutnya. Ia akan meminta beberapa anak buah papanya untuk mencari keberadaan mayat Beomsu dan menguburnya dengan layak.

Setelah mendapatkan izin dari dokter untuk berbicara lebih banyak, Zayyan menatap mama dengan tatapan serius. "Mama, aku perlu melakukan sesuatu. Aku memiliki cerita yang ingin aku sampaikan padamu, semua tentang perjalanan panjang ku dan tentang pengorbanan sahabatku ."

Mama Zayyan melihat keteguhan di mata putranya setelah mendengarkan semua cerita zayyan. "Baiklah, sayang. Mam akan menyampaikan pada papmu dan memanggil orang-orang suruhan papamu untuk membantumu melakukan misi itu. Kita akan melakukan apa pun yang kau butuhkan, kau tidak boleh melakukan nya sendirian."

Zayyan mengangguk, merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya. Meskipun tubuhnya lemah, semangatnya membara. Dia tahu, setelah semua yang terjadi, dia tidak akan membiarkan kehilangan sahabatnya sia-sia bahkan adik kandungnya. Dia harus bangkit, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Beomsu dan semua teman-temannya.

Ketika mama Zayyan pergi untuk menghubungi papanya, Zayyan menutup matanya sejenak, mengingat kembali kenangan indah bersama Beomsu dan teman teman barunya, bahkan dengan hyunsik dan Lex sahabatnya. Dalam hatinya, ia berjanji akan melindungi mereka, menyelamatkan mereka dan menyelesaikan misi yang hampir selesai ini .

Saat cahaya matahari mulai menyinari ruangan, Zayyan merasakan harapan baru. Dia telah kembali, dan dengan itu, dia akan berjuang untuk keadilan dan persahabatan. Kembali ke kehidupan bukan hanya tentang dirinya, tetapi tentang semua orang yang dicintainya dan akan dilindunginya.

Dengan semangat yang menggebu, Zayyan bertekad untuk tidak hanya memenuhi janjinya kepada Beomsu, tetapi juga untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik. Dan saat itu, di dalam hatinya, dia tahu bahwa sahabatnya akan selalu bersamanya, membimbing langkahnya dari dunia lain.








Di part ini sedikit menguras air mata sekali😭, bahkan Mimin yang nulis tidak tahan untuk tidak menangis, semoga kalian para pembaca suka ya.

Happy Reading 🥰 ❤️

Pertemuan Singkat ( Xodiac)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang