Di tengah hutan yang gelap dan misterius, suara dedaunan yang berdesir dan binatang malam menciptakan suasana menegangkan. Davin dan Wain berdiri saling berhadapan, mencoba mencari jawaban di antara kebingungan yang melanda.
“Wain, kita harus ingat! Apa yang terjadi sebelum kita terjebak di tempat itu?” tanya Davin, nada suaranya mencerminkan kecemasan.
Wain menggaruk kepalanya, berusaha mengingat. “Aku ingat kita sedang mencoba membantu teman-teman kita. Mereka terjebak dalam masalah, dan entah bagaimana kita terlibat. Tapi detailnya... semuanya terasa kabur.”
Bomsu, yang masih berdiri di samping mereka, akhirnya berbicara dengan tenang. “Kalian telah memasuki ruang yang penuh dengan kenangan. Hutan ini adalah cerminan dari perjalanan yang telah kalian lalui. Untuk menemukan jawaban, kalian harus menghadapi ingatan dan ketakutan kalian.”
Davin menatap hutan di sekeliling mereka, merasakan aura tebal yang mengelilingi. “Jadi, kita harus mengingat apa yang terjadi dan menghadapinya? Tapi bagaimana kita bisa melakukannya?”
“Setiap langkah yang kalian ambil di sini akan membawa kalian lebih dekat pada kebenaran,” jawab Bomsu. “Tetapi ingat, hutan ini juga akan memperlihatkan sisi gelap dari diri kalian. Siapkan mental kalian.”
Wain mengangguk, meski masih ragu. “Kita tidak punya pilihan lain, kan? Kita harus mencari tahu apa yang terjadi agar bisa keluar dari sini.”
Davin menguatkan diri, “Baiklah. Mari kita mulai. Kita harus menjelajahi hutan ini dan menemukan petunjuk. Mungkin ada sesuatu yang bisa membantu kita mengingat.”
Bomsu melangkah maju, memberi isyarat agar mereka mengikuti. “Ikuti aku. Setiap langkah akan membawa kalian pada ingatan yang mungkin terlupakan. Bersiaplah untuk menghadapi diri kalian sendiri.”
Dengan tekad yang baru, Davin dan Wain mengikuti Bomsu masuk lebih dalam ke dalam hutan. Di dalam kegelapan, mereka merasakan beban yang membayangi—kenangan yang belum terungkap dan kebenaran yang harus dihadapi. Setiap langkah yang mereka ambil adalah langkah menuju penemuan diri yang sebenarnya.
Ketika suara teriakan itu menggema di antara pepohonan, Davin dan Wain saling berpandangan sebelum mengikuti Bomsu yang melangkah cepat menuju sumber suara. Hati mereka berdebar, penasaran sekaligus khawatir.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di sebuah clearing yang dikelilingi oleh pohon-pohon raksasa. Di tengahnya, berdiri beberapa pemuda dengan rambut hitam dan wajah yang familiar bagi Bomsu.
“Zayyan!” seru Bomsu, matanya bersinar dengan kebahagiaan dan keheranan. “Kau di sini! Bagaimana bisa?”
Zayyan, yang tampak kelelahan dan bingung, menoleh dan terkejut melihat Bomsu. “Bomsu! Aku tidak percaya kau ada di sini! Aku... aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai ke hutan ini. Satu menit aku sedang berusaha membantu mereka, dan yang berikutnya, kami terjebak di sini.”
Leo terengah-engah, masih merasakan ketegangan dari kejadian tadi. "Kami terjebak di hutan saat mencari jalan pulang. Tiba-tiba, kami tersesat dan tidak tahu harus ke mana. Kami hampir kehilangan harapan, sampai Sing dan Kak Zayyan datang tepat waktu," jawabnya dengan nada campur aduk antara syukur dan ketakutan.
Wain memandang Leo dengan khawatir. "Tapi bagaimana bisa kalian hampir mati? " tanyanya.
Gyumin yang berdiri di samping Leo ikut menjelaskan, "Kami berlari tanpa arah dilorong sampai sampai ada makhluk jelek yang menghadang kami, bahkan sampai mencekik Leo ."
Davin mengangguk, memahami betapa mirisnya nasib temannya itu, kalau saja sing dan kak zayyan tidak datang tadi. "Syukurlah kalian baik-baik saja. Kami semua pasti khawatir," kata Davin. "Sekarang, mari kita nikmati waktu bersama. Tidak ada yang lebih penting dari persahabatan kita dan mencari jalan keluar bersama ."
Zayyan tersenyum, "Benar. Kita bisa bersama sampai menemukan jalan keluarnya".
Beomsu yang melihat zayyan pun bertanya apakah keadaannya baik baik saja? . Zayyan tersenyum menatap beomsu, " aku baik beomsu, jawab zayyan.Beomsu mengangguk, merasa lega mendengar bahwa zayyan baik-baik saja. "Syukurlah kalau kau bersama mereka," katanya sambil tersenyum. "Tapi kami harus lebih berhati-hati. Sepertinya ada makhluk jahat yang berkeliaran di sekitar sini dan kita juga akan mencari teman kami Lex dan hyunsik namanya, mungkin mereka bisa bantu kalian."
Wain, yang mendengarkan percakapan itu, menambahkan, "Ya, kita harus tetap waspada. Dan sepertinya kita perlu mencari Lex dan Hyunsik. Mereka juga harus aman."
Davin yang ikut mendengarkan, berkata, "Bagaimana kalau kita membagi diri menjadi dua kelompok? Satu kelompok mencari Lex dan Hyunsik, sementara kelompok lain tetap di sini untuk menjaga keamanan."
Gyumin mengangguk setuju. "Ide yang bagus, Davin. Kita bisa saling melaporkan jika menemukan sesuatu."
Zayyan menatap mereka semua, "Baiklah, kita harus cepat mencarinya. Kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi selanjutnya."
Beomsu menatap Zayyan, "Jadi, siapa yang akan pergi untuk mencari Lex dan hyunsik ?"
Setelah berdiskusi sejenak, mereka akhirnya memutuskan untuk mencari keberadaan teman zayyan dan beomsu itu. Dengan semangat dan tekad, mereka bersiap untuk melanjutkan petualangan mereka, siap menghadapi apapun yang ada di depan.
🖤🖤🖤
Pintu terbuka perlahan, dan seorang lelaki tampan dan mata cerah muncul. Dia adalah hyunsik, sahabat Lex yang juga memiliki kemampuan magis. "Lex, kau di sini lagi?" tanyanya dengan nada khawatir, melihat ekspresi kesal di wajah Lex.Lex mengalihkan pandangannya dari cermin dan menatap hyunsik "Ya, aku di sini. Aku tidak bisa mempercayai apa yang kulihat. Melihat Zayyan bersama para bocah manusia itu membuatku jengkel."
Hyunsik mendekat, duduk di sebelah Lex. "Kau tahu, mungkin mereka tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. "
Lex mendengus. "Tapi mereka tidak tahu bahaya yang mengintai. Aku tidak bisa hanya duduk diam dan membiarkan Zayyan bersama mereka."
Hyunsik mengangguk, memahami perasaan Lex. "Jadi, apa rencanamu? Apakah kau akan turun dan menemui mereka?"
Lex menatap cermin lagi, melihat Zayyan dan teman-temannya. "Aku harus menemui mereka dan berpura pura tidak tau semuanya"
Hyunsik berpikir sejenak, lalu berkata, "Bagaimana jika suatu saat zayyan tau niat burukmu Lex, apa kau siap dengan segala resikonya? "
Lex terdiam, merenungkan ide itu. "Entahlah, aku memang jahat , tapi tidak untuk menyakiti zayyan."
Hyunsik tersenyum, "Aku tau semua perjuangan mu selama ini untuk zayyan, sahabat baikmu yang hilang ingatan itu."
Dengan semangat baru, Lex dan hyunsik mulai merancang rencana untuk menemui mereka tanpa mereka curiga.
Wah ini dibuat happy ending atau sad ending yaa🤔, kira kira enaknya gimana ya gaiss.
Happy Reading ❤️🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Singkat ( Xodiac)
Mystère / ThrillerDi suatu sore yang cerah, ketika matahari mulai merunduk di ufuk barat, lima remaja laki-laki : Sing, Leo, Wain, Gyumin, dan Davin memutuskan untuk menjelajahi gedung sekolah terbengkalai yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. Mereka mendengar...