Ada yang aneh

102 14 2
                                    


    Di dalam mimpinya, Zayyan berlari dengan cepat, napasnya terengah-engah. Dia mencoba menghindari kejaran bodyguard ayahnya yang tampak mengancam. Hatinya dipenuhi dengan ketakutan dan kekhawatiran. Mengapa dia harus dikurung? Dia merasa tidak melakukan kesalahan yang seharusnya mendapatkan hukuman seberat itu.

Zayyan mengingat betapa posesifnya ayahnya. Hanya karena hobinya balapan, ayahnya menganggapnya nakal dan tidak patuh. Bahkan kesalahan kecil seperti salah menaruh garam dalam kopi sang ayah pun bisa berujung pada cambukan yang menyakitkan. Setiap kali dia merasakan sakit itu, dia hanya ingin melarikan diri dari semua itu, mencari kebebasan yang selalu diimpikannya.

Dengan semangat, dia terus berlari, mencoba mencari jalan keluar dari kejaran yang seakan tak ada habisnya. Namun, saat dia berlari, tanpa sadar dia melintasi jalan yang sibuk, dan tiba-tiba sebuah truk melaju kencang ke arahnya. Wajah Zayyan dipenuhi dengan ketakutan, tetapi saat itu, dia merasa seolah waktu berhenti.

Dia hanya bisa pasrah, merasakan ketidakberdayaan yang melanda. Dalam sekejap, semuanya menjadi buram. Suara bising sirine dan teriakan orang-orang di sekelilingnya menghilang, dan memori ingatannya terasa kabur. Dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Di dalam kegelapan, Zayyan merasakan ada sesuatu yang aneh. Dia seperti terjebak di antara dunia mimpi dan kenyataan. Tanpa bentuk yang jelas, dia hanya bisa merasakan kehadiran energi yang lembut dan menenangkan, seolah-olah ada sesuatu yang melindunginya di balik bayang-bayang ketakutan.

“Zayyan...” suara lembut memanggilnya, membangunkan rasa ingin tahunya. Dia berusaha mencari sumber suara itu, tetapi semuanya terasa samar.

“Siapa itu?” dia berteriak, berharap mendapatkan jawaban. Namun, suara itu hanya menghilang di angin.

Dalam keadaan bingung, Zayyan berusaha untuk tetap tenang. Dia tahu harus menemukan cara untuk kembali ke kenyataan, untuk menghadapi semua ketakutan dan rasa sakit yang selama ini menghantuinya. Dalam kegelapan itu, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah, dan mencari jalan untuk mendapatkan kebebasan yang selama ini diimpikannya.

Saat kesadaran mulai kembali, bayang-bayang itu perlahan-lahan menghilang, dan Zayyan merasakan sebuah cahaya lembut memancar di sekelilingnya. Dalam cahaya itu, dia merasakan harapan dan keberanian untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

    Sing duduk di dekat Zayyan, memperhatikan wajah lembut sahabatnya yang tampak gelisah. Meskipun Zayyan terbaring dalam keadaan tidur, gerakan tubuhnya menunjukkan bahwa dia sedang mengalami mimpi buruk. Sing merasa cemas dan ingin membantu, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa.

“Zayyan…” bisiknya pelan, mencoba membangunkannya dengan lembut. Namun, Zayyan hanya semakin gelisah, seolah terjebak dalam mimpinya yang menakutkan.

Sing menggaruk kepalanya, bingung. Apakah ini semua karena Zayyan telah menolongnya sebelumnya? Rasa syukur dan keinginan untuk membalas budi membuatnya merasa bertanggung jawab. Dengan hati-hati, dia menggoyangkan bahu Zayyan, berharap bisa membangunkannya dari mimpi buruk itu.

Akhirnya, Zayyan terbangun dengan napas terengah-engah, matanya yang biasanya cerah kini tampak kosong dan ketakutan. Sing melihat kekhawatiran di wajah Zayyan dan segera mengalihkan pandangannya, berusaha menenangkan sahabatnya.

“Zayyan, apa yang terjadi? Apakah kau bermimpi buruk?” tanya Sing, suara lembutnya berusaha menembus ketakutan yang melanda Zayyan.

Zayyan mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha mengumpulkan ingatan dan meredakan kegelisahannya. “Aku… aku tidak tahu. Semua terasa kacau,” jawabnya, suaranya masih bergetar. “Ada truk… dan aku merasa terjebak.”

Sing merasakan hatinya mencelos mendengar penjelasan Zayyan. “Apakah itu tentang dirimu ? Tentang semua yang kau alami?” tanya Sing, ingin memastikan bahwa Zayyan merasa didengar.

Pertemuan Singkat ( Xodiac)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang