32. Kegelisahan Nayara

70 15 4
                                    

Jangan lupa vote dan tolong berikan komentar agar author lebih semangat menyelesaikan ceritanya.

Cerita ini adalah fiksi dan bijaklah dalam memilih bacaan.

Be Wise, Young Adult Story [18+]

°°°

Tubuh yang lemah dan wajah pucat pasi. Verzha buru-buru membawa Jon kembali ke Amerika setelah melihat keadaannya. Di Vatikan Jon malah akan dicerca oleh Tuan Hans dan Nyonya Rosetta akibat perbuatannya. Jadi, Verzha membawa kabur Jon sebelum semua menjadi semakin buruk.

"Nyonya tolong jaga Tuan Jon, ya. Aku akan panggilan paramedis untuknya," ucap Verzha setelah meletakkan Jon di ranjangnya. Mereka ada di Penthouse Jon sekarang. Baru saja mendarat beberapa jam lalu.

Jangan tanya kenapa Verzha tidak langsung membawa Jon ke rumah sakit. Tidak, Verzha masih sayang nyawa. Jon tidak akan suka jika ada orang lain melihatnya lemah. Jika dia tau Ver yang membawanya ke rumah sakit, mungkin Ver akN kehilangan satu anggota tubuhnya.

Dalam kamar itu tinggal Jon dan Nayara berdua. Nayara menatap khawatir suaminya. Lagi-lagi sisi lain Jon. Sisi lemahnya. Pria itu setengah sadar ketika dibopong Verzha keluar dari rumah. Langsung tak sadarkan diri begitu sampai di burung besi pribadinya. Beberapa kali tersadar, tapi kembali memejamkan mata lagi. Nayara tidak berpikir Jon selemah ini sebenarnya. Tapi, dipikir juga seratus cambukan pasti sangat menyakitkan.

Nayara membalik tubuh Jon setelah melepaskan kemejanya dengan sangat hati-hati. Wanita itu langsung terdiam, ngeri melihat luka-luka di punggung pria itu.

"Jon..." Nayara berucap lirih. Matanya sudah mengembun, siap menjatuhkan air mata. Bukan Nayara yang terluka tapi dia bisa merasakan sakitnya.

"Jon..." Nayara benar-benar tak bisa menahan air matanya. Wanita itu bergerak mengambil kotak yang dititipkan wanita bernama Tzui kapan hari. Mengambil beberapa obat-obatan. Nayara mengusapkan antiseptik pada luka-luka Jonathan. Merah dan berdarah. Pasti sangat perih, pikir Nayara.

"Akh." Rintihan terdengar saat Nayara baru menempelkan kapas basah. Wanita itu langsung memeriksa Jonathan, melihat apakah pria itu sudah sadar.

"Jon? Kau sudah sadar?"

Jon melihat Nayara yang terlihat khawatir padanya. Jon belum sepenuhnya sadar. Pria itu masih merasakan nyeri luar biasa dari cambukan Tuan Hans. Jon pikir ini masih ringan dibanding dipukul dengan besi panas.

"Akh." Jon meringis lagi, kali ini pria itu bangkit, duduk sambil memegangi lengan kirinya. Ada luka bekas tembak di sana jika kalian lupa.

Tubuh Jon terasa remuk redam. Bukan hanya dicambuk, Jon juga ditampar dan dipukuli dengan brutal. Luka di wajah tampannya yang menjadi saksi.

"Jon, kau baik-baik saja?" tanya Nayara. Ya, wanita itu khawatir. Terlepas dari Jon yang sudah jahat padanya, Nayara juga manusia. Dia memiliki hati yang tidak sedingin Jonathan hingga bisa memper*osa atau membunuh. Apalagi, Jon adalah suaminya, maka menurutnya dia memiliki tanggung jawab untuk melindungi Jonathan sebisanya.

"Jon, biar aku obati lukamu dulu. Ver sedang memanggil paramedis."

"Keluar," ucap Jon dengan nada dingin.

"Apa? Tapi kau harus diobati Jon," kata Nayara.

Jon menatap Nayara. Tatapan yang dingin, sangat tak ramah. Sangat berbeda dengan tatapan Jon kemarin. Dingin dan menusuk seperti dinginnya musim.

"Keluar," ucapnya lagi.

"Jon, tapi-"

"Ku bilang keluar! Are you fuc*in deaf?!"

The Wolf BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang