Purnama katanya. Naya akan melaksanakan tugas pertamanya di malam bulan purnama. Naya sendiri tak tau kenapa harus malam itu. Apakah pria yang menyewanya dan sudah membawanya ke rumah megah ini beberapa hari lalu adalah penganut ilmu setan? Dia akan melakukan ritual khusus? Apakah dia akan ditumbalkan?
Oh semoga saja benar. Dibanding harus berhubungan badan dengan orang yang tidak dia cintai, bahkan tidak dia kenali, agaknya akan lebih baik jika dia mati jadi sesembahan.
Gadis yang tengah duduk di ranjang itu menatap sebuah cermin yang tak jauh dari sana. Dia bangkit dan berdiri tepat di hadapannya.
"Kau gadis yang menyedihkan Nayara," katanya sambil tersenyum getir.
Gaun yang dia pakai amat indah. Gaun putih bersih dengan renda di pinggangnya. Menjuntai hingga lantai. Tak ada lengan hina bahunya terekspos begitu saja. Riasannya juga cantik. Dia seperti seorang pengantin. Tapi tak ada raut bahagia di sana.
Sudah seharian dia diam di kamar ini. Dia tidak mencoba kabur. Memilih pasrah karena dia percaya akan ucapan wanita kemarin. Mungkin dia akan mati setelah ini. Itu lebih baik. Toh, mungkin akan sia-sia dia kabur. Sejak tadi Nayara melihat orang mondar-mandir dan rumah ini sangat jah dari kota.
Nayara menatap jendala. Hari yang gelap, sama seperti masa depannya.
Nayara nyaman dan bahagia hidup dengan kedua orangtuanya selama bertahun-tahun. Bersekolah, menjadi sarjana, lalu bekerja di sebuah stasiun TV terkenal. Tetapi beberapa bulan lalu dia dipecat karena difitnah oleh rekan kerjanya. Sangat menyebalkan karena bertepatan dengan itu semua; ibunya yang memang sedang sakit harus menjalani pengobatan yang lebih serius. Ayahnya ternyata terlilit hutang begitu besar untuk menyekolahkan dan membiayai ibunya. Siapa yang tau jika ayahnya selama ini juga bermain judi?
Nayara tidak membencinya. Hanya saja, dia ingin menghapus marga Kim yang diberikan oleh pria itu. Nayara hanya menyebutkan dirinya Nayara Emilly, tanpa embel-embel Kim di belakang. Ayahnya baik, tapi tidak selamanya begitu. Mungkin benar ini adalah saat Naya harus membayar kebaikan ayah tirinya.
Saat diselubungi kesunyian, pintu besar kamar itu terbuka. Naya sontak menatap ke arah pintu. Sosok pria tinggi berdiri di depannya.
Naya terpaku. Pria itu tampan. Tinggi dan menawan. Sejenak Naya lupa bahwa dia tengah berada dalam sebuah kamar dimana dia akan disiksa. Ya, secara batin Naya tersiksa.
Seiring dengan langkah pria itu, pintu kamar tertutup. Naya berjingkat ketika pria itu sudah sampai di hadapannya.
"Jadi kau?" katanya.
"Y-ya?"
"Kau gadis perawan yang akan menjadi pengantinku malam ini?"
Naya terkesiap. "A-apa? Pengantin? Tapi aku—"
"Aku tau kau adalah wanita penghibur," selanya. "Aku tau latar belakang mu dan kenapa kau di sini. Aku yang memilihmu, jadi tenanglah."
Ah Naya pernah dengar, orang kaya punya kuasa dan bisa dengan mudah mendapatkan informasi seseorang. Sama seperti di drama-drama.
"Tidak ada altar, tidak ada tamu, pendeta, atau cincin. Pernikahan kita hanya berjalan semalam. Aku hanya butuh persetujuanmu untuk melakukan sex selayaknya suami-istri."
"Tunggu sebentar," kata Naya.
"Kau menyebutku pengantin? Pernikahan? Tidak, bagaiman bisa kau menodai kata itu dengan tindakan seperti ini. Jika kau ingin hiburan maka lakukan. Aku di sini sebagai pelunas hutang ayahku, jadi aku akan melakukan tugasku. Tapi jangan sebut hal menjijikkan seperti ini sebagai pernikahan. Jangan sebut aku pengantin."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Wolf Bride [END]
Fanfiction[18+] Nayeon and Jungkook as main characters visual Nayara dijual ayah tirinya sendiri. Ini adalah awal yang membuatnya bertemu Jonathan, seorang pebisnis yang namanya niak daun karena masuk majalah Forbes belakangan ini. Rupanya tampan, matanya taj...