12. Hapus

117 31 12
                                    

Verzha menyerahkan sebuah benda pipih pada Jonathan. Pria itu memeriksanya sebelum meletakkannya kembali ke kotaknya.

"Sudah sesuai dengan permintaanku, kan?" tanya Jonathan.

"Sudah, Tuan. Aku sudah mencatat IMEI ponsel nona Nayara. Jika dia membawanya, kita bisa dengan mudah menemukannya meskipun ponselnya mati. Aku juga sudah mengatur agar Tuan bisa melihat Nona Nayara sedang melakukan apa dengan ponselnya. Semua pesan yang Nona Nayara terima atau kirim, Tuan bisa melihatnya melalui komputer Tuan."

Jonathan mengangangguk paham. Rasanya sedikit lega mengetahui bahwa Nayara memiliki benda yang cukup berguna ini. Bukan maksud Jon ingin menjadi seorang penguntit atau posesif. Tapi mengingat latar belakangnya, jika musuh-musuhnya tau bahwa dia memiliki seorang istri maka Nayara bisa berada dalam bahaya.

"Bagaimana kabar ibunya?" tanya Jon.

"Nyonya Jiwoo... Dokter mengatakan kankernya sudah menyebabkan komplikasi. Tidak ada pengobatan yang akan menyembunyikan secara sempurna. Kemoterapi, terapi radiasi, atau operasi. Bahkan, bisa dibilang harapan hidupnya tidak besar."

Jon menghela nafas berat mendengar hal itu. Jika dipikir, memang penyakit yang dialami ibu Nayara cukup parah. Leukimia stadium 2. Sedikit terlambat ketahuan dan penanganan. Penyakit kanker memang jarang terdeteksi di awal jika penderita tidak rutin melakukan cek kesehatan. Ibu Nayara punya riwayat kerja di lab kimia semasa muda, jadi kemungkinan terpapar zat kimia di sana.

"Aku mengerti," kata Jon. "Setelah ini panggil Clara dan Nayara ke apartemenku."

"Baik, Tuan."

Verzha berbalik dan menuju ruangannya. Tepat di pintu, dia berpapasan dengan Yuli. Verzha memandang remeh wanita itu.

Sebentar lagi kau akan dibuang, batinnya puas.

Sementara itu, Yuli bergidik saja. Verzha memang tidak terlalu menyukai dia sejak lama. Entah apa alasannya. Padahal Yuli tidak pernah mengusik Verzha.

"Tuan." Yuli memanggil dengan lembut.

Wanita itu meletakkan sebuah map berisi beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Jon.

"Aku sudah memeriksanya. Semua aman. Omong-omong Tuan Rico dari Mc. Arent bilang ingin bertemu dalam waktu dekat. Tapi aku sudah mengonfirmasi pada Tuan Verzha soal jadwalmu. Tuan Verzha belum memberi tahu karena hari ini sibuk denganmu jadi aku tanyakan langsung padamu karena mereka sudah menghubungi sebanyak 2 kali dalam sehari."

Jon mengangangguk paham. "Ku dengar dia akan meluncurkan mobil canggih baru dalam lima tahun tahun kedepan. Mungkin dia ingin berkerja sama untuk membuat inovasi baru terkait vitur mobilnya," kata Jon.

"Iya, mungkin. Aku penasaran kenapa dia tidak mengembangkan sendiri teknologinya, kenapa mengajak kita. Ini pertama kali kita akan ikut dalam proyek kendaraan kan? Sepertinya cukup seru. Apakah Tuan tertarik?"

"Menarik, tapi aku tetap harus mendiskusikan semuanya. Kau koordinasi lagi dengan Verzha, tanyakan kapan aku senggang. Jika memang benar ini soal tawaran proyek mobil canggih itu, aku juga harus membicarakannya dengan para manager dan melihat kesanggupan pekerja. Proyek ini cukup besar. Perusahaan kita juga masih muda. Jangan sampai menjadi boomerang untuk kita."

Yuli mengangangguk. "Baik, Tuan."

Jon menyerahkan kembali dokumen yang selesai dia tanda tangani. Yuli tersenyum saat menerimanya.

"Oh iya, Tuan."

Jon kembali mendongak ketika Yuli buka suara lagi.

"Um, aku minta maaf soal kemarin. Aku memang lancang. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," kata Yuli.

The Wolf BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang