Saat mereka masih tertawa-tawa dan membicarakan cemilan aneh itu, bel sekolah tiba-tiba berbunyi, menandakan bahwa waktu istirahat telah berakhir. Semua orang terkejut dan melihat jam tangan masing-masing dengan ekspresi kaget.

"Gawat, waktu istirahat udah habis! Kita harus balik ke kelas sekarang!" ujar Firman dengan nada panik.

"Cepet, kita harus beres-beres! Jangan sampe telat!"ujar Zul sambil buru-buru mengemasi barang-barangnya.

"Aduh, gue masih pengen ngobrol. Ini baru bagian serunya," ujar Lala dengan nada sedikit kecewa.

"Yah, kita baru mulai seru-seruan. Tapi gak papa-papa, nanti kita bisa lanjut ngobrol di waktu istirahat berikutnya," ujar Key sambil tersenyum, berusaha tetap positif.

"Iya, kita harus cepat-cepat pergi. Tapi kita masih punya banyak waktu untuk bikin kenangan di kelas," ujar Dika dengan tenang.

Mereka dengan cepat merapikan sisa makanan dan minuman, lalu berdiri dan mulai menuju pintu kantin. Meskipun mereka merasa sedikit sedih karena istirahat yang menyenangkan harus berakhir, mereka tetap membawa semangat positif ke dalam kelas.

"Kalo kalian kangen, kita bisa ngumpul lagi besok. Nanti kita bisa rencanakan apa yang mau kita lakuin," ujar Putra sambil tersenyum, menawarkan ide.

"Setuju! Dan siapa tahu, kita bisa menemukan cemilan yang lebih aneh lagi," ujar Diki sambil terkekeh, mengingat pengalaman mereka tadi.

"Haha, bener. Semoga nanti kita ketemu lagi di waktu istirahat dengan cerita-cerita baru," ujar Riski dengan tawa kecil, membayangkan obrolan seru mereka selanjutnya.

Mereka semua berjalan bersama ke arah kelas, saling bercanda dan tertawa sepanjang perjalanan. Saat memasuki kelas, mereka merasa lebih semangat untuk menghadapi pelajaran berikutnya. Meskipun istrirahat mereka sudah berakhir, semangat kebersamaan dan tawa yang mereka bagi tetap terasa hangat di hati mereka.

Mereka memasuki kelas dan duduk di tempat masing-masing, tawa-tawa kecil sambil menata buku dan alat tulis mereka. Beberapa dari mereka masih membicarakan cemilan aneh yang mereka coba sebelumnya, tetapi mereka segera mengalihkan perhatian ke pelajaran yang akan dimulai.

Guru selanjutnya yang masuk adalah bu Ani. "Selamat siang, anak-anak! Hari ini kita akan belajar tentang aljabar. Saya ingin kalian semua siap untuk menjawab beberapa pertanyaan, jadi pastikan kalian sudah mempersiapkan buku dan pena."

Key yang duduk di barisan depan bersama Lala, menatap papan tulis dengan serius. Sementara itu, Lala, yang biasanya ceria dan penuh semangat, tampak sedikit kebingungan melihat rumus-rumus aljabar yang tertera.

"Key, gue masih bingung sama rumus ini. Bisa bantu gue?" bisik Lala kepada key sambil melihat catatan di meja.

"Tentu aja, La. Coba gue jelasin dengan cara yang gampang," ujar Key dengan tenang, siap membantu Lala memahami rumus tersebut.

Key mulai menjelaskan rumus alajabar dengan cara yang sederhana, menggunaan analogi yang mudah dipahamai. lala mendengarkan dengan seksama, matanya berbinar ketika ia mulai memahami konsep yang diajarkan.

Sementara itu, di barisan belakang, Firman dan Zul terlihat sibuk dengan catatan mereka. Firman menggambar doodle kecil di sudut buku catatannya, sedangkan Zul mencoba mencatat penjelasan Bu Ani secepat mungkin.

"Nih, gue bikin doodle buat ngilangin stres. Nanti malam kita main game bareng, ya?" ujar Firman berbisik ke Zul sambil menyodorkan buku dengan coretan kecil di halamannya.

"Setuju! Dan gue bakal butuh bantuan lo buat nyelesein tugas aljabar nanti," ujar Zul sambil tertawa kecil, menyambut tawaran Firman dengan antusias.

Di sisi lain, Reza dan Riski yang duduk di dekat jendela, berbicara dengan lembut agar tidak mengganggu pelajaran.

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang