Setelah tiba di tempat wisata yang mereka tuju, suasana mendadak berubah ketika hujan turun deras. Key, Kak Radit, dan pacarnya terpaksa mencari tempat berteduh dengan cepat. kak Radit, yang lebih sigap, lari duluan untuk mencari pohon kecil di area sekitar agar mereka bisa berteduh. Namun, saat Key dan pacar Kak Radit menanjak melewati jalan licin, tiba-tiba kaki mereka terpeleset. Keduanya jatuh dengan memalukan di tanah basah. Celana putih yang dikenakan Key ini kotor, dan ia merasa canggung.

Kak Radit yang sudah sampai lebih dulu, menyadari apa yang terjadi dengan bergegas kembali. Namun, bukannya langsung membantu, ia malah tertawa sambil menolong mereka bangkit. "Haha, kalian ini kok bisa jatuh berdua, sih? Ayo, berdiri, nanti basah kuyup!" katanya sambil membantu Key dan pacarnya berdiri.

Setelah hujan mulai reda sedikit, mereka akhirnya kembali ke mobil, basah kuyup dan kotor. Key merasa lebih malu lagi karena celana putihnya kini berlumuran tanah. Di dalam mobil, suasana canggung bercampur tawa ringan, tapi Key merasa  lega saat akhirnya bisa duduk kembali.

Ketika situasi sudah tenang, Key ingat bahwa ia belum membalas pesan Gavin yang masih menggantung. Dengan jari yang dingin karena hujan, Key mengetik pesan.

Key : "Sorry ya baru balas, gue abis jatuh."

Tak lama, Gavin membalas dengan pesan yang penuh typo karena buru-buru.

Gavin : "Jaruh"

Gavin : "Jauh"

Gavin : "Jatuh? Maksudnya gimana?"

Key : "Iya, jatuh tadi disana," balas Key sambil menambahkan emoticon tertawa.

Gavin yang tampaknya langsung panik, mengirim balasan lagi.

Gavin : "Maksudnya gimana? Jatuh gimana? Tiba-tiba sinyal hilang!"

Key yang masih tersenyum karena merasa malu, menjawab dengan kalimat bercanda.

Key : "Aduh, malu gue cerita."

Gavin : "Gapapa, lo kepeleset ya? Haha, cerita dong!" Gavin membalas dengan nada menggoda.

Akhirnya, Key pun bercerita tentang bagaimana ia terpeleset di jalan licin sambil menertawakan diri sendiri.

Key : "Iyaaa, gue sama pacar Kak Radit jatuh bareng pas nanjak, terpeleset! Parah banget deh, celana gue kotor semua!"

Gavin langsung tertawa dalam balasannya.

Gavin : "Astaga... wkwk sangat mengenaskan. Kenapa gak terbang aja sekalian?"

Key : "Iiihhhh!" balas Key dengan kesal tapi sambil senyum kecil.

Gavin terus menggoda.

Gavin : "Pasti mobilnya jadi kotor, tuh. Harusnya lo di atap aja biar Kakak lo sama pacarnya di dalem, haha."

Key : "Mana bisa, Kakak gue sayang sama gue. Ntar kalo gue khujanan terus sakit kan repot, haha."

Gavin : "Oh iya juga ya, lo di dalem aja deh, jangan di luar."

Key : "Iyalah, masa di luar!"

Gavin : "Di dalam aja," balas Gavin sambil menggoda lagi.

Key : "Iya, iya, Gavin."

Gavin : "Di dalam hati gue, Key."

Saat membaca balasan itu, Key hampir saja teriak karena malu bercampur geli.

Key : "Gombal! Gombal banget!" balas Key sambil tersenyum, tak bisa menahan rasa senang yang muncul dari chat lucu-lucu Gavin itu.

Setelah pulang dari perjalanan yang melelahkan dan sedikit memalukan karena terpeleset, Key tiba di rumah Kak Tasya, sepupunya, dan memutuskan untuk menginap. Setelah membersihkan diri dan mengganti baju, Key meminjam pakaian Kak Tasya yang nyaman. Saat sudah berbaring di tempat tidur, ponselnya bergetar lagi—pesan dari Gavin muncul di layar.

Gavin : "Gue seneng banget, Key."

Key tersenyum, merasa sedikit penasaran dengan apa yang dimaksud Gavin.

Key : "Seneng kenapa?"

Gavin : "Seneng bisa chatan sama lo dari pagi sampe malam gini."

Key merasa sedikit tersanjung, lalu membalas dengan nada menggoda.

Key : "Ciieeee seneng."

Gavin : "Iyalah, apalagi sama orangnya."

Key : "Iyalah, gue gituloh, haha. Tapi lo dilihat-lihat kayak tukang gombal, Vin, haha."

Gavin : "Wkwk, sesekali gapapa lah. Gombalnya juga buat orang tertentu aja kok."

Key tertawa kecil membaca balasan itu, lalu tiba-tiba ada jeda lama sebelum pesan berikutnya muncul.

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang