Sesampainya di rumah, Key melihat mobil Kak Tasya sudah terparkir di depan. Key masuk ke rumah dengan laju yang basah kuyup, dan keluarganya langsung menyambutnya dengan hangat.

"Loh, Key! Kok gak bisa di hubungi? HP kamu mati ya?" tanya ibunya dengan nada khawatir.

Kak Tasya yang sudah menunggu dari tadi juga ikut mengomel lembut. "Kenapa gak kabarin aku? Aku jemput tadi, tapi kamu belum pulang. Ayo, mandi dulu biar gak sakit. Abis ini kamu nginep dirumah aku ya, sekalian ngobrol-ngobrol."

Key hanya tersenyum lemah sambil mengusap rambutnya yang basah. "Iya, tadi HP-nya mati. Sorry ya, Kak, Bu. Aku mandi dulu, deh."

Setelah mandi dan mengganti pakaian, Key merasa lebih segar. Ia berterima kasih kepada Kak Tasya yang sudah sabar menunggunya. Malam itu, Key mengikuti Kak Tasya ke rumahnya, menghabiskan malam dengan perasaan yang campur aduk. Di satu sisi, ia canggung karena momen-momen tak terduga dengan Gavin. Di sisi lain, ia merasa lega bisa pulang dengan selamat setelah melewati hujan deras.

Pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian di cafe tadi, terutama tentang tatapan Gavin yang terus membayanginya di sepanjang perjalanan pulang.

"Tadi Kakak chat Gavin, mau nanyain kamu masih di sekolah apa nggak, terus Gavin bilang kalo kalian lagi makan-makan ngerayain acara osis," ujar Kak Tasya tiba-tiba.

setelah menyantap cemilan, Key tiba-tiba teringat sesuatu dan wajahnya berubah. "Oh, jadi ini kerjaan Kakak ya?" tanyanya dengan nada penasaran.

"Loh, kok Kakak sih Key?" tanya Kak Tasya bingung.

Key menyipitkan matanya, mencoba menilai situasi. "Pantes aja tadi orang-orang di meja Gavin ngeliatin aku gitu sambil bisik-bisik. Ternyata karena baca chat dari Kakak."

Kak Tasya tertawa terbahak-bahak. "Iya, mungkin mereka penasaran. Aku cuma nanya kamu, ya mungkin mereka penasaran, kan?"

Belum lama mereka bercanda, tiba-tiba ponsel Key berbunyi. Ia melihat layar dan menemukan pesan dari Gavin. Hatinya berdegup kencang saat membaca isi pesan itu.

Gavin : "Hey, Key! Kamu di mana sekarang? Udah sampe rumah? Aman-aman aja kan?"

Key menatap Kak Tasya dengan mata lebar. "Kak! Dia nanya aku!" serunya sambil menunjukkan pesan di layar.

Kak Tasya tersenyum lebar. "Nah, kan? Dia peduli itu, balas aja!"

Key merasakan jantungnya berdegup kencang. "Tapi...apa yang harus aku balas? Aku harus terlihat cool."

"Coba bilang aja kalo kamu udah sampe rumah dan aman. Nah, mungkin bisa tanya balik ke dia," saran Kak Tasya.

Key mengangguk, berpikir sejenak. Akhirnya ia mulai mengetik.

Key : "Iya, aku udah sampe di rumah. Tadi hujan deras banget, tapi sekarang aman. Kamu sendiri gimana?"

Setelah mengirim pesan, Key merasa cemas. Ia berharap Gavin akan membalas dengan cepat. sementara iitu, Kak Tasya terus menggodanya.

"C'mon, Key! Raut wajahmu itu bikin aku penasaran. Apa sih yang kamu rasain tentang dia?"

Key menggeleng cepat. "Nggak tau, Kak. Aku juga bingung."

Tak lama, ponsel Key bergetar lagi.

Gavin : "Alhamdulillah. Aku juga udah sampai. Hujan di jalan bikin nyetir jadi lambat, haha. Tapi, kamu baik-baik aja, kan?"

Mendapat balasan itu, Key tersenyum lebar. "Dia peduli," batinnya. Dengan semangat, dia membalas :

Key : "Iya, aku baik-baik aja. Selamat sampe rumah! Jangan lupa istirahat ya."

Setelah megirim pesan, Key merasakan perasaan hangat dan nyaman mengalir dalam dirinya. Momen-momen kecil seperti ini mulai berarti lebih dari sebelumnya, dan ia tak sabar untuk melihat bagaimana hubungan mereka akan berkembang ke depannya.
------------------------------------------------------------------

Hari Minggu selalu menjadi hari tenang bagi Key. Di saat teman-temannya biasanya berkumpul atau pergi berlibur, Key lebih memilih untuk mengurung diri di kamarnya. Ia menyiapkan segelas susu full cream dan berbaring di kasur sambil memegang novel yang sudah lama ia tunggu untuk dibaca.

"Akhirnya bisa menikmati waktu sendiri," gumamnya sambil tersenyum. Novel itu adalah sebuah cerita romantis yang sudah membuatnya penasaran sejak lama. Ia membuka halaman pertama dan terhanyut dalam alur cerita yang manis dan penuh emosi.

Saat membaca, Key kadang tersenyum atau bahkan tertawa kecil ketika menemukan bagian yang lucu. Ia bisa merasakan setiap detak jantung dari karekater yang ia baca, seolah-olah dia juga merasakan apa yang akan mereka alami. "Kenapa sih,semua cowok di novel itu bisa seromantis ini?" pikirnya sambil berusaha membayangkan situasi yang sama dalam hidupnya.

Di tengah kesibukannya membaca, Key tak bisa menghindari pikiran tentang Gavin. Beberapa kali, ia teringat momen-momen ketika mereka berinteraksi, senyumnya, dan bagimana ia merasa nyaman di dekatnya. "Gavin juga bisa jadi karakter di novel ini," pikirnya membayangkan seandainya mereka bisa berbagi cerita seperti dalam novel yang ia baca.

Setelah beberapa jam terbenam dalam cerita, Key merasa matanya mulai lelah. Ia menutup novel dan memandang ke jendela. Cuaca di luar tampak cerah, dan suara burung berkicau menambah keindahan suasana.

"Sepertinya sudah waktunya untuk beristirahat sejenak," ucapanya sambil meregangkan badan. ia berjalan ke dapur untuk mengisi ulang gelas susunya, merasakan kesegaran yang menengkan.

Setelah itu, Key kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Ia membuka aplikasi media sosialnya dan mulai menggulir berita terbaru, tapi matanya tak bisa lepas dari foto-foto yang diunggah oleh teman-temannya, termasuk Gavin.

"Hmmm, mereka semua sepertinya bersenang-senang," ucapnya sambil sedikit merasa cemburu. Namun, ia tahu hari Minggu ini adalah waktu untuk dirinya sendiri, dan itu tidak ada salahnya.

Dengan semangat yang baru, Key memutuskan untuk melanjutkan bacaannya, membiarkan dirinya terbenam dalam dunia imajinasi, jauh dari kenyataan untuk sementara waktu. "Mungkin suatu saat, gue juga akan punya kisah yang indah seperti ini," harapnya dalam hati, sambil membuka halaman novel yang sudah menunggu untuk dibaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang