Alarm berbunyi, dan Key terbangun dengan rasa gugup dan antusias. Ia memeriksa jadwal ujian di ponselnya untuk memastikan semua persiapan sudah siap. Setelah sarapan cepat dan berdoa untuk kelancaran ujian, Key bersiap-siap dan berangkat ke sekolah dengan semangat, meskipun rasa gugup tetap ada.

Sesampainya di sekolah, suasana di sekitar sekolah sangat berbeda dari biasanya. Beberapa siswa terlihat lebih serius dari biasanya, dan ada aura ketegangan di udara. Key bertemu dengan Lala di pintu parkiran sekolah.

"La, udah siap? Gue agak deg-degan nih," ujar Key dengan penuh kecemasan.

"Iya, gue juga. Tapi kita udah belajar keras, jadi harus percaya diri. Semangat ya, Key!", ujar Lala mencoba meyakinkan Key.

Mereka berdua menuju kelas. Kelas sudah mulai ramai dengan siswa yang mempersiapkan diri untuk ujian. Beberapa di antara mereka terlihat sibuk dengan buku catatan, sementara yang lain mencoba menenangkan diri dengan berbicara dengan teman.

"Selamat pagi, semuanya. Hari ini kita akan memulai ujian awal semester. Pastikan kalian membaca setiap soal dengan teliti dan mengatur waktu dengan baik. Ingat, ini adalah kesempatan kalian untuk menunjukkan apa yang kalian pelajari." Ujar Pak Budi mengumumkan kepada kelas.

Pak Budi membagikan lembar ujian dan meminta siswa untuk memulai. Key mengambil lembar ujian dan melihat ke Lala yang juga siap dengan alat tulisanya. Mereka saling senyum sebagai bentuk dukungan.

Key memulai ujian dengan penuh fokus. Ia merasa jantungnya berdegup kencang, tapi ia berusaha tenang dan menjawab soal satu per satu. Ketika ia melewati soal-soal yang lebih sulit, ia mengingat kembali semua materi yang telah dipelajarinya dan mencoba menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.

Di tengah ujian, Key melihat Lala yang juga serius mengerjakan soal. Mareka saling melirik sesekali dan memberikan seyuman kecil sebagai bentuk dukungan tanpa kata.

Ketika bel berbunyi menandakan akhir ujian, Key menghela napas panjang dan merasa lega. Ia merasa cukup puas dengan usaha yang telah dilakukannya. Selesai ujian, teman-teman berkumpul diluar kelas.

"Gimana? Ujian hari ini? Kalian semua baik-baik aja?" tanya Firman.

"Iya, gue ngerasa ujian ini cukup menantang. Tapi kita udah belajar keras, jadi semoga hasilnya baik," ujar Reza dengan senyum penuh yakin.

"Gue juga. Beberapa soal memang tricky, tapi kita udah siap," ujar Zul yang tak kalah yakin.

"Gue juga ngerasa oke. Sekarang yang penting, kita tunggu hasilnya dan juga jangan lupa istirahat," ujar Key yang jauh lebih tenang dari sebelumnya.

"Bener. Mari kita nikmati istirahat ini dengan santai. Lagipula, kita udah berusaha maksimal," sambut Riski.

Key dan teman-temannya duduk bersama sambil menikmati makanan dan minuman ringan. Mereka saling bercerita tentang bagaimana ujian berlangsung dan membicarakan rencana mereka untuk minggu depan. Suasana menjadi lebih santai dan ceria setelah ketegangan ujian.

Dengan semangat baru dan dukungan dari teman-teman, Key merasa lebih siap untuk menghadapi ujian-ujian berikutnya. Hari ini adalah langkah awal menuju hasil yang memuaskan, dan mereka semua siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dengan tekat dan percaya diri.

Seminggu setelah ujian awal semester, suasana sekolah menjadi lebih ceria dengan diadakannya classmeeting. Kegiatan ini dipenuhi dengan berbagai lomba dan pertandingan olahraga, termasuk basket, futsal, voli, dan banyak lagi. Semua siswa tampak bersemangat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan, dan suasana di sekolah sangat meriah.

Hari itu adalah hari pertandingan basket, dan tim Gavin menjadi salah satu tim yang bertanding. Key dan Lala tiba lebih awal untuk menyaksikan pertandingan. Mereka duduk di tribun penonton sambil menunggu pertandingan dimulai.

"La, lo udah siap? Bakal seru banget nih pertandingan," ujar Key sambil duduk di tribun.

"Siap! Dan gue udah siap dukung tim basket. Meskipun, kayaknya Gavin bakal jadi bintang hari ini," ujar Lala melirik ke Key.

Saat pertandingan dimulai, Key memusatkan perhatiannya pada lapangan basket. Gavin, sebagai salah satu pemain andalan tim, segera menunjukkan kemampuannya yang mengesankan. Ia bergerak lincah di lapangan, menggiring bola dengan mahir dan mencetak poin untuk timnya.

Seiring pertandingan berlangsung, suasana di tribun semakin ramai dengan sorakan dan dukungan dari penonton. Banyak cewek-cewek di sekolah yang berdiri dan berteriak memberi semangat kepada Gavin, nama Gavin sering disebut-sebut dengan penuh antusias.

"Ayo Gavin, semangat! Keren banget mainnya!" teriakan cewek-cewek dari sudut kiri tribun.

"Gavin, keren! Lo pasti menang!" teriakan cewek-cewek dari sudut kanan tribun.

Key mendengarkan semua sorakan itu dan merasakan perasaan campur aduk. Hatinya terasa panas karena banyak cewek yang memberikan perhatian khusus pada Gavin. Meskipun Key berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan perasaannya, ia tidak bisa mengabaikan perasaan cemburu yang menyelinap.

"La, lo denger gak? Banyak banget yang teriak nama Gavin. Gue jadi ngerasa agak.. gimana gitu," bisik Key kepada Lala.

Lala mengangguk dan tersenyum, "Iya, gue denger. Tapi jangan terlalu dipikirin, Key. Mungkin mereka cuma dukung Gavin karena ya emang bagus mainnya. Lagipula, lo juga punya semangat sendiri untuk dukung dia, kan?"

Key mencoba tenang dan mencoba senyum, "Iya, gue tau. Gue cuma harus fokus untuk memberikan semangat lewat isyarat dan senyuman aja,"

Key mencoba untuk tidak memikirkan terlalu dalam dan berusaha memberikan semangat dengan cara yang ia bisa. Ia melambai dan memberikan senyuman kepada Gavin setiap kali Gavin melirik ke arah tribun penonton. Meskipun banyak perhatian tertuju pada Gavin, Key tetap berusaha mendukungnya dengan tulus.

Akhirnya pertandingan berakhir dengan kemenangan tim Gavin. Seluruh tim termasuk Gavin merayakan kemenangan mereka dengan sorakan dan pelukan. Key dan Lala berdiri di tribun dan bergabung dalam merayakan kemenangan tersebut dengan tepuk tangan dan sorakan.

"Lo udah ngelakuin yang terbaik, Key. Dan Gavin pasti seneng ngeliat dukungan lo," ujar Lala sambil menyentuh bahu Key.

"Iya, terimakasih, La. Meskipun banyak yang dukung Gavin, gue tetap ngerasa seneng bisa ada di sini dan ngasih semangat."

Key merasa lega dan puas setelah pertandingan berakhir. Meskipun ia merasa cemburu, dukungannya kepada Gavin tetap tulus. Ia bertekad untuk terus memberikan semangat dan mendukung teman-temannya, serta menikmati sisa acara classmeeting dengan penuh semangat.

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang