Setelah beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup, Key berusaha tetap fokus mendengarkan penjelasan Kak Ve tentang rincian pembukuan. Meski dalam benaknya masih terbayang semangkuk bakso yang ia tinggalkan di kelas, ia mencoba menyelesaikan tugasnya secepat mungkin.

"Jadi, Key, setelah kamu cek laporan pengeluaran ini, kamu bisa langsung input ke dalam file kas OSIS, ya. Kalo ada yang kurang jelas, jangan ragu tanya ke aku," jelas Kak Ve.

"Baik, Kak. Nanti aku langsung update semuanya, semoga gak ada kesalahan," ujar Key.

Kak Ve tersenyum puas dan menyetujui rencana itu, namun pembahasannya belum selesai. "Oh, dan satu lagi, kita butuh peraturan lebih rapi soal dana acara perpisahan kelas 12. Besok kita rapat lagi untuk finalisasi."

Key mengangguk, meski dalam hati sedikit mengeluh karena tugas-tugas OSIS yang sepertinya tak pernah habis. Ia memeriksa semua laporan yang diberikan Kak Ve, memastikan semuanya sudah beres. Ketika ia menyadari bahwa akhirnya bisa menyelesaikan pembahasan tersebut, perasaan lega mulai menyelimutinya.

"Kalau sudah selesai, Kak, boleh balik ke kelas, ya? Soalnya belum sempat makan.." ujar Key ragu-ragu.

"Oh, maaf ya Key, aku lupa kamu belum istirahat. Silahkan, kalau ada apa-apa nanti aku kabarin lagi," sambung Kak Ve.

Key tersenyum senang dan langsung bergegas keluar ruang OSIS. Sesampainya di kelas, ia berharap baksoknya masih ada. Tapi saat ia tibaa...

"Key, maaf, gue gak bisa jaga bakso lo," ucap Lala pada Key.

Key menatap mangkuknya sudah kosong. Matanya melebar. "Loh, bakso gue kemana, La?!"

Lala tertawa kecil, mencoba terlihat tak bersalah. "Tadi anak-anak ngerasa laper, jadi ya gue kasih aja bakso lo ke mereka."

Key menghela napas panjang, merasa kecewa tapi juga tak bisa marah pada Lala. "Ya ampun, La. Gue udah nahan lapar buat makan itu."

"Sorry, Key! Tapi jangan khawatir, gue bakal traktir lo es krim buat gantiin bakso lo," bujuk Lala.

Key tertawa kecil, walau sedikit kecewa, ia tidak benar-benar marah. Lagi pula, Lala selalu punya cara untuk menebus kesalahannya. "Okelah, es krim boleh juga. Tapi lain kali, jangan kasih bakso gue ke orang lain, ya!"

Lala mengangkat tangan tanda setuju, dan mereka berdua tertawa bersama. Key akhirnya menyerah pada situasi ini, meski merasa sedikit kesal kehilangan makan siangnya. Tapi paling tidak, ia tahu ada teman seperti Lala yang selalu mendukungnya, bahkan saat bakso kesayangannya diambil.

Sepulang sekolah yang melelahkan, Key merasa senang ketika sepupunya, Kak Radit, mengajaknya jalan-jalan bersama pacarnya. Meskipun Kak Tasya tidak bisa ikut karena sibuk dengan kuliahnya, Key tetap antusias karena jarang bisa jalan-jalan setelah seminggu penuh berkutat dengan tugas OSIS dan latihan tari. Mereka memutuskan untuk bersantai sambil menikmati suasana sore.

Sambil menikmati perjalanan, Key memandang keluar jendela mobil. Tiba-tiba ponselnya berbunyi—pesan dari Gavin. Key langsung membuka chat tersebut dengan senyum kecil di wajahnya, mengingat bagaimana Gavin biasanya cuek di sekolah.

Gavin : "Lagi dimana, Key?"

Key membaca pesan itu dan sedikit berpikir sejenak sebelum akhirnya membalas.

Key : "Lagi di luar, jalan-jalan sama sepupu"

Setelah itu, percakapan mereka berlanjut dengan santai, tetapi Gavin tampak sedikit perhatian hari itu.

Gavin : "Jalan-jalan aja?"

Key tersenyum geli melihat keingintahuan Gavin yang tiba-tiba muncul.

Key : "Iya, cuma jalan-jalan, refreshing setelah capek sekolah. Lo sendiri lagi ngapain?"

Gavin membalas dengan capat.

Gavin : "Santai aja di rumah. Kirim foto dong pengen liat."

Key, yang awalnya merasa malas, hanya mengambil foto cepat dari pemandangan jalan di luar mobil dan mengirimnya.

Key pikir itu cukup untuk memuaskan keingintahuan Gavin. Namun, Gavin tidak puas, Gavin balas dengan sedikit protes.

Gavin : "Hah? Kok foto jalan? Mau yang ada mukanya dong."

Key tertawa kecil membaca pesannya, lalu dengan sedikit rasa malu, ia mengambil selfie sederhana. Tanpa banyak berpikir, ia akhirnya mengirim foto dirinya tanpa banyak filter dan pose. Namun, yang terjadi justru di luar dugaan. Gavin langsung membanjiri Key dengan pujian, mengatakan betapa cantiknya Key di foto tersebut. Awalnya Key hanya membalas dengan candaan, mencoba mengalihkan perhatian dari pujian yang membuatnya salah tingkah. tetapi semakin banyak Gavin memuji, semakin Key merasa malu sendiri.

Gavin : "Wah, cantik banget!"

Gavin : "Beneran, ini kamu habis sekolah kan? Kok kelihatan fresh gitu?"

Key : "Biasa aja padahal, haha. Padahal gue lagi capek banget nih."

Gavin : "Seriusan! Kalo capek aja udah cantik gitu, gimana kalo lagi gak capek? Bikin makin jatuh hati aja."

Key tertawa kecil, meskipun hatinya berdebar mendengar gombalan itu.

Key : "Halah, gombal terus"

Gavin : "Nggak gombal ini, tulus dari hati. Coba foto lagi deh, haha"

Key merasa semakin malu, tapi senang dengan perhatian Gavin. Sepanjang perjalanan, ia terus membalas pesan Gavin sambil tersenyum sendiri, meskipun di dalam mobil, Kak Radit dan pacarnya tidak menyadari interaksi itu.

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang