Hari itu, Key kembali ke sekolah seperti biasanya setelah segala hiruk-pikuk acara perpisahan dan drama di media sosial. Ketika jam pelajaran selesai, ia dan teman-teman kelompoknya bersiap untuk mengerjakan tugas kelompok yang harus mereka selesaikan di rumahnya.

Anggota kelompok Key adalah Lala, Riski, Zul, Reza, dan Firman. Ketika mereka semua berkumpul di rumah Key, suasana segera menjadi ramai dan penuh canda tawa.

Key membuka pintu dan menyambut mereka dengan semangat. "Masuk, masuk! Ayo, langsung ke ruang tamu aja. Minum udah aku siapin di meja."

Lala langsung duduk dengan nyaman di sofa sambil mengambil sebotol air. "Wah, rumah lo selalu nyaman, Key. Udah lama gak ke sini."

Riski yang mengikuti dari belakang, langsung menatap meja yang penuh dengan makanan ringan. "Wah, tugas kelompok di rumah Key ini selalu ada bonus cemilan ya!" ujarnya sambil mengambil sepotong kue.

Key tertawa kecil. "Ya ampun, Riski, ini baru sampai udah ngegas aja soal makanan."

Zul, yang terkenal suka bercanda, ikut menimpali. "Eh, Key, Riski ini bukan ngegas, dia cuma menjalankan tugasnya sebagai ketua divisi logistik makanan." Zul menepuk bahu Riski dengan gaya sok serius.

Reza yang biasanya kalem, menatap laptop sambil berkata, "Oke, guys, fokus ya. Kita harus selesaikan proposal ini. Jangan sampai terlalu banyak bercanda."

Firman angkat tangan sambil menyindir dengan nada bercanda. "Tenang, bos! Proposal ini bakal kita selesaikan... sebelum kita selesai makan cemilan!"

Lala menatap Firman sambil pura-pura merengut. "Firman, serius dong! Kita ini beneran harus selesaiin tugas ini hari ini."

Firman mengangkat alisnya dengan wajah polos. "Loh, kan aku emang serius, La. Cuma kita juga butuh asupan energi, kan?"

Mereka semua tertawa sebelum akhirnya mulai fokus pada tugas mereka. Suasana kerja kelompok berjalan santai dengan sedikit canda tawa di sela-sela diskusi.

Zul tiba-tiba mengangkat tangannya, mencoba menarik perhatian semua orang. "Oke, gue punya ide buat tugas ini. Gimana kalo bagian presentasi nanti kita buat ala-ala drama gitu? Biar seru!"

Key langsung tertawa. "Drama? Serius lo? Gak kebanyakan nonton sinetron nih?"

Zul mengangkat bahunya dengan gaya sok santai. "Hei, semua harus out of the box, Key! Kalo presentasi kita keren, gurunya bakal terkesima, terus nilai kita langsung A!"

Riski ikut menimpali sambil menahan tawa. "Drama apaan Zul? Lo mau pake baju ala kerajaan terus ngomong kayak raja gitu di depan kelas?"

Zul tersenyum lebar sambil mengangguk, "Kenapa nggak? Kita bikin plot twist, tiba-tiba aja ada yang 'mati' pas presentasi terus hidup lagi buat ngasih kesimpulan tugas."

Reza yang sejak tadi serius akhirnya gak tahan lagi dan ikut tertawa. "Oke, oke, yang penting lo gak beneran drama pas kira presentasi, Zul."

Setelah beberapa saat bercanda, mereka akhirnya kembali fokus tugas. Key, yang melihat waktunya sudah semakin sore, berkata, "Oke, guys, fokus dulu ya biar cepat selesai. Kalo udah beres, baru deh kita drama-dramaan kayak Zul tadi."

Kelompok mereka pun akhirnya mulai menyelesaikan tugas dengan serius, meski sesekali tetap melemparkan lelucon untuk menjaga suasana tetap ringan. Setelah beberapa jam bekerja, mereka berhasil menyelesaikan tugas dengan baik dan tertawa puas atas hasil kerja keras mereka.

Lala berseru sambil menghela napas lega, "Wah, akhirnya kelar juga. Ternyata kalo sambil bercanda gini, tugas kerasa lebih ringan ya."

Firman mengangguk setuju. "Iya, tapi jangan lupa, next time fokus lebih awal biar nggak kebanyakan drama kayak Zul."

Zul tersenyum lebar. "Hei, jangan salah, drama gue yang bikin suasana jadi hidup, oke?"

Key hanya bisa menggeleng-geleng kepala sambil tertawa. "Zul, drama lo nggak ada yang ngalahin. Tapi thanks, lo bikin hari ini lebih seru."

Mereka semua tertawa dan berjanji untuk bekerja sama lagi di tugas berikutnya.

Rumah Key memang selalu menjadi tempat berkumpul bagi teman-temannya, semacam 'bascamp' yang tak resmi. Suasanya yang nyaman dan jauh dari gangguan membuat rumah itu menjadi pilihan utama saat mereka ingin kerja kelompok atau sekedar nongkrong. Namun, di balik kehangatan pertemanan, rumah Key juga menjadi tempat khusus bagi Lala dan Firman untuk bertemu, mengingat Lala punya orang tua yang sangat strict soal pergaulan.

Hari itu, setelah selesai tugas kelompok, mereka semua masih berkumpul di ruang tamu rumah Key. Lala dan Firman sedang duduk berdekatan di pojok ruangan, sibuk dengan obrolan mereka sendiri.

Key, yang sedang duduk di lantai sambil makan cemilan, memperhatikan keduanya dengan senyum tipis. Ia menggelengkan kepala sambil berkata dengan nada bercanda, "Kayaknya rumah gue udah resmi jadi tempat kalian pacaran ya, La? Firman? Ngaku deh!"

Lala yang mendengar itu langsung tersipu malu dan pura-pura memukul bantal kecil di sebelahnya ke arah Key. "Apaan sih, Key! Kan cuma ngobrol biasa!"

Firman yang selalu tenang, hanya tersenyum santai sambil melirik Key. "Ya mau gimana lagi, Key. Di rumah Lala kita gak mungkin bisa begini."

Zul yang sedari tadi asyik main game di ponsel, langsung menimpali dengan tawa. "Lala kan kayak tahanan kalo udah dirumah. Pasti Firman ketar-ketir tiap mau jenguk."

Riski menambahkan dengan senyum lebar, "Pantesan Firman sering banget ikut kumpul di sini, biar bisa ketemu Lala tanpa harus izin-izin segala."

Semua tertawa mendengar itu, termasuk Key, yang meski tahu betapa sulitnya Lala mengatur waktu bertemu dengan Firman, tetap merasa terhibur dengan lelucon teman-temannya.

Lala, sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Firman, mengendus kesal tapi penuh canda. "Iya, iya, kalian ketawa aja deh. Coba kalo kalian kalo di posisi gue, pasti juga repot."

Firman yang tak banyak bicara, merespon dengan lembut, "Yang penting kita bisa ketemu, La. Itu udah cukup."

Key memandang mereka bedua dengan tatapan jahil. "Waduh, waduh. Hati-hati, nanti Lala langsung melayang."

Lala pura-pura menutup telinganya. "Ah, Key, lo selalu aja bikin suasana jadi heboh. Udah, udah!"

Setelah beberapa saat tertawa dan bercanda, suasana mulai tenang. Zul dan Riski mulai sibuk lagi dengan ponsel mereka, sementara Reza dan Firman membahas sesuatu tentang proyek sekolah. Key sendiri melihat sekeliling ruang tamu rumahnya yang memang menjadi tempat favorit untuk berkumpul.

Key berkata sambil terseyum, "Gapapa sih, selama kalian semua nyaman di sini, gue seneng kok. Tapi please jangan bikin rumah gue jadi tempat pacaran eksklusif ya, La, Firman!"

Lala tertawa kecil sambil menjawab, "Tenang, Key! Rumah lo bakal tetap jadi tempat nongkrong rame-rame kok."

Firman ikut menambahkan, "kita gak bakal menguasai rumah lo, Key. Paling cuma pojokan ini aja yang kita tempati." Ia menunjuk sudut sofa tempat mereka duduk berdua, membuat semua orang kembali tertawa.

Dan begitulah, rumah Key terus menjadi tempat mereka berkumpul—tempat belajar, bercanda, dan tentu saja tempat Lala dan Firman bisa bersama tanpa khawatir dengan aturan ketat di rumah Lala.

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang