Key kembali menjalani hari-harinya dengan ceria, seperti yang biasa ia lakukan. Setelah sempat dilanda rasa tidak semangat karena absennya Gavin, Key sadar bahwa hidup harus terus berjalan. Ia mencoba fokus kembali pada kegiatan yang membuatnya bahagia dan terlibat sebelumnya dalam berbagai aktivitas di sekolah. Teman-temannya pun menyadari bahwa Key mulai kembali ke sosok yang selalu mereka kenal—ceria, energik, dan penuk semangat.

Salah satu hal yang benar-benar mengembalikan semangatnya adalah latihan ekstrakulikuler tari. Setiap minggu, Key menantikan waktu latihan tari. Di sana, ia bisa mengekspresikan diri melalui gerakan dan irama yang selalu membuatnya merasa lebih bebas. Bersama teman-teman di ekskul, Key merasa berada di lingkungan yang penuh dukungan dan keceriaan. Gerakan tari yang cepat, penuh ritme, dan energik membuat tubuh Key terasa ringan, sementara alunan musik mengisi ruangan dengan getaran yang menyenangkan.

Selama latihan, canda dan tawa sering kali terdengar di antara Key dan teman-temannya. Mereka saling memotivasi dan memberikan dorongan ketika ada gerakan yang sulit dilakukan. Di momen-momen seperti itu, Key merasa dirinya tak hanya menjadi lebih baik dalam menari, tetapi juga semakin dekat dengan teman-temannya. Hal ini membuatnya merasa terkoneksi dan bersemangat setiap kali datang ke sekolah.

Namun, meski Key tampak ceria, ada saat-saat tertentu di mana pikirannya berkelana ke sosok Gavin. Tanpa disadari, ingatan tentang cowok itu muncul kembali, terutama ketika ia mendengar cerita dari Puta tentang kondisi Gavin yang mulai membaik. Meskipun masih ada perasaan rindu dan kekhawatiran, Key memilih untuk fokus pada kehidupannya yang terus berjalan. Baginya, kebahagiaan bukan hanya tentang satu orang, tetapi tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya dengan baik dan penuh makna.

Latihan tari semakin intens, dan Key merasa perkembangan pesat dalam kemampuannya. Setiap langkah yang ia ambil di atas lantai latihan seolah menghapus kecemasan yang pernah ia rasakan. Bagi Key, menari adalah salah satu caranya melepaskan beban, melupakan sejenak pikiran tentang Gavin, dan benar-benar pada sesuatu yang ia cintai.

Hari-hari yang penuh dengan tawa, gerakan dinamis, dan canda bersama teman-teman membuat Key merasa bahwa apa pun yang terjadi, hidupnya penuh warna. Meski kadang-kadang, ada bayangan Gavin yang muncul di sela-sela pikirnya, Key terus melangkah maju, yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

Setiap hari, Key semakin larut dalam aktivitasnya, terutama ekskul tari yang mulai menjadi bagian penting dari kesehariannya. Setiap latihan terasa seperti petualangan baru, dengan gerakan-gerakan yang lebih kompleks dan tantangan yang membuat Key semakin termotivasi. Gurunya bahkan sudah mulai mempersiapkan tim tari mereka untuk tampil di acara besar sekolah, yang membuat semua anggota ekskul, termasuk key, merasa antusias.

Di balik kesibukan itu, Key tetap menjalani hari-harinya dengan penuh tawa bersama teman-teman kelasnya. Mereka sering bercanda dan berbagi cerita seru, membuat suasana sekolah terasa hangat dan menyenangkan. Lala, sahabat terbaiknya, selalu ada untuk Key, dan mereka berdua masih bersaing dalam hal pelajaran, terutama fisika dan kimia. Meskipun bersaing, mereka selalu mendukung satu sama lain, menciptakan harmoni kedekatan persahabatan dan kompetisi akademik.

Namun, meski hari-hari Key penuh dengan kegiatan, ada momen-momen pikirannya kembali melayang ke sosok Gavin. Kadang kala, saat sedang bersantai setelah latihan tari, Key tak bisa menahan diri untuk berfikir tentang bagaimana keadaan Gavin sekarang. Ia ingat bagaimana rasa khawatir sempat menghantui setelah mengetahui Gavin terserempet. Namun, setelah mendengar kabar bahwa Gavin telah membaik, Key merasa sedikit lega.

Suatu sore, sepulang dari latihan, di perjalanan pulang sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menyegarkan. Ia merasa puas dengan latihannya hari itu, tetapi tiba-tiba teringat sesuatu. "Eh, Gavin udah sembuh belum, ya?" pikirnya dalam hati. Rasa penasaran muncul lagi, tapi Key tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Ia tahu, Gavin pasti akan baik-baik saja.

Di perjalanan , Key tersenyum sendiri, membayangkan bagaimana nanti kalau Gavin kembali ke sekolah. "Pasti dia bakal keren banget pas upacara selanjutnya," gumamnya pelan, mengingat bagaimana ia sempat menantikan momen Gavin tampil. Tapi kali ini, Key merasa lebih santai. Baginya, meski Gavin tidak ada, hidup tetap berjalan, dan ia bisa menikmati setiap momen nya, dengan atau tanpa kehadiran Gavin.

Meski begitu, jauh di dalam hati, ada harapan bahwa suatu hari nanti, percakapan mereka akan berlanjut lebih dari sekedar basa-basi tentang kabar atau kejadian di sekolah. Key mulai membayangkan seperti apa interaksi mereka kedepan—mungkin ada hal-hal yang bisa berubah. Namun, untuk saat ini, Key memilih fokus pada apa yang ada di depan matanya; latihan nari, teman-teman, dan segala keceriaan yang memenuhi hari-harinya.

Dengan semangat baru, Key menjalani setiap hari dengan penuh antusiame, bersiap menghadapi apapun yang datang. Setiap tantangan, baik dalam pelajaran maupun di ekskul, ia menghadapi dengan senyum lebar. Key yakin bahwa apapun yang akan terjadi kedepan, selama ia tetap menjadi dirinya yang ceria, segalanya akan baik-baik saja.

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang