Prolog

24 3 0
                                    

Hai, guys! Kenalin, nama gue Kea Dinifa, tapi teman-teman lebih suka panggil gue key. Gue anak pertama dari dua bersaudara, dan mungkin di mata kalian, hidup gue kelihatan biasa-biasa saja.

Tapi sebenarnya, ada satu hal yang bikin hidup gue sedikit rumit, ya kalian tahu lah masalah percintaan anak remaja.

Gue baru aja masuk ke masa putih abu-abu, umur gue 16 tahun, dan dengan tinggi badan sekitar 150 cm, banyak yang bilang gue bertubuh mungil. mungil.

Tapi jangan salah! Di balik tubuh mungil gue ini, gue adalah anak yang ga bisa diem, ceria, hiperaktif, dan blak-blakan banget.

Gue sibuk lompat dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Gue aktif di OSIS, dan gue pernah ikutan ekstrakulikuler basket yaaa walaupun cuma sehari, hehe.

Yaaa lagian cape banget gila baru sehari gabung udah segitunya latihan gimana kedepannya coba, ya sebenarnya salah gue juga si udah di bilangin kalo abis latihan ga boleh minum yang dingin-dingin tapi gue ngeyel, gue kabur ke warung depan beli es, hehe. Seger banget coookkk, dan yaa besoknya gue sakit, hehe.

Oke lanjut, gue juga anak seni, suka banget ikut organisasi sekolah maupun luar sekolah, dan kalian harus tahu, gini-gini gue juga anak rohis, bray! Haha.

Gue suka banget mengeksplorasi banyak hal, coba kegiatan baru dan hidup dengan penuh tantangan.

Tapi ada satu hal yang selalu bikin hati gue dag-dig-dug. Satu hal yang gue ga bisa berhenti mikirin seorang cowok di sekolah yang menurut gue orang paling sempurna yang pernah gue temui.

Namanya Gavin Adinata. Dia beda banget sama gue-dingin, pemalu, dan kelihatan selalu tenang.

Gavin itu anak basket, ni gue kasi ciri-cirinya, ganteng, kulitnya putih, tingginya kurang lebih 170 an, dan ya famous banget di sekolah. Semua orang kayaknya suka sama dia, tapi awalnya gue ga tertarik sama dia. Ntah kenapa setelah itu gue merasa suka lebih dari sekedar suka.

Gue ga ngerti kenapa, tapi sejak pertama kali gue kenal dia, semesta kayak punya rencana buat terus mempertemukan kami. Gavin dan gue sampe dekat, ya... sebatas chat doang sih. Tapi di sekolah? Kita kayak orang asing.

Ketemu di koridor? Cuma anggukan kecil, atau malah ga liat sama sekali. Gue rasa, mungkin dia juga ngerasa kikuk atau ngga tahu harus bagaimana.

Sampai akhirnya, obrolan kami perlahan menudar, dan tiba-tiba aja kami jadi asing. Asing seperti dua orang yang ngga pernah saling kenal sebelumnya.

Lalu tanpa sadar, kami saling melupakan. Lucu, ya? Padahal, belum pernah ada hubungan di antara kami yang benar-benar bisa disebut sebagai 'sesuatu'.

Dan di situlah gue sadar, kadang yang paling sulit dari menyukai seseorang bukan tentang memiliki, tapi merelakan sesuatu yang bahkan belum pernah ada..

Dekat Namun Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang