TAP TAP TAP!! Suara langkah kaki terdengar jelas di atas tanah yang keras, semakin lama semakin cepat. Naruto, tanpa memperdulikan yang lain, sudah lebih dulu berlari menuju ke tengah lubang besar itu, matanya terfokus pada satu tujuan. Di tengahnya, tempat gulungan Bulan Merah yang misterius disegel.
"Tidak ada waktu untuk bersantai!" ucap Naruto dengan penuh tekad, suaranya menggema di antara dinding lubang itu. Matanya menatap tempat kecil yang ditutupi pepohonan. "Apa itu tempatnya!?" gumamnya dengan semangat. Tanpa berpikir panjang, ia terus berlari, melewati segala yang ada di hadapannya.
Namun, tanpa disadarinya, kakinya menginjak sebuah kertas segel yang tersembunyi di tanah. "Oh tidak—" sebelum ia sempat menyadari kesalahannya, kertas itu meledak dengan ledakan kecil yang cukup keras. Dalam sekejap, muncul tiga ekor katak raksasa di hadapannya, salah satunya adalah sosok yang sangat dikenalnya.
"Wuaaa, Boss Katak!" seru Naruto terkejut saat melihat Gamabunta, katak besar yang memimpin. Wajahnya langsung berubah panik saat melihat ukuran katak itu. Sementara itu, tim lainnya yang masih tertinggal di belakang segera menyusul setelah mendengar suara ledakan yang keras. Kejadian ini dengan cepat menarik perhatian mereka, memperlihatkan dengan jelas dimana Naruto berada.
"Kau menginjak jebakan di belakang..." ujar Minato dengan nada datar, meski jelas ia sedikit jengkel.
Kushina, dengan wajah penuh cemas, segera berlari ke samping Naruto. "Menma! Yang benar saja!?" teriaknya, kesal namun lebih dipenuhi rasa khawatir.
Minato menyusul, berdiri di sisi Naruto yang lain, dan memandang Gamabunta dengan tenang. "Karena dia menginjaknya, tidak ada pilihan lain," ucap Minato sambil melangkah maju. Dengan penuh keyakinan, ia mendekati ketiga katak yang kini menghalangi mereka. "Kami ninja Konoha! Kami datang untuk mencari dokumen yang Jiraiya-sensei sembunyikan!" terangnya dengan nada sopan namun tegas.
Gamabunta, dengan mata menyipit, menghisap rokok besarnya sambil memandangi Minato. "Aku tidak tahu mengenai perjanjian itu," jawab Gamabunta dengan nada datar. "Kami hanya diminta untuk melindungi dokumen itu!" lanjutnya.
Naruto, yang merasa akrab dengan Gamabunta, mencoba berbicara. "Oii, bos Katak, bicaralah padaku—" Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, Gamabunta sudah menyuruhnya diam dengan sekali gerakan cepat, mengeluarkan asap dari mulutnya yang membuat rokok raksasanya terlepas. Tim Konoha dengan sigap menghindar dari kejatuhan rokok besar itu.
Minato menyipitkan mata, melihat ke arah Gamabunta dengan tatapan serius. "Apa dia? tidak meyakinkan!" tanyanya setengah bergurau sebelum bangkit dan berlari ke arah lain. "Ada lebih dari satu cara untuk melewati mereka!" serunya dengan semangat yang kembali bangkit.
Tim Konoha segera berlari bersama Minato, mencoba menerobos rintangan yang dihadapi. Namun, mereka tidak menyangka bahwa dari langit mulai berjatuhan katak-katak kecil. Mereka datang dengan begitu banyaknya, mengalir dari atas seperti hujan, dan tumpukan katak-katak itu mulai menahan tubuh mereka satu per satu.
"Ah! Banyak sekali!" seru Kushina dengan frustrasi saat tubuhnya tertahan oleh tumpukan katak kecil. Ia mencoba bergerak, namun tubuhnya sudah tidak bisa bergerak lagi.
"Aku tidak bisa bergerak," ucap Sakura dengan nada putus asa, tubuhnya tertutup oleh katak-katak itu.
Guy, yang selalu penuh energi, mengeluarkan chakra dari tangannya, bersiap untuk menghancurkan tumpukan katak kecil yang menghalanginya. Namun, Minato dengan cepat menahan tangannya, menghentikan aksi impulsif Guy. "Jangan melukai mereka," ucap Minato dengan senyuman tenang, matanya memandang penuh pengertian. "Semua ini adalah katak yang Jiraiya-sensei minta padaku untuk merawatnya."
Sementara itu, Naruto yang penuh semangat berhasil mengeluarkan tubuhnya dari tumpukan katak-katak kecil tersebut. Dengan sekali gerakan lincah, ia mulai berlari menuju tempat gulungan yang berada di tengah-tengah lubang itu.
"Tunggu, Naruto!" seru Sakura dengan suara panik. Dia masih bergelut di dalam tumpukan katak kecil dan nyaris berhasil keluar. "Menma!" teriak Kushina dari kejauhan, yang juga sudah hampir bebas, nada khawatir jelas terdengar dalam suaranya.
Namun, Naruto tak mengindahkan seruan mereka. Dengan satu lompatan gesit, ia langsung menaiki lengan besar Gamabunta. "Biarkan aku lewat, Boss Katak!!" serunya penuh percaya diri.
Gamabunta mengerutkan dahi, merasa terganggu dengan kehadiran Naruto yang mendadak. "Hei, bocah! Kenapa kau begitu lancang!?" geramnya sambil melayangkan pukulan besar ke arah Naruto. Namun, Naruto dengan lincah berhasil menghindar, melompat ke udara dengan satu gerakan cepat yang hampir seperti kilat.
"Bahkan Boss Katak berbeda di dunia ini..." pikir Naruto sambil melirik Gamabunta yang jelas tidak seperti yang ia kenal. Namun dia tidak gentar. Dengan tekad yang semakin membara, Naruto membuat keputusan cepat. "Baiklah, aku akan tunjukkan padanya... Sannin Mode!"
Naruto mendarat dengan tenang di atas kepala Gamabunta dan segera duduk bersila, mulai mengumpulkan energi alam di sekitarnya. Ia memasuki keadaan meditasi yang mendalam, mencoba mencapai Mode Sannin secepat mungkin.
Gamabunta, merasa kehilangan jejak Naruto, menatap sekelilingnya dengan curiga. "Dimana bocah itu!? Kemana dia pergi!?" geramnya, tidak sadar bahwa Naruto duduk tepat di atas kepalanya, menyamarkan dirinya dalam suasana meditasi.
Hanya dalam beberapa detik, Naruto hampir mencapai Mode Sannin. Namun, tiba-tiba seekor katak kecil, dengan tatapan tajam, menyadari keberadaan Naruto. Dengan cepat, katak itu menjulurkan lidahnya yang panjang dan bergerak cepat seperti cambuk. "Cambuk Cinta!!" teriaknya, menamai tekniknya dengan penuh semangat.
Naruto yang sudah hampir mencapai Mode Sannin, terpaksa melompat dan menghindar dari serangan katak kecil itu. Namun, fokusnya buyar, dan mata Naruto kembali seperti semula. "Kuso! Padahal hampir selesai!" gerutunya dengan frustrasi, mendarat kembali di atas kepala Gamabunta.
Sayangnya, kali ini Gamabunta sudah sadar akan keberadaannya. Tanpa memberi Naruto waktu untuk bersiap lagi, Gamabunta menyemburkan cairan berwarna ungu dari mulutnya, menyerang Naruto dengan keras. Cairan itu terlihat berbahaya, menguap di udara dengan aroma tajam.
Naruto, yang kali ini tidak berusaha menghindar, malah duduk bersila di udara, bersiap untuk kembali membangkitkan Mode Sannin. Namun, sebelum cairan itu bisa mengenai Naruto, suara seruan keras terdengar dari arah belakang.
"Menma!!" Kushina melompat, dengan cepat menyelamatkan Naruto dari semburan berbahaya itu. Namun sayangnya, ujung kaki Kushina terkena percikan cairan ungu tersebut. Rasa sakit yang tajam langsung menghantamnya, membuat Kushina meringis dengan kuat. "Akkkhhhhh!!!" teriaknya kesakitan, tubuhnya hampir tak sanggup menahan rasa sakit itu.
.
.