---
Bukan wajah Minato Namikaze yang terukir di monumen Hokage itu, melainkan wajah seseorang yang sangat akrab bagi Sakura.
"Itu... wajah ayahku!" seru Sakura, matanya melebar tak percaya.
"Apa?! Bagaimana bisa?" Naruto menatap monumen itu dengan wajah bingung. “Ini... aneh sekali,” gumamnya, masih belum memahami situasi.
Saat mereka berdua masih sibuk memproses keanehan yang mereka lihat, sebuah suara familiar memecah kebisuan.
"Oi, kalian! Sedang apa kalian berkeliaran di sini?"
Naruto dan Sakura terkejut, berbalik dan melihat sosok yang begitu mereka kenal. Di depan mereka berdiri Sasuke, mantan anggota Tim Tujuh, seseorang yang selama ini selalu menjadi pusat perhatian Naruto. Namun, ada yang berbeda dari sosok Sasuke kali ini. Dia terlihat... lebih tenang, lebih damai.
"Sa-Sasuke..." gumam Sakura, suaranya gemetar antara terkejut dan tak percaya.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?!" Naruto bertanya dengan nada kebingungan, matanya masih lebar menatap Sasuke yang tampaknya tidak seperti biasanya.
Sasuke menatap mereka dengan senyum tipis yang tak pernah mereka lihat sebelumnya—bukan senyum sinis atau penuh kebencian seperti biasanya, melainkan senyum yang hangat dan tenang. "Apa itu masalah kalau aku berada di desaku sendiri?" tanyanya, kali ini tanpa nada datar yang biasa.
Naruto mengerutkan alisnya. "Itu... tentu saja tidak, tapi... ini aneh... ya..." Dia menggaruk-garuk kepalanya, berusaha mencari jawaban yang lebih masuk akal, tapi otaknya terasa buntu.
Sasuke hanya menggelengkan kepalanya perlahan. "Yare yare... kalian berdua terlihat seperti baru melihat hantu. Dan kau juga, Sakura, benar-benar pucat." Ia kemudian menatap Naruto dengan pandangan iseng. "Menma."
Naruto terdiam sejenak, menatap Sasuke dengan kebingungan semakin dalam. "Eh? Menma? Kau... memanggilku Menma?" tanyanya, suaranya terdengar kaget sekaligus bingung.
Sakura, yang juga kebingungan, menatap Naruto dengan tatapan tidak kalah herannya. Naruto memikirkan sebentar—Menma? Bukankah itu bahan makanan yang biasa ditemukan dalam ramen?
Pemandian Air Panas Area Wanita
Suasana di pemandian air panas terasa. menenangkan. Uap tebal mengepul dari permukaan air, menyelimuti seluruh area dengan kehangatan yang menenangkan. Di salah satu sudut, Tenten mencelupkan tubuhnya ke dalam air panas, membiarkan rasa lelah menghilang dari otot-ototnya.
"Aaah, ini terasa menyenangkan, bahkan jika hanya aku yang menikmatinya sendiri," ucap Tenten dengan senyum lebar, memejamkan matanya, merasa rileks.
Namun, tiba-tiba suara ceria Ino memecah keheningan. "Tenten, jangan melemparkan benda sembarangan, kau bisa melukai dirimu sendiri, tahu!" tegur Ino sambil memandang Tenten yang baru saja melempar handuk ke tepi pemandian dengan sembarangan.
Sementara itu, Sakura duduk di tepi kolam dengan ekspresi merenung. "Sebuah pemandian air panas...," gumamnya dalam hati. Dia belum benar-benar bisa menikmati suasana ini. "Aku ikut karena semua orang bilang akan pergi..." pikirnya lagi, sedikit menyesali keputusannya yang terasa mendadak. Tatapannya sesekali melirik Hinata, yang duduk di sisi lain kolam.
Tiba-tiba, percikan air yang tak terduga membuat Sakura tersentak, dan momen berikutnya, suasana yang sebelumnya tenang berubah tegang. Hinata dan Sakura mulai bersitegang karena alasan sepele, yang perlahan berubah menjadi perselisihan lebih besar. (Adegan selanjutnya dipotong karena tidak sesuai untuk usia 15 tahun).
Pemandian Air Panas - Area Pria
Di area pemandian pria, Naruto duduk bersandar di pinggiran kolam dengan mata setengah tertutup, terlihat agak bosan. Uap panas mengelilingi mereka, tetapi perasaan rileks yang diharapkan sepertinya tidak hadir. Di sampingnya, Shino duduk dengan tenang, memperhatikan uap air dengan serius.