Di sebuah tempat yang dulunya pernah dikatakan oleh Naruto sebagai lokasi latihan rahasianya bersama Jiraiya, kini berdiri sosok misterius, Tobi. Namun, ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Wujud Tobi tampak seperti bayangan transparan, mirip hantu yang melayang di udara. Sosoknya tidak sepenuhnya nyata, menimbulkan tanya apakah ini hanya proyeksi dirinya di dunia ini, atau karena ia hanyalah seorang pengendali di balik bayangan.
“Karena dia terjebak dalam jutsuku, Kyuubi hampir menjadi milikku,” gumam Tobi dengan suara rendah, matanya bersinar dari balik topengnya yang tembus pandang.
Dari kegelapan, sebuah suara terdengar, suara tenang namun penuh misteri. “Itu artinya kau bisa mendapatkannya kapanpun kau mau.”
Tobi hanya tersenyum di balik topengnya. “Kita tidak perlu terburu-buru. Segalanya harus mengikuti rencana, semuanya ada aturannya.” Dia berhenti sejenak, memandang ke arah horizon yang kosong. “Pada akhirnya, aku akan 'melawan' Uzumaki Naruto... dan Ekor Sembilan akan menjadi milikku.”
Suara misterius itu tidak memberikan jawaban, namun keheningan yang menyelimuti suasana itu membuat semuanya terasa semakin menegangkan. Tobi memandang dunia di sekelilingnya dengan penuh keyakinan. Di dunia yang dipenuhi ilusi ini, dia adalah pengendali utama, dan Naruto hanyalah pion yang terjebak dalam permainannya.
---
Sementara itu, di tempat lain, Naruto dan Sakura telah sampai di kantor Hokage. Naruto, seperti biasa, memilih cara tercepat untuk mencari informasi—dengan bertanya langsung kepada Hokage. Dia yakin bahwa Tsunade tidak akan banyak berubah, bahkan di dunia ini.
“Jalan tercepat untuk mendapatkan informasi adalah bertanya pada nenek Tsunade,” ucap Naruto dengan percaya diri, tangannya meraih knop pintu kantor Hokage.
Namun sebelum dia sempat membuka pintu, suara Tsunade yang tegas terdengar dari balik pintu, membuat Naruto menghentikan gerakannya. Kedua telinga Naruto dan Sakura langsung fokus mendengar percakapan di dalam.
“Tidak mungkin! Bijuu dari Negara Petir telah dicuri!?” seru Tsunade dengan nada terkejut dan marah.
Naruto langsung terkejut mendengarnya. Pikirannya berputar cepat. 'Bijuu dari Negara Petir? Apa yang terjadi dengan pak Bee?!' Tanpa berpikir panjang, Naruto mendorong pintu dengan keras dan masuk ke ruangan Tsunade.
“Apa maksudmu?” seru Naruto sambil melangkah cepat menuju meja Tsunade. Di belakangnya, Sakura juga mengikuti dengan raut wajah yang sama cemasnya.
“Menma!...” Sebelum Tsunade bisa menjawab, Naruto melanjutkan, “Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah bijuu dari Negara Petir benar-benar dicuri?”
Sakura yang masih terkejut turut menyuarakan kekhawatirannya. “Apa terjadi sesuatu pada pak Bee?” tanyanya, dengan nada lebih lembut namun tetap penuh kekhawatiran.
Tsunade menghela napas dalam-dalam, sedikit ragu sejenak sebelum menjawab. “Tenanglah, kalian berdua. Aku dengar yang dicuri bukanlah bijuu itu sendiri, melainkan kekuatan utama dari bijuu tersebut,” jawab Tsunade, matanya berkilat dari balik kacamata yang dikenakannya—penampilan yang sedikit berbeda dari Tsunade yang mereka kenal.
Naruto yang awalnya tegang sedikit melonggarkan ekspresinya, namun rasa penasaran tetap menguasai dirinya. “Kekuatan utama bijuu?” tanyanya, mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Sebelum percakapan bisa berlanjut, Shizune yang berdiri di sudut ruangan tiba-tiba memotong dengan nada tegang. “Tsunade-sama!” serunya, tampak gugup. Dia juga tampak berbeda, dengan aura yang sedikit lebih formal dan tegang.
Shizune memandang Tsunade dengan tatapan peringatan, seakan Tsunade telah mengungkap terlalu banyak informasi kepada Naruto dan Sakura.
...