Sesaat setelah itu, suara angin kencang terdengar. SSSAAAATTT!! SSSAAATTT!! Secepat kilat, Minato, Kushina, dan beberapa ninja jounin muncul di sekitar Tsunade, melindunginya dari segala arah. Wajah Minato tampak tegas dan serius, siap untuk melindungi Hokage-nya.
"Hokage-sama, kami tidak bisa memberikannya gulungan Bulan Merah..." ucap Minato dengan suara rendah namun penuh ketegasan. Matanya tajam menatap pria bertopeng itu, menyadari bahwa ancaman di depannya tidak bisa dianggap remeh.
Di seberang medan pertempuran, pria bermantel itu menundukkan kepala, tampak tidak terpengaruh oleh kekacauan di sekitarnya. "Aku tidak tertarik pada bawahan," ucapnya dengan dingin, suaranya memotong keributan yang ada, seolah dia mengendalikan setiap detik yang berlalu. Dengan sebuah gerakan tangan yang nyaris tak terlihat, semua hewan summon-nya langsung menyerang serempak.
Hewan-hewan itu menyerbu seperti badai; masing-masing jounin berhadapan dengan satu musuh, terpaksa melawan dengan segala kemampuan mereka. Tsunade, meskipun sangat tangguh, tertangkap oleh seekor ular raksasa yang melilit tubuhnya dengan kekuatan brutal. Dia mencoba meronta, namun lilitan itu terlalu kuat, memaksanya untuk menyerah. Namun, sebelum lilitan itu bisa menghancurkannya, Minato melesat secepat kilat, kunai di tangannya menusuk ular itu di titik vital, membebaskan Tsunade.
“Terima kasih, Minato,” ucap Tsunade dengan napas tersengal, kembali berdiri di samping Minato.
Tetapi sebelum mereka sempat bersiap, beberapa hewan summon mulai merapal jutsu. Lingkaran ungu yang dipenuhi simbol misterius muncul di bawah kaki mereka, dan seketika para jounin terkurung, chakra mereka terkunci dalam segel yang kuat. Bahkan Minato dan Tsunade tak mampu lolos dari segel itu.
"Kussoo!" umpat Minato, mencoba melepaskan diri dari kekuatan segel yang mencekam mereka.
Pria bermantel itu berjalan maju dengan langkah pelan namun penuh percaya diri. "Majulah dan musnahkan mereka," perintahnya pada salah satu summon berbentuk humanoid raksasa yang membawa pedang besar menyerupai senjata Dewa Kematian. Pedang itu diangkat ke udara, lalu dengan satu tebasan, gelombang chakra mengerikan menyapu medan perang, membuat beberapa jounin roboh dalam sekejap.
“Tidak mungkin… dia menguras chakra kita hanya dengan sekali tebas!” seru Minato, masih berusaha mempertahankan dirinya dari efek serangan.
Pria bermantel itu tersenyum di balik topengnya. “Aku bisa saja membunuh kalian sekarang. Serahkan gulungan Bulan Merah itu.”
TRIIIINNGGG!!! Dari kejauhan, kunai-kunai melesat ke arah pria bermantel itu, tapi seakan melawan gravitasi, kunai-kunai tersebut berhenti tepat sebelum mencapai punggungnya, melayang di udara. Naruto dan Sakura muncul di kejauhan, berdiri dengan tegas di medan pertempuran.
"Ja-jangan kemari, Menma!" teriak Minato, panik. “Dia adalah pria bertopeng ITU!”
Naruto terdiam sejenak, matanya menyipit, menatap pria itu dengan penuh kebingungan. “Jadi... dia...?”
“Tidak mungkin! Dia bukan Madara!” seru Sakura, mengepalkan tangan dengan cemas.
Pria bermantel itu tampak terusik mendengar nama Madara disebut. Perlahan dia memalingkan wajah, menatap mereka dengan mata yang dingin di balik topeng. “Madara? Kalian mengenalnya?”
Sakura maju beberapa langkah, tanpa gentar menatapnya. “Hei, kau! Apa kau kenal Madara?”
Pria itu mengangkat tangannya, memandang sejenak pada aliran energinya sendiri, seolah merenungi sesuatu. “Madara… dia sangat membantu,” jawabnya samar, suaranya kini terdengar lebih tenang, namun ada aura berbahaya yang menyelimuti setiap katanya.
“Katakan di mana dia sekarang!” desak Sakura dengan nada perintah, tatapan matanya penuh tekad.
Pria bermantel itu hanya tertawa kecil. “Kenapa harus kuberitahukan? Bahkan kalian bukan tandingannya...”
Sakura, dengan penuh keberanian, berteriak, “Kalau begitu, aku akan membuatmu bicara!” Tanpa pikir panjang, dia maju menyerang dengan tangan kosong, mencoba menghantam pria itu dengan kekuatan penuhnya. Namun, salah satu summon langsung bergerak, melilit tubuh Sakura dengan kekuatan brutal.
“Sakura!!” Naruto berteriak, mencoba bergerak maju untuk menolong, tetapi dia pun diserang oleh summon lainnya, memaksanya mundur.
Pria bermantel itu mengamati mereka dari atas, tatapannya penuh penghinaan. “Menyerahlah. Kau bukan tandinganku.”
Sakura, yang masih terjebak dalam lilitan summon, mencoba meronta, suaranya penuh amarah dan keputusasaan. “Untuk keluar dari dunia ini, Madara harus dikalahkan! Tidak ada pilihan lain! Aku harus melakukannya!” teriaknya. “Pahlawan sejati dan semua orang yang menyelamatkan dunia… mereka bertarung dengan nyawa mereka sebagai taruhannya. Aku tak akan melupakan itu!”
Sakura berusaha sekali lagi untuk melepaskan diri, tetapi summon itu semakin memperketat lilitannya.
“Sakura!!” teriak Naruto lagi.
“Cepatlah lari, Menma!” teriak Kushina dari kejauhan. “Aku tak akan memaafkanmu jika kau mati di sini!”
“Ibu…” Naruto hanya bisa memandangi sosok Kushina dari kejauhan.
Tiba-tiba, pria bermantel itu muncul di belakang Naruto, begitu cepat sehingga Naruto hampir tidak sempat bereaksi. Dengan satu gerakan tangan, dia menciptakan angin yang begitu kuat, mendorong Naruto hingga terhempas jauh.
"Akhhh..." rintih Naruto, terlempar ke tanah.
Pria itu memandang Naruto dengan dingin. “Aku dapat merasakan energi jahat darimu…” ucapnya, lalu melempar Naruto ke udara dengan kekuatan luar biasa, memerintahkan semua summon untuk menyerangnya. Namun, tepat sebelum serangan mencapai Naruto, dia menghilang.
“Kilat Kuning?” gumam pria bermantel itu, sedikit bingung.
Naruto ternyata telah diselamatkan oleh Minato. Dengan kecepatannya yang luar biasa, Minato membuat Naruto terlihat menghilang.
“Aku sudah menanamkan jutsuku ketika aku mengambil gulungan…” ucap Minato, berdiri dengan tenang di samping Naruto. “Aku akan mengambil kembali gulungan Bulan Merah dan menjaganya dengan nyawaku.”
Pria bermantel itu mengangkat tubuh Sakura yang terjebak dalam kain-kain transparan, memperlihatkannya kepada Minato dan Naruto. “Bagaimana kalau kita tukar gulungan itu dengan gadis ini?”
“Bajingan kau!” teriak Naruto penuh amarah.
Satu per satu, hewan summon pria itu menghilang, membawa serta Sakura. Kini, hanya pria bermantel itu yang tersisa, berdiri di udara seperti bayangan gelap yang mengintai.
“Aku akan memberimu hadiah…” ucapnya dingin, mulai mmembentuk bola chakra hitam di tangannya. Bola chakra itu kecil, tetapi terasa memiliki kekuatan yang luar biasa.
Pria bermantel itu terbang lebih tinggi, seolah bersiap melepaskan Rasengan itu dari ketinggian, “Great Spiralling Ring!” teriaknya, melepaskan bola chakra ke tanah di bawahnya.
BLLLAAAAARRRRRR!!!
Ledakan besar terjadi, mengguncang seluruh medan pertempuran.