15

10 0 0
                                    

Di suatu tempat yang gelap dan suram, duduklah seseorang dengan mantel dan topeng, berada di sebuah singgasana di tengah ruangan. Tempat itu dipenuhi bayangan yang pekat, obor yang menyala hanya memberikan cahaya redup, memperkuat kesan misterius yang mengelilingi sosok tersebut.

Tobi, yang berdiri di dekat orang bermantel itu, tubuhnya tampak transparan seperti bayangan yang siap menghilang kapan saja, berbicara dengan nada tenang. "Aku dengar Konoha sudah punya gulungan Bulan Merah."

Sosok bermantel itu berdiri perlahan, jubahnya melambai halus mengikuti gerakannya. Dengan langkah yang mantap, dia berjalan pelan, meninggalkan tempat tersebut. "Kalau begitu, aku akan memulainya," katanya dengan suara yang penuh tekad.

Tobi tetap diam di tempat, menatap ke arah sosok yang berjalan pergi. Suaranya terdengar lembut namun menyimpan banyak makna. "Limited Tsukuyomi membuat hal yang paling diinginkan oleh seseorang terjadi dengan mudah." Dia berhenti sejenak, pandangannya seakan menembus kegelapan di sekelilingnya. "...Sebuah dunia yang mereka harapkan. Itulah mengapa aku, penciptanya, tidak bisa mengubahnya. Untuk hasrat mereka, manusia dipuaskan tanpa perlawanan apapun."

...

Di rumah Sakura, suasana terasa begitu sepi. Ia duduk di meja makan, di depan makanan kaleng yang diaduk-aduknya dengan sendok, tanpa selera. Mata Sakura terlihat hampa, dan ekspresi di wajahnya mencerminkan kebosanan yang mendalam.

"Makanan favoritku jadi tidak berselera untuk dimakan jika aku memakannya terlalu banyak," gumamnya, sambil melihat bunga pemberian Sasuke di sudut meja. Kelopak bunga itu mulai rontok satu per satu, seolah mencerminkan suasana hatinya yang perlahan hancur. Sakura menghela nafas panjang, merasakan kesepian yang semakin menekan.

Keheningan di dalam rumah begitu terasa, hingga tetesan air dari keran yang bocor terdengar begitu jelas. Tidak ada suara orang tuanya yang biasanya mengisi rumah ini. Foto-foto di dinding tampak kosong, mencerminkan dirinya yang sendirian, tanpa kehadiran orang lain.

"Putri seorang pahlawan, huh?" Sakura berbicara pada dirinya sendiri, suara lirihnya mengisi ruangan yang hampa. "Naruto, apa hidupmu selalu kesepian seperti ini setiap saat?"

Merasa tidak tahan dengan suasana rumah yang begitu sunyi, Sakura memutuskan untuk keluar. Ia mengenakan jaket dan berjalan keluar dari rumahnya, berharap bisa menemukan sedikit ketenangan di luar. Langkahnya perlahan-lahan membawa dirinya ke jalan-jalan desa yang sepi.

Saat berjalan, tiba-tiba matanya menangkap sosok yang dikenalinya. Jauh di depan, Sasuke terlihat sedang berjalan, dan senyuman kecil muncul di wajah Sakura. Dengan senang hati, ia mencoba memanggil Sasuke, berharap kehadiran Sasuke bisa memberinya semangat. Namun senyumnya segera hilang ketika ia menyadari sesuatu.

Sasuke tidak sendirian. Di sekelilingnya, beberapa gadis berkumpul. Ia memperhatikan Sasuke memberikan bunga kepada seorang gadis, bunga yang sama seperti yang pernah diberikannya kepada Sakura.

"Oh, kau baik sekali, Sasuke~" ucap gadis itu dengan manis, menerima bunga dengan wajah penuh kegembiraan.

Sasuke tersenyum, menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Aku serius. Aku akan selalu ada di sisimu," kata Sasuke dengan lembut, sementara gadis-gadis lain di sekitarnya tampak cemburu melihat pemandangan itu.

Sakura berdiri terpaku, tubuhnya terasa kaku seolah berat untuk bergerak. Tangannya yang awalnya terangkat untuk menyapa Sasuke, kini terkulai lemas di sisinya. Meski ia tahu itu hanyalah ilusi, namun hatinya tetap terasa sakit. Dengan langkah berat, Sakura berbalik dan mulai berjalan pergi, meninggalkan pemandangan itu. Dunia ini, meskipun tampaknya penuh dengan keinginan, perlahan mulai terasa tidak cocok baginya.

Langkah Sakura semakin cepat, dan akhirnya ia mulai berlari. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencari jawaban. "Maaf, Naruto. Aku salah..." bisik Sakura dalam hatinya.

ROAD TO NINJA : Naruto The MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang