Bab 2

628 44 2
                                    

Tepat saat petir dan gemuruh gledek bergema di santero kamarnya, Zee terbangun dari mimpi buruknya. Mimpi buruk yang menghantuinya setiap hujan deras disertai petir dan guntur selama 3 tahun terakhir ini.

Mimpi yang mengingatkan masa lalu yang ingin di tutupnya. Mimpi kejadian di malam ayah dan ibunya berdebat hebat, saling caci dan tampar di depan matanya. Zee kecil hanya bisa menangis dan menatap kejadian itu. Dan selalu di tutup dengan tatapan pada punggung ibunya yang pergi di tengah gelap malam dan hujan petir.

Zee duduk di tepi tempat tidurnya. Walau AC menyemburkan dingin yang kencang, namun sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Dirinya meminum air yang diletakkan diatas nakasnya. Kembali melamun mengingat mimpi buruknya.

Hujan masih terus turun dengan derasnya, petir silih berganti bersaut sautan. Zee mencuci mukanya sebelum mengecek jam. Dirinya melihat jarum pendek jam yang masih bertengger di angka 3.

Dirinya memutuskan untuk berpindah ke meja belajarnya. Menyalakan laptopnya dan meluncur di dalam dunia internet. Karena jika sudah terbangun begini dirinya tidak akan bisa tidur kembali.

Dirinya sekedar browsing, nonton live bola, atau sekedar main game hingga alarm nya berbunyi menandakan sudah jam 6 pagi. Dengan wajah lesu dirinya mengambil handuk dan segera masuk kedalam kamar mandi.

Setengah jam kemudian dirinya sudah siap berangkat, namun cuaca masih sendu, belum ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Langit masih gelap walau petir mulai berkurang.

Sesaat kemudian handphone nya berbunyi. Adel sahabatnya menelpon mengatakan agar segera menjemputnya.

Dirinya hanya melamun sambil memainkan hpnya di lobby apartemennya menanti Adel datang menjemputnya.

"Tiin!" Klakson yang berasal dari mobil BMW hitam mewah di depan lobinya menarik perhatiannya.

Dirinya segera bangkit dan berjalan menuju mobil tersebut yang jelas milik sahabat setianya. Dan keduanya pun segera meluncur menuju sekolah.

"Lu gak bawa jaket?" Tanya Adel memperhatikan Zee. Dirinya hanya menggeleng.

"Ah, bego, nih pake punya gue dulu, gak usah betingkah!" Kata Adel menyerahkan jaket varsity kesayangannya pada sahabatnya. Zee hanya nyengir sambil memakai jaket milik Adel.

Jam pelajaran pertama sudah di mulai namun Pak Nathan guru kelas Zee belum juga hadir. Zee memilih duduk di bangku didepan kelasnya, menatap langit yang masih gelap dan hujan yang masih terus turun.

Dari kejauhan dirinya melihat seorang gadis yang datang dengan basah kuyup berlari memasuki lorong sekolah dan nampak kebingungan.

"Bruk!" Tanpa sengaja gadis itu menabrak seorang gadis lainnya yang baru saja keluar dari toilet.

"Iyuh, basah, heh kalo jalan pake mata dong!" Protes gadis itu.

"Ma.. maaf aku gak liat," jawab si gadis basah kuyup tertunduk. Sementara si gadis yang ditabrak terus aja nyolot dan ngomel-ngomel. Zee mendatangi mereka dengan santai.

"Woi, ini jam pelajaran, gak usah ribut!" Kata Zee dengan nada cukup tegas dan kencang membuat kedua gadis tersebut terdiam.

"Balik lu!" Perintah Zee pada gadis yang tertabrak, dan gadis tersebut segera kabur dari pandangan Zee.

Saat Zee akan pergi, dirinya menyadari si gadis basah kuyup masih berdiri di tempatnya dan kebingungan.

"Lu anak baru? Gue gak pernah liat?" Tanya Zee. Gadis itu hanya mengangguk dengan kepala masih tertunduk. Saat Zee akan pergi tiba-tiba gadis tersebut bersuara.

"Sori, ruang guru atau kepala sekolah dimana ya?" Tanya gadis tersebut.

"Oh, lu gak tau tempatnya, tuh yang pintunya merah," kata Zee menunjuk rungan yang tepat di seberang kelasnya.

"Makasih," kata gadis tersebut segera buru-buru menuju ruang guru. Sementara Zee kembali ke kelasnya.

"Dari mana?" Tanya Adel saat Zee kembali ke bangkunya.

"Toilet," jawab Zee singkat dan merebahkan kepalanya di atas meja beralaskan tasnya.

Tidak lama masuk lah pak Nathan wali kelas nya bersama gadis yang basah kuyup tadi, namun saat ini dirinya telah berganti pakaian olahraga.

"Anak-anak ini ada murid baru, silahkan perkenalan dulu," kata pak Nathan mempersilahkan.

"Kenalkan, saya Marsha Lenathea, Bisa di panggil Marsha, saya pindahan dari SMA Pancasila, salam kenal semuanya, mohon bantuannya selama disini," kata Marsha.

"Oke Marsha silahkan duduk, oke anak-anak saya hari ini cuman ngasih tugas karena lagi ada rapat guru, kerjakan halaman ini ya," kata pak Nathan menuliskan tugas mereka di papan tulis kelasnya dan tidak lama kembali meninggalkan ruang kelas mereka.

"Zee, ada anak baru tuh," kata Adel menyenggol Zee yang tidur. Zee hanya mengangguk tanpa merubah posisinya.

"Hai, salam kenal, gue Kathrin, panggil aja Atin, gue yang paling gaul di kelas ini," kata Kathrina gadis cerewet pencinta game yang duduk di sebelah Marsha.

"Hai, aku Marsha," jawab Marsha menjabat tangan Atin.

"Ini sahabat-sahabat gue, ada mommy Indah, sama Acel," kata Kathrin mengenalkan 2 wanita yang duduk di belakang mereka.

"Hai," sapa Marsha.

"Hai, gue Ashel, gue kebetulan sekertaris di kelas, kalo lu gak betah duduk ma Atin bilang aja tar gue bilang ke pak Nathan buat nuker lu," kata Ashel langsung di sambut Atin yang cemberut dan Marsha yang tertawa.

"Hai, gue Indah," sapa gadis manis berambut panjang di sebelah Ashel.

"Mommy ini, anak rantau dari Jambi, dia kita panggil mommy karena dia yang ngurusin kita, hehe," jawab Atin sementara Indah hanya senyum dan mengangguk mengiyakan.

**************************************

Gak usah di kasih foto kan ya dah tau juga siapa aja karakternya

Happy reading


Langit Malam ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang