Bab 16

477 48 0
                                    

Hujan yang turun sejak subuh membasahi seluruh kota. Anak Langit sudah pamit dari kamar Zee. Tersisa Zee disana. Dirinya sebenarnya tidak suka hujan dan sendiri. Namun karena tidak mau membebani siapapun lebih jauh, dirinya berusaha tegar. Marsha belum kunjung muncul mungkin karena hujan, fikir Zee.

Dirinya berdiri di jendela kamarnya memandang hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini hanya hujan, tanpa petir dan guntur yang mengganggunya. Namun tetap saja masa lalunya menghantuinya.

Dirinya sudah mendapat kabar mamanya sudah di makamkan dengan baik oleh om nya. Dirinya berjanji akan segera menyambangi makam mamanya.

"Ma, Zee merasa sekarang gak sesepi dulu, selain ada teman-teman, ada Marsha, mama juga ada disini," kata Zee meletakkan tangan diatas perbannya. Merasakan tiap detaknya, detak dari jantung mamanya yang ada dalam dirinya.

"Zee gak tau ma, Zee gak tau sekarang harus melangkah kemana, Zee ada di ujung jalan yang gak tau harus kemana untuk selanjutnya," kata Zee berbicara sendiri.

"Ada aku, temani aku," kata Marsha yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Meng, aku bingung Meng, harus kemana," kata Zee.

"Pilih jalan yang kamu mau, aku akan selalu support kamu," kata Marsha.

"Aku boleh pulang kapan sih," kata Zee cemberut.

"Belom boleh, apartemen aman kok, Ara nginep disana beberapa hari ini kata Adel," ucap Marsha.

"Kayaknya berantem lagi dia ma ortunya," kata Zee.

"Udah kamu pikirin diri kamu dulu sampe sembuh," kata Marsha membawa Zee kembali ke tempat tidur.

"Zee," tiba-tiba seseorang membuka pintunya. Zee tampak terkejut dengan pria yang cukup berumur masuk ke dalam kamarnya.

"Pa...pa... ngapain?" Tanya Zee bingung.

"Bisa-bisanya papa jadi orang terakhir yang tau kondisi kamu!" Kata papanya marah, namun menurut Marsha ada rasa khawatir terpancar disana.

"Kamu pergi dari rumah papa iyain, kamu jadi berandal papa biarin, bisa-bisanya kamu operasi papa gak tau!" Kata papanya marah-marah.

"Lah kan emang biasanya juga gak perduli," jawab Zee mulai asal dan emosi, Marsha menegurnya dengan tepukan kecil.

"Anak kurang ajar!" Seketika papanya mengayunkan tangannya hendak memukul namun Marsha langsung menghalangi dan akhirnya Marsha yang kena pukul, membuat Zee emosi dan bangun dari tidurnya.

"Heh! Jangan asal pukul!" Kata Zee marah.

"Kamu siapa! Kenapa ada disini, kamu wanita yang mau morotin anak saya ya! Keluar ! Pergi kamu pelac**!" Ucap papa Zee kasar membuat Marsha menangis karena sakit pukulan dan mentalnya. Marsha segera berlari pergi dari sana.

Zee segera mengejar. Namun terhalang infus yang langsung dicabutnya dan saat papanya menahan, entah setan apa yang merasukinya pukulan telak ke wajah ayahnya disarangkannya hingga ayahnya terjerembab jatuh dan Zee berlari pergi mengejar Marsha.

"Meng!" " Zee berhasil menahan Marsha dibawah hujan deras.

"Maaf Zee aku ....," Marsha sudah gak bisa berkata-kata.

Zee langsung memeluk Marsha. Keduanya menangis dibawah hujan. Marsha menyadari pelukan Zee melemah. Saat dirinya mencoba melihat Zee, Zee sudah pucat menutup mata dan kassanya dipenuhi darah.

Zee terlepas dan meluncur turun dari pelukanMarsha. Marsha berusaha berteriak ditengah hujan meminta pertolongan. Perlahan orang-orang mulai berdatangan membantu mereka.

Sayup Zee mulai tersadar, mendengar keributan yang terjadi disana. Perlahan dia mulai membuka matanya. Hal pertama yang keluar dari mulutnya adalah nama Marsha.

"Marsha lagi pulang sayang," kata Tantenya yang duduk disebelahnya.

Perlahan dia melihat jelas om nya dan papanya ribut mengenai kondisinya Zee. Bahkan om nya sempat berkata akan mengadopsi Zee dan membawa Zee jauh dari papanya.

"Bisa diem gak om sama papa!" Kata Zee lirih dengan sekuat tenaga. Membuat kedua orang tuanya terdiam.

"Papa mending pergi dari sini," kata Zee tanpa memandang ayahnya.

"Ck anak durhaka!" Sentak papanya kemudian beranjak pergi.

"Kamu gak papa Zee?" Tanya omnya. Zee hanya mengangguk.

"Marsha udah cerita, kamu sama Marsha gak usah ketemu papa mu lagi, orang itu terlalu gak punya otak," kata omnya menepuk-nepuk pundak Zee.

"Marsha kemana ya?" Tanya Zee lagi.

"Dia pulang, dia nanti kembali, kamu istirahat dulu aja," kata om nya.

Zee hanya diam, bingung, perlahan air matanya menetes, dirinya memalingkan muka dari om dan tantenya.

**************************************

Happy reading

Langit Malam ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang