Bab 20

577 54 1
                                    

"Sebelumnya papa minta maaf atas semua yang terjadi selama ini, mata papa baru terbuka, kamu itu hanya korban dari ke egoisan kami orang tua," kata papanya dengan nada yang kembali normal.

"Sebegitu cintanya mamamu sampe rela mendonorkan jantungnya buat kamu, walau semua terjadi dengan cara yang kita sama-sama gak mau, papa berutang maaf sama kalian, sama kamu juga Marsha," kata papanya. Zee hanya diam, sedang Marsha gak berani berkata-kata.

"Om dan tantemu cerita banyak sama papa, bagaimana kamu berjuang sendiri selama ini, Laksani juga cerita bagaimana sahabat-sahabat kamu terutama Adel dan keluarga lebih dekat dengan kamu dari papa, papa sadar semua salah papa dan mama," kata papanya lagi. Kali ini suara bergetar dari papanya yang terdengar.

"Marsha, om mengucapkan banyak terima kasih atas pengorbanan kamu ke Zee, om juga minta maaf atas sikap om sebelumnya," kata papanya mulai berkaca-kaca.

"Papa, papa ada masalah apa? Ini bukan papa yang biasanya," tiba-tiba Zee berkata.

"Hmm, papa di diagnosis kanker paru, dan kondisi papa kurang baik, tadi malam mamamu mendatangi papa dalam mimpi dan meminta maaf serta menitipkan kamu," kata papanya mulai meneteskan air mata. Zee sudah tidak sanggup dan langsung memeluk ayahnya.

"Maafin papa nak, atas segala dosa papa, ini balasan Tuhan ke papa, papa terima," kata papanya, tangisnya membasahi bahu Zee.

"Papa gak boleh bilang gitu, ada Zee dan Marsha yang bakal terus nemenin papa," kata Zee. Marsha hanya mampu mengelus lembut punggung kekasihnya.

"Udah sedih-sedihnya, papa gak mau liat kalian sedih lagi, papa udah janji sama mamamu untuk jaga kamu," kata Papanya menghapus airmatanya dan Zee.

"Kalian kuliah ya," kata papanya tiba-tiba.

"Ah..," Marsha mau menolak namun segera di stop oleh ayah Zee.

"Om yang tanggung semua, Zee anak om satu-satunya, Zee ada sejauh ini karena kamu juga, jadi biar om membalas kebaikan mu dengan ini, kalian kuliah bareng, om hanya bisa nitip Zee sama kamu, om percaya kalian bisa saling menjaga," kata Papanya mengelus lembut rambut Marsha bagai orang tuanya. Marsha tersenyum namun tetes airmata bahagianya tidak dapat ditahannya.

"Pa, makasih pa," kata Zee mencium tangan papanya.

"Sekarang kalian pulang ya kerumah," kata papanya.

"Maaf pa kalo itu...," Zee ragu berkata-kata.

"Oke papa paham kamu masih belum bisa menerima mama tirimu, gak papa, Marsha om punya permintaan," kata papanya Zee.

"Apa yang bisa Marsha bantu om?" Tanya Marsha.

"Yang pertama jangan panggil saya om, panggil aja papa, anggap saya orang tuamu sekarang, dan secepatnya saya akan melamarkan Marsha buat Zee jika kalian siap," kata papanya tersenyum, membuat keduanya melotot.

"Papa gak mau kehilangan anak papa lagi, dan kebahagiaannya ada di Marsha, papa gak mau kehilangan keduanya," kata papanya.

"Ya gak gitu juga pa, biar Marsha pikir dulu ya pa, jangan dipaksa," kata Zee.

"Saya siap pa, asal Zee siap dan kami akan berusaha menjalani rumah tangga kami sambil kuliah dan bekerja kalau boleh pa," kata Marsha tersenyum membuat Zee yang melotot.

"Oke asal kalian mau menunda punya anak dulu sampai kalian beres kuliah papa setuju," kata papanya. Zee masih berusaha mencerna semua ini.

*************************************

Kapal Zeesha finish

Happy reading

Cerita akan segera tuntaz

Langit Malam ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang