Zee berjalan di ruang apartemennya sambil belajar. Salah satu kebiasaan Zee saat berfikir atau belajar, yaitu mengitari ruangan. Tiba-tiba dirinya berhenti di depan cermin melihat luka besar di dadanya, sebelum akhirnya kembali memilih belajar.
Malam itu entah apa yang membuat Zee gelisah. Dirinya nampak hanya berguling-guling diatas tempat tidurnya, tapi tidak juga terlelap. Hanya menatap kosong langit-langit kamarnya.
Tiba-tiba dirinya bangun, mengganti pakaian, menyambar jaket, helm dan kunci motornya. Dirinya menyusuri gelap dan sepinya kota ini di malam hari.
Menikmati malam diatas motornya. Menikmati sepi namun tidak kosong tengah malam di kotanya. Dirinya berhenti di salah satu tempat balapan liar di kotanya. Disana dirinya hanya menikmati balapan yang tersaji.
Tidak sedikit kecelakaan yang terjadi. Deru motor saut-sautan menggema di malam yang sepi itu. Keramaian yang benar-benar menyita perhatian. Termasuk polisi yang tiba-tiba datang, membuat semua kalang kabut berhambur. Sementara Zee duduk tenang diatas motornya sambil makan kacang.
"Oi jangan kabur!" Teriak seorang polisi padanya. Zee menaikan sebelah alisnya karena dirinya dari tadi makan kacang tanpa menyalakan mesin motornya.
"Nah! Mau kemana lu, ketangkep kan lu," kata polisi itu menahan motor yang bahkan tidak nyala itu.
"Pak-pak, orang lagi makan kacang," kata Zee geleng-geleng.
"Yee nantang lu yee," protes si polisi. Zee hanya geleng-geleng melihat tingkah polisi aneh ini.
"Mana surat-suratnya?" Kata polisi itu. Zee memberikan STNK dan SIM nya pada sang polisi.
"Ngapain lu malem-malem disini, lu pasti anak SMA kan!" Kata polisinya. Zee hanya mengangguk masih tetap ngemilin kacangnya.
Si polisi mulai menceramahinya panjang lebar dan Zee hanya mendengarkan sambil manggut-manggut.
"Zee?!" Tiba-tiba ada seorang polisi yang mengenalinya dan menghampirinya.
"Lah kenal kap?" Tanya polisi yang lagi ceramah.
"Ya kenal, wong ponakan saya kok," jawab polisi yang menyapanya. Zee hanya nyengir dan polisi yang ceramah menepok jidatnya kemudian perlahan kabur dari sana.
"Halo om," kata Zee nyengir.
"Ngapain kamu? Inget kesehatan kamu lho, jangan suka keluyuran gitu!" Protes om nya.
"Iya om, lagi suntuk aja," jawab Zee santai.
"Gak ikut balapan kan?!" Introgasi om nya.
"Gak om, ini lagi makan kacang," kata Zee mengangkat bungkus kacangnya.
"Pulang Zee, gak bagus buat kesehatan kamu, inget sakit kamu," protes om nya.
"Iya-iya," kata Zee cemberut.
"Kerumah lah sekali-sekali, tantemu nanyain kamu terus, khawatir sama kamu," kata omnya.
"Iya om, tar ya," kata Zee mulai bersiap pergi dari sana.
"Kapan jadwal kamu kontrol? Mau dianterin?" Tanya Om nya lagi.
"Bulan depan, gak usah om, aman, Zee balik ya," katanya mencium tangan om nya.
"Hati-hati," jawab om nya dan Zee segera pergi dari sana.
"Itu aman kap? Kok gak diangkut," kata polisi lainnya yang mendatangi om nya.
"Aman," kata omnya Zee meninggalkan rekannya disana.
"Itu ponakannya!" Kata polisi yang tadi menceramahi Zee, memukul helm polisi yang barusan bertanya pada om Zee.
Sesampainya di apartemennya dirinya kembali berusaha untuk tidur. Jam 2 dini hari dirinya baru terlelap tidur. Disampingnya hpnya tergeletak dengan chat yang belum terkirim. Bertuliskan "Happy anniversary papa mama" di chat grup bernamakan "keluarga bahagia" yang hanya dirinya member grup tersebut.
Sinar mentari pagi masuk, membangun kan Zee yang tidak menutup gorden kamarnya. Dirinya melihat jam dan segera loncat dan berlari ke kamar mandi.
Dirinya terlambat berangkat karena telat bangun. Dengan kecepatan gak kira-kira, Zee memacu motornya menuju sekolah.
Tiba-tiba dirinya berhenti tidak jauh dari sekolahnya. Melihat Marsha yang kelelahan berlari ke sekolah.
"Naik, cepetan!" Kata Zee. Marsha malah kaget dan bengong melihat Zee yang berhenti di sampingnya.
"Cepetan, tar telat!" Kata Zee. Marsha langsung berusaha naik motor Zee, karena kesulitan Zee langsung menyerahkan tangannya sebagai pegangan.
Zee kembali memacu motornya membuat Marsha mengeratkan pegangannya pada jaket Zee. Dari kejauhan tampak pak Danar sedang menutup pagar.
"Pegangan!" Kata Zee menambah kecepatan motornya. Membuat Marsha makin erat mendekapnya.
"Astagfirullah!!!" Teriak pak Danar kaget saat motor Zee melesat tepat didepan mukanya.
Motor yang ngerem mendadak itu hampir menabrak motor yang parkir, untung saja Zee lihai dan berhasil menghentikan motornya.
"Zee! Kebiasaan!" Protes pak Danar satpam sekolah.
"Maap pak telat!" Kata Zee langsung menarik Marsha pergi dari parkiran.
Tanpa disadari Zee menggenggam erat tangan Marsha sepanjang mereka berlari dilorong menuju kelasnya. Marsha menahan malu daritadi karena tangannya di genggam Zee, tidak berani melepasnya.
"Sha, masih kuat?" Tanya Zee menoleh. Dia kaget dengan wajah memerah dikulit putih Marsha yang ngos-ngosan tapi menggangguk.
Bukan tanpa alasan dirinya bilang begitu, dihadapannya sudah ada pak Nathan yang berjalan setengah lari menuju kelas mereka siap memberikan hukuman bagi yang masuk setelahnya.
"Sampeee!!" Teriak Zee membuat semua dikelasnya menoleh. Zee dan Marsha sampai 5 detik lebih dulu dari pak Nathan. Wajah Marsha merah padam karena ngos-ngosan.
"Ck, berhasil lagi kamu ya," kata pak Nathan yang juga ngos-ngosan.
"Hehe, sori pak saya lebih jago lari," kata Zee yang sebenernya juga ngos-ngosan berjalan ke bangkunya.
"Awas ya lain kali," kata pak Nathan sambil tersenyum. Kedua murid guru ini sudah melakukan itu sejak mereka kenal.
Zee yang emang terkenal suka telat menantang pak Nathan untuk taruhan, jika pak Nathan tiba dikelas sesuai jam nya ontime yang telat boleh di hukum. Dan selama ini skor kemenangan Zee lebih tinggi dari pak Nathan.
"Heh otak udang, lu gak papa?" Tanya Adel mengecek smart watch Zee yang mulai bunyi.
"Aman, tar juga balik normal," kata Zee nyengir dan duduk di bangkunya. Nafasnya yang berat baru terlihat saat ini. Adel masih sempat menoyor kepala bos nya itu karena kesal dengan tingkah sahabatnya itu.
**************************************
Seberat itu kah sakitnya Zee?
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Malam Zee
FanfictionCerita kehidupan seorang Zee yang dipenuhi segala masalah dan emosi remaja anothet Au from JKT48 not for real life just for fun