Bab 18

516 45 0
                                    

Marsha terkapar lemah di atas bed rumah sakit. Dirinya tampak pucat. Zee tidak melepas genggaman tangannya sejak tadi. Rasa khawatir yang tidak bisa Zee tutupi. Disana hanya ada Indah, Ashel dan Atin yang menemani Marsha dan Zee.

Sudah 1 hari 1 malam, Marsha belum sadar. Menurut dokter penyebabnya selain karena kelelahan lemah, kurang cairan dan juga trauma mental yang dialami.

"Zee, dah malem, lu gak mau makan dulu, biar kita temenin Marsha," kata Ashel mulai khawatir karena Zee sama sekali enggan meninggalkan Marsha.

"Gak papa Shel, gue gak makan," kata Zee datar.

"Zee lu dah dari kemaren gak makan, lu baru sembuh!" Protes Atin.

"Gue.... gak bisa makan kalo liat kondisi Marsha gini Tin," kata Zee lirih.

"Istirahat Zee, lu gak bisa ngapa-ngapain juga kan," kata Indah mengelus kepala Zee.

Tidak lama ketiganya pamit pulang karena sudah larut malam. Membuat Zee disana sendiri. Menemani Marsha yang masih belum sadar.

Perlahan hujan mulai membasahi kota. Petir dan Guntur mulai menyambar. Zee kembali bergelut dengan traumanya. Tapi diriny berusaha kuat demi Marsha yang tidak mau ditinggalnya.

Ditengah gemuruh petir dan hujan deras yang turun, Zee mulai gemetar. Dia berusaha menahan tangannya yang menggenggam tangan Marsha untuk berhenti gemetar.

"Tenang sayang, mama disini," sesaat dirinya mendengar atau berhalusinasi suara mamanya, dia sendiri gak paham itu apa, tapi dia yakin mendengar dan merasakan pelukan hangat malaikat penjaganya.

Tengah malam dirinya terbangun karena merasa genggaman tangannya pada Marsha di respon. Dan benar saja saat dirinya terbangun Marsha sedang berusaha membuka matanya.

"Meng, ini Zee meng, kamu gak papa?" Tanya Zee lembut disebelahnya.

"Zee, ini dimana?" Tanya Marsha pelan.

"Dirumah sakit sayang kamu pingsan dari kemarin," kata Zee mengelus rambut Marsha.

"Zee... maafin aku," kata Marsha lirih.

"Udah sayang, kamu istirahat aja," kata Zee mengecup kening pacarnya lembut.

Zee terjaga hingga subuh menjaga Marsha yang kembali terlelap. Dirinya sesekali tersenyum melihat wajah tidur tenang Marsha. Zee juga sejak tadi mengelus rambut Marsha agar dapat istirahat dengan tenang.

Paginya saat Marsha terbangun dirinya melihat Zee yang tidur disisinya. Dinding sekelilingnya yang serba putih membuatnya perlahan menerawang sekitar, hanya tampak dirinya dan Zee diseantero ruangan.

Marsha berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Tiba-tiba Zee terbangun karena sejak tadi Marsha mengusap lembut rambut Zee yang terlelap.

"Hai, udah bangun? Butuh sesuatu?" Tanya Zee. Marsha hanya senyum dan menggeleng.

"Makasih ya sudah ada disini, maaf atas kekhawatiranmu, love u Zee," kata Marsha memeluk Zee.

Tidak lama dokter datang dan memeriksa ulang kondisi Marsha dan mengatakan kondisinya baik dan boleh pulang sore itu.

Seminggu telah berlalu setelah semua drama dan kejadian yang menimpa mereka. Kali ini saatnya mereka berjuang untuk akhir masa SMA mereka.

Ujian nasional telah di mulai semua berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengejar cita-cita mereka kedepannya.

**************************************

Yang kali ini segini dulu ya thor lg ada acara maap

Happy reading

Langit Malam ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang