Bab 19

450 50 0
                                    

Ujian akhir sekolah telah selesai. Semua perjuangan mereka seminggu ini untuk 3 tahun perjuangan sebenarnya. Jerih payah mereka belajar selama ini akhirnya tuntas. Bahkan akhirnya quiz susulan Zee pun selesai.

Anak Langit sedang asik nangkring di cafe tempat mereka biasa ngumpul. Out of Nowhere topik masa depan pun muncul disana. Membuat suasana sendu sore itu semakin sendu.

"Jadi setelah ini kita bakal menentukan jalan masing-masing?" Tanya Adel menoleh pada semua sahabatnya.

"Cita-cita kita emang beda, jalan kita pasti beda, tapi satu yang harus diinget persaudaraan kita selalu ada," kata Zee senyum.

"Anak Langit mungkin akan selesai disini, jaman kita habis disini, tapi akan selalu ada orang-orang yang menjaga Garuda kita," kata Ara.

"Main-mainnya udah selesai, perjuangannya kita mulai,"kata Olla nyengir.

"Salah itu pasti ada, kita juga manusia, tapi maaf takkan pernah sirna karena kita saudara," ucap Flo.

"Kami disini ada untuk Kita, Kita akan selalu ada untuk Kami, Anak Langit takkan pernah lari apa lagi pergi," kata Oniel.

Mereka saling rangkul dan bercengkrama, tidak ada tangis hanya senyum bahagia. Mungkin ini adalah ngumpul mereka yang terakhir sebelum pengumuman kelulusan mereka.

"Gue bakal ke UK kuliah di jurusan bisnis di sekolah bokap gue dulu," kata Adel.

"Gue bakal sekolah teknik mesin di bandung," kata Olla menyambung Adel.

"Gue bakal ngambil kuliah di kedokteran di Surabaya,"saut Ara.

"Gue bakal lanjut kuliah di Aussie ilmu komputer," kata Oniel.

"Gue disini di Jakarta kuliah seni rupa," kali ini Flo yang menyahut.

Hanya Zee yang masih termenung diam memandang ke lima sahabatnya. Semua memandang balik ke arah Zee. Ada pandangan khawatir disana.

"Tenang aja, pada akhirnya gue pasti tau gue mau apa dan kemana," kata Zee hanya tersenyum.

"Zee," Marsha muncul disana bersama Ashel dan Indah.

"Kalian kemana setelah lulus?" Tanya Flo pada Ashel dan Indah.

"Gue ke singapur kuliah disana," kata Ashel

"Ati-ati Shel, lu tau kan laki lu gimana?" Goda Olla.

"Coba aja kalo berani," kata Ashel mencubit Adel. Ya mereka telah bersama sejak beberapa waktu lalu.

"Aku udah jauh dari kota asal, kalo aku ngejar Oniel terus, nanti malah capek sendiri, jadi aku mutusin aku kuliah sastra Inggris di sini aja," kata Indah yang sekarang juga sudah menjadi kekasih Oniel.

"Kalo Marsha?" Tanya Adel.

"Gue gak bisa kuliah kan kalo gak ada beasiswa, jadi mungkin cari kerja," kata Marsha tersenyum lembut.

"Hidup gak ada yang tau jalannya," kata Adel sambil tersenyum.

"Oke, gue balik ya, see u guys di waktu pengumuman ya," kata Zee bangkit dari duduknya. Dirinya dan Marsha beranjak dari sana.

Marsha dan Zee pulang ke apart Zee. Sesampainya disana mereka terkejut karena ada ayah Zee yang sudah menunggu mereka disana.

"Mau apa pa?" Tanya Zee menarik Marsha kebelakangnya.

"Hmm, pas ada kalian berdua, duduk, papa mau bicara," kata papanya.

"Aku nganter Marsha pulang dulu kalo gitu," kata Zee hendak beranjak pergi.

"Lho, papa bilang kalian berdua duduk!" Kata papanya. Zee sesaat ragu, namun akhirnya Marsha memilih mengajak Zee duduk di sofa apart nya.

Zee di penuhi perasaan yang khawatir. Karena pertemuan terakhir Marsha dan papanya berakhir gak baik. Marsha juga sebenarnya mengalami perasaan khawatir namun dia hanya berfikir ini demi Zee jadi dia membulatkan tekadnya.

"Zee kamu ingat janji papa dulu?" Kata papanya tegas.

"Iya, begitu Zee lulus semua fasilitas Zee akan dicabut," kata Zee lirih, Marsha walau kaget sekarang paham apa yang membuat pacarnya gelisah masalah masa depannya.

"Good kalo kamu masih ingat, sekarang papa tanya plan kamu berikutnya mau apa?" Tanya papanya.

Zee hanya terdiam, dirinya sendiri bahkan belum tau mau apa setelah ini. Papanya hanya menyunggingkan sebelah sudut bibirnya.

"Kamu, Marsha kan namamu? Apa rencanamu berikutnya?" Tanya papa Zee.

"Hmmm, saya mungkin akan bekerja om, karena saya juga sekolah hanya bekal beasiswa, sepertinya lebih memungkinkan saya untuk bekerja daripada kuliah," kata Marsha hanya senyum. Dirinya mempererat pegangannya pada lengan Zee karena takut.

"Kalian baru lulus SMA, mau kerja? Bisa bayangkan apa yg akan kalian kerjakan nanti?" Tanya papanya dengan nada sedikit merendahkan. Membuat keduanya hanya diam dan termenung.

"Kamu Marsha, akan terus dampingin Zee?" Tanya papanya Zee.

"Iya om, saya akan berusaha untuk terus menemani Zee dalam kondisi apapun sampai Zee yang meminta saya pergi," kata Marsha yakin.

"Zee? Kamu yakin? Mau kamu kasih makan apa anak orang?" Tanya papanya. Membuat Zee lagi-lagi terdiam karena pernyataan ayahnya itu.

"Saya gak butuh Zee kasih makan saya om, saya sanggup membiayai diri saya, kalau memang perlu saya yang akan biayai Zee," jawab Marsha yakin.

"Gak malu Zee? Marsha bisa lebih tegas daripada kamu," kata papanya lagi. Sebenarnya Zee sakit hati dengan kata-kata papanya, namun papanya benar, dia sejak tadi hanya diam tanpa bisa menjawab sementara Marsha yakin pada dirinya.

"Kalo kamu gak yakin, jangan kamu jadi benalu untuk anak orang Zee," ucap papanya. Zee makin tersentak dan kena mental.

"Papa sudah bicara dengan om tante dan Laksani," kata papanya. Membuat Zee dan Marsha kaget. Apa yang akan dikatakan oleh papanya membuat mereka berfikir keras, ada apa ini sebenarnya.

**************************************

Apa kira-kira yang akan disampaikan ayah Zee?

Happy reading guys

Langit Malam ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang