Bab 8

352 36 0
                                    

Zee akhirnya bisa "memaksa" pulang pada dokter Jinan dengan segala perjanjian yang dia buat.

Zee yang mundar mandir di apartemennya karena bosan, dikagetkan bel nya yang berbunyi.

"Hai," sapa Marsha yang tiba-tiba muncul didepan pintunya.

"Ma..Marsha?" Tanya Zee.

"Boleh masuk?" Tanya Marsha penuh senyum.

"Eh, iya masuk," kata Zee membukakan pintunya lebih lebar agar Marsha bisa masuk. Sebelum dirinya menyusul Marsha masuk dia tolah toleh mencari apakah ada orang lain.

"Aku sendirian kok," kata Marsha yang melihat tingkah Zee. Zee buru-buru masuk karena malu ketauan Marsha.

"Duduk Sha, kok bisa sampe sini?" Tanya Zee.

"Hehe, Adel bilang kamu dah pulang, karena khawatir jadi aku kesini, soalnya Adel bilang kamu sendirian di apartemen, padahal baru sembuh," ucap Marsha sambil senyum.

"Adel Bangke!" Ucap Zee dalam hati.

"Udah makan?" Tanya Marsha membuat lamunan cacian Zee pada Adel teralihkan.

"Belum, paling tar aja, masih gak pengen," kata Zee garuk kepalanya yang gak gatal.

"Mau aku masakin? Tapi pake bahan yang ada aja, soalnya aku gak belanja tadi," kata Marsha membuat Zee bengong.

"Kenapa Zee?" Tanya Marsha melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Zee.

"Eh, gak, aduh gak usah, ngerepotin, tar gue pesen aja," kata Zee.

"Aku maksa," kata Marsha senyum dan beranjak menuju dapur Zee. Zee ngikut di belakang Marsha.

"Sori ya aku lama gak belanja, lagi males masak soalnya," kata Zee melihat Marsha yang mulai membongkar isi kulkasnya mencari apapun yang bisa di masaknya.

"I think its enough kok," kata Marsha lagi-lagi tersenyum menunjukkan gingsulnya yang membuat Zee terpana.

Setengah jam Marsha meracik segala bahan yang ditemukannya. Dengan Zee yang memandanginya dari counter meja makan di belakang Marsha.

"Tada! Jangan diliat bentuknya, semoga rasanya lebih enak dari wujudnya, hehehe," kata Marsha nyengir meletakan piring berisi makanan buatannya.

"Makasih Sha, makan bareng?" Tanya Zee.

"No no, ini buat kamu, aku dah makan kok," kata Marsha.

"Terus gue keracunan sendirian?" Goda Zee. Marsha langsung cemberut. Zee pun tertawa dan mengambil suapan pertamanya.

"Oh wow, its really taste better than its look," kata Zee dengan mata berbinar.

"Yes," ucap Marsha bangga sampe bikin Zee senyum melihatnya.

"Cobain deh biar gak penasaran," kata Zee menyodorkan sendok ke mulut Marsha dan langsung dilahapnya. Sesaat kemudian mereka tersadar dengan Zee yang nyuapin Marsha. Dan keduanya langsung salting.

Mereka melanjutkan sesi makan sambil ngobrol. Zee membuat Marsah merasa nyaman dan bahagia di dekatnya. Sementara Marsha seperti mengisi spot kosong di hati Zee dengan mendengarkan ceritanya.

Tanpa mereka sadari hari semakin malam dan hujan mulai turun. Mereka asik ngobrol sampai lupa waktu.

"Eh dah malem dan ujan, lu gimana baliknya?" Tanya Zee.

"Hmm, pesen taxi aja," kata Marsha senyum.

"Lu gak dicari ortu lu?" Tanya Zee. Marsha mendadak tertunduk, berusaha menahan perasaannya dengan menggeleng sambil tersenyum.

"Gue salah ngomong ya?" Tanya Zee merasa bersalah.

"Gak kok, sori," kata Marsha menarik nafas dan sekelebat menghapus air matanya sebelum menetes.

"Ya udah sana pesen taxi dulu, tar gue anter kebawah, gue ganti bentar," kata Zee berjalan ke kamarnya. Marsha hanya mengangguk sambil merekahkan senyumnya.

Mendadak Petir dan Kilat menyambar kencang. Suara benda jatuh berat datang dari kamar Zee. Marsha langsung berlari kesana. Dilihatnya Zee sudah meringkuk di lantai.

"Zee!!!" Marsha langsung berlari menghampirinya.

Zee menutup telinga dan matanya. Petir dan Guntur bersahut sahutan belum berhenti. Tubuh Zee bergetar hebat.

"Zee, kenapa Zee?!" Marsha berusaha meraih Zee yang seperti orang ketakutan disana.

"Ck, hp di kounter dapur," ucap Marsha menggerutu karena Hpnya tertinggal, dirinya tidak bisa menghubungi Adel atau siapapun.

Satu-satunya cara adalah dia yang harus menenangkan Zee. Marsha langsung merebahkan Zee yang tanpa sadar membenturkan kepalanya beberapa kali ke lantai di pahanya, dan mendekap erat badan Zee.

Sementara hujan petir masih bersahutan. Zee terlelap dalam dekapan Marsha menjaganya. Keduanya masih dilantai kamar Zee.

Setiap Zee gelisah Marsha akan terjaga dan mendekapnya menenangkan Zee dengan hangatnya pelukannya.

Perlahan hujan berhenti, menimbulkan pelangi yang mengiringi datangnya pagi. Zee baru bisa tertidur lelap beberapa jam terakhir dalam dekapan Marsha yang juga tertidur. Mereka hanya bersandar dilantai dan sisi tempat tidur Zee.

**************************************

Lets go ZeeSha

Happy reading

Langit Malam ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang