Bab 21

601 54 1
                                    

Hari itu adalah hari terakhir pertemuan anak Langit di sekolah. Pengumuman kelulusan sudah di sampaikan. Semua anak Langit lulus dengan memuaskan termasuk Marsha dan gengnya.

"Here we are, in the end of the road," kata Zee tersenyum merangkul sahabat-sahabatnya.

"Semoga suatu hari nanti kita bertemu lagi, dengan kesuksesan kita ya guys," kata Adel.

"Jangan putus kontak ya bro, kita saudara, kondisi apapun harus saling support," kata Olla.

"Ayo raih kesuksesan dijalan kita masing-masing, dan ketemu lagi disini," kata Oniel. Ara dan Flo mengacungkan jempolnya.

"Guys, aku bener-bener ngucapin banyak terima kasih sama kalian ya, udah bikin akhir masa sekolahku jadi cerita bahagia," kata Marsha memeluk ketiga sahabatnya.

"Gue gak nyangka sama keputusan lu Sha, tapi kita pasti selalu dukung lu kok," kata Atin.

"Kalian jangan ilang kontak ya, kita harus terus sahabatan sampe kakek nenek," kata Indah.

"Hidup gak ada yang tau jalannya, punya kalian sebagai sahabat itu salah satu kebahagiaan gue, makasih ya semua," kata Ashel menarik semua kedalam pelukannya.

Siang itu Marsha dan Zee pulang kerumah orang tuanya Zee. Disana sudah ada Om tante dan kakak sepupunya, selain papanya dan ibu tirinya.

"Kalian udah yakin sama keputusan kalian?" Tanya om Zee menepuk pundak Zee. Zee dan Marsha mengangguk.

"Makasih ya Zee udah mau maafin papa," kata papanya memeluk Zee.

"Mas Cio, aku harap mas kali ini gak nyianyiakan Zee,"kata Tantenya diangguki Gracio, papanya Zee.

"Om, aku cuman bisa titip Zee sama Marsha, semoga kalian semua bahagia ya," kata Laksani memeluk Zee dan Marsha bergantian.

Tidak lama om tante Zee dan Laksani pamit pergi. Menyisakan Zee, Marsha, Papa Cio dan mama tirinya yang masih canggung.

"Tante, Zee mau minta maaf dan minta restu untuk jalan yang Zee pilih, gimana pun sekarang tante adalah orang tua Zee, Zee udah gak punya mama," kata Zee mencium tangan mama tirinya diikuti Marsha.

Tiba-tiba mama tirinya menarik Zee dan Marsha dalam pelukannya. Tidak dapat menahan tangisnya, akhirnya air mata itu mengalir dari mata mama tirinya.

"Maafin tante Zee, semua salah dan dosa tante, kamu anak tante juga jangan sungkan sama tante, maaf ya sayang," kata mama tirinya. Papanya hanya mengelus lembut punggung mama tirinya.

"Udah ya sedih-sedihnya, ayo kita makan merayakan semua yang indah hari ini," kata Papa Cio membawa semuanya ke ruang makan.

Tahun pun berlalu, semua sudah dilalui Zee dan Marsha. Kuliah, menikah bahkan saat ini bekerja. Kehidupan jahat dan keras dulu sudah membaik. Bahkan kesehatan Zee semakin membaik.

Papa Cio akhirnya mendahului mereka menyusul mama Dira karena sakitnya. Namun papa Cio sudah berhasil memperbaiki hubungannya dengan Zee bahkan sudah bisa menimang cucunya, prediksi yang jauh lebih jauh dari pada prediksi dokter.

"Michie, ayo, nanti telat," kata Gracie seorang gadis berumur 14 tahun dengan rambut twin tail, dan gigi kelinci serta senyum semanis gulali.

"Iya kak, ini berat....," kata gadis kecil berusia 10 tahun menggeret koper besarnya.

"Sini papa bantuin," kata Zee membantu si kecil.

"Kamu itu makanya jangan banyak-banyak yang di bawa, itu pasti isinya boneka semua," kata Marsha geleng-geleng. Michie hanya nyengir karena di omelin mamanya.

Mereka yang 2 tahun terakhir ini tinggal di Malaysia akhirnya pulang kembali ke Indonesia karena Zee meneruskan perusahaan papanya.

Sesampai di Indonesia mereka dijemput oleh supir mereka dan segera pulang kerumah orang tua Zee yang tersisa mama tirinya.

"Omaaa!!!" Teriak Michie berlari memeluk omanya.

"Halo sayangnya Oma," kata Bunda Anin, mama tiri Zee memeluk cucu bungsunya.

"Bun, sehat?" Tanya Marsha memeluk mertuanya.

"Sehat sayang, Gracie mana?" Tanya Oma Anin mencari cucunya yang satu lagi.

"Tidur, itu digendong papanya," kata Marsha menunjuk Zee yang masuk menggendong Gracie yang tidur.

"Bun, aku naro Gracie dulu ya," kata Zee langsung menggendong Gracie menuju kamar.

Malam itu hujan turun dengan gemuruh guntur dan petir. Gracie dan Michie sejak tadi kabur tidur di kamar papa mamanya karena takut. Zee masih terjaga berdiri didepan jendela memandang keluar, memandang hujan yang turun.

"Kenapa sayang?" Tanya Marsha memeluk suaminya dari belakang.

"Gak papa sayang, mendadak kangen mama," kata Zee tersenyum.

"Kita doain mama tenang disana, mama selalu ada disini kok," kata Marsha menepuk dada kiri suaminya.

"Dulu aku gak berani ngadepin hujan sekarang kamu dan anak-anak jadi penguatku, makasih ya," kata Zee menarik Marsha kedepannya, mengecup keningnya dan memeluk Marsha erat.

****************END******************

Happy reading

Sampai jumpa di cerita lainnya

Langit Malam ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang