Dío

19 1 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA

HAPPY READING!!ᯓ ✈︎
──────────────────────────────

Beneath Broken Lies
[Chapter 02 | Family]


Setelah pembagian lokasi PKL selesai, suasana kelas mulai kembali normal. Para siswa yang tadinya sibuk mengobrol tentang PKL kini berusaha kembali fokus pada pelajaran yang akan dimulai. Papan tulis di depan kelas dipenuhi oleh tulisan rumus-rumus matematika yang sejak pagi sudah menanti untuk dibahas. Bu Tuti, yang baru saja membagikan lokasi PKL, kini menggantikan posisinya di depan kelas sebagai guru matematika mereka.

"Baik, anak-anak, kita lanjutkan materi kita hari ini. Buka buku halaman 87 dan coba selesaikan soal-soal yang ada di sana. Saya beri kalian waktu 30 menit," katanya sambil melirik ke arah jam dinding.

Naya membuka bukunya dengan perasaan setengah hati. Pikirannya masih melayang ke Universitas Sarasvati. Meski sedikit tegang, ia tak bisa menahan rasa penasaran tentang bagaimana nanti saat PKL. Ratri yang duduk di sebelahnya pun tampak sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Suasana kelas sedikit hening, hanya terdengar bunyi kertas-kertas yang dibalik dan sesekali suara pena yang menari di atas buku tulis. Naya mencoba untuk fokus, namun pikirannya terus berkecamuk antara matematika dan bayangan tentang dunia yang akan ia hadapi saat PKL nanti. Sesekali ia melirik ke arah jendela, memandangi langit yang sudah mulai berubah warna seiring dengan bergesernya matahari menuju siang hari.

Jam pelajaran terus berjalan, dan akhirnya bel tanda pulang berbunyi. Suara riuh rendah langsung memenuhi kelas, seakan menjadi tanda kebebasan dari rutinitas sekolah yang melelahkan.

"Naya, ayo pulang bareng!" ajak Ratri sambil merapikan buku-bukunya.

Naya tersenyum kecil dan mengangguk. Mereka berdua berjalan keluar kelas, melangkah melewati koridor yang ramai oleh siswa-siswa lain yang juga bersiap untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Naya tak banyak bicara, pikirannya lebih tertuju pada rumah dan tugas-tugas yang menantinya.

***

Saat sampai di rumah, suasana langsung berubah drastis. Rumahnya sederhana, hanya terdiri dari dua kamar, ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga, dan dapur kecil di belakang. Kondisinya jauh dari mewah, namun tetap nyaman bagi Naya dan keluarganya. Ayahnya, Pak Sukri, duduk di kursi tua di sudut ruangan, menatap layar televisi dengan pandangan yang kosong.

"Udah pulang, Nay?" tanya ibunya dari dapur, suaranya terdengar lembut tapi sedikit lelah.

"Iya, Bu. Mau bantu apa?" jawab Naya sambil melepas sepatu dan merapikannya di dekat pintu.

Beneath Broken Lies (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang