Dekatéssera

8 1 0
                                    

Vote and comment babe💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote and comment babe💋

HAPPY READING!!ᯓ ✈︎
──────────────────────────────

Beneath Broken Lies
[Chapter 14 | Promise]


Setibanya di rumah, Naya sudah disambut dengan pemandangan yang begitu familiar namun tetap membuat hatinya sakit setiap kali terjadi, kedua orang tuanya sedang bertengkar lagi. Suara bentakan ayahnya terdengar menggelegar di ruang tamu, sementara ibunya menangis tersedu-sedu, mencoba membela diri. Naya menghela napas panjang, lelah dengan semuanya, baik fisik maupun mental.

Dia baru saja ingin melangkah menuju kamarnya ketika tiba-tiba suara ayahnya menggelegar lagi, kali ini mengarah padanya.

"Kau! Selalu pulang telat! Emang kau pikir duit gampang dicari, hah? Baj***an! Anak gak tahu diri!" bentak ayahnya sambil mendekat dengan wajah penuh amarah.

"Ayah, cukup!" teriak Naya, mencoba menahan emosi. Tapi sia-sia. Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Naya!" teriak ibunya yang langsung menangis lebih kencang, memeluk Naya erat-erat seolah mencoba melindungi anak perempuannya dari amukan ayahnya. Namun, ayah Naya tak peduli. Ia tetap melampiaskan emosinya, menghujat dengan kata-kata kasar yang terus melukai.

"Ban***t kalian semua! Gak ada yang bener di rumah ini! Kalian cuma jadi beban buat gue! B*go semua! nyesel gue nikah sama lo, mana bawa anak gak tau diuntung!"

Naya yang masih merasakan panas di pipinya, menatap tajam ke arah ayahnya. Meski tubuhnya gemetar, dia memberanikan diri untuk berbicara, kali ini dengan nada penuh keberanian dan amarah yang tak terbendung.

"Yang bangsat kau, Yah! Emang kita pengen hidup kayak gini?! saya, Ibu, kau juga! Semua capek, tapi kau malah kayak gitu tiap hari cuma bisa bentak! Kerja juga gak! Gak mikir kita juga ngerasain beban kau!" Naya mati-matian berteriak, meski suaranya sudah mulai bergetar. Air mata tak terbendung lagi mengalir deras di pipinya.

Ibunya menangis semakin kencang, memeluk Naya erat. "Nak... tolong jangan..."

"Bu, kita harus kuat! aku janji, Bu, aku bakal jadi orang sukses! Aku bakal dapetin banyak uang! Kita gak akan ribut terus-terusan kayak gini. Kita bisa keluar dari mimpi buruk ini, Bu. Ibu harus kuat, kita harus kuat! Aku bakal bikin Ibu bangga, aku gak bakal biarin ibu terus-terusan nangis kayak gini!"

Mendengar janji dari Naya, ibunya hanya bisa menangis lebih kencang sambil terus memeluk anak perempuannya. Sementara itu, ayahnya hanya berdiri terpaku, mungkin merasa sedikit bersalah atau sekadar lelah setelah melampiaskan emosinya. Suasana di rumah perlahan mulai tenang kembali, meski rasa sakit itu masih menggantung di udara.

Beneath Broken Lies (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang