Októ

14 1 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA! BABE💋Saya maksaaaa:p

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA! BABE💋Saya maksaaaa:p

HAPPY READING!!ᯓ ✈︎
──────────────────────────────

Beneath Broken Lies
[Chapter 08 | Approach]


Hari berikutnya, suasana di Fakultas Bisnis dan Ekonomi tampak biasa saja. Naya datang pagi-pagi seperti biasa, memulai aktivitas PKL dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Pak Ardi. Meskipun ia masih sedikit canggung berada di lingkungan kampus yang begitu besar, Naya sudah mulai terbiasa dengan ritme harian di sana. Terlebih dengan adanya Celli, membuat ia tidak begitu merasa canggung bila berada di ruang tempat ia PKL.

Setelah beberapa jam melakukan pekerjaan, bel istirahat akhirnya berbunyi. Naya menghela napas lega dan bersiap menuju kantin untuk makan siang bersama Celli, "Eh Cel, udah istirahat nih, ke kantin yuk, seperti kemarin," ajak Naya

"Gass auto semangat 85 ini mah, sapa tau nanti ketemu babang Ethan sama temen-temennya lagi hehe," ucap Celli dengan semangat

Naya seketika mendatarkan wajahnya. "Yaelah lo mah, yang dipikirin si SEthan dan para kaumnya mulu dah, heran gue," balas Naya

"Parah lo, babang Ethan dan temennya seganteng itu dikatain sethan astaga"

Namun, hari ini ada yang terasa sedikit berbeda. Begitu ia melangkah keluar dari ruangan, "Eh anjir itu kan Babang Ethan woi," ucap Celli dengan menunjuk arah depan.

Naya pun hanya bodo amat, karena mengira Celli hanya berbohong. "Lo mah Ethan mulu dah yang diomongin si Et-"

Naya melihat Ethan, si cassanova kampus, berdiri tidak jauh dari pintu. Matanya langsung tertuju pada Naya.

"-Than, Wtf napa tuh orang malah kesini anjir," Naya pun seketika merinding saat menyadari bahwa tatapan Ethan mengarah kepadanya.

Sambil berusaha stay anggunly Celli pun hanya menjawab, "Ye mana gue tau njir, tapi, kayaknya kek liatin lo deh Nay. Astaga astaga ganteng banget plis," balas Celli dengan suara berbisik.

"Gak, gak mungkin kesini tuh orang, mungkin kebetulan lewat aja," ujar Naya berusaha menyangkal.

"Eh orangnya mo kemari Nay Nay," heboh Celli namun tetap stay anggunly.

Ethan tersenyum, dan tanpa ragu melangkah mendekati Naya. Jantung Naya berdegup sedikit lebih kencang. Bukan karena dia tertarik pada Ethan, tetapi karena instingnya langsung mengirimkan sinyal waspada. Ia tidak pernah merasa nyaman jika ada laki-laki yang mendekatinya, apalagi dengan penampilan mencolok seperti Ethan.

“Hei, Naya, kan?” Ethan menyapanya dengan santai, suaranya ramah dan penuh percaya diri.

Naya mengerutkan kening, tidak menyangka Ethan tahu namanya. "Iya, kenapa ya?"

Beneath Broken Lies (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang